Teringat disuatu masa dimana saya merasa harus banyak belajar lagi dan lagi. Namanya juga si sontoloyo yang bodoh, ya harus terus belajar agar ngak di bilang bodoh-bodoh amat terus terusan. Karena merasa dengan ilmu yang ada stocknya sudah sangat terbatas untuk bisa berkompetisi di masa depan.
Di mana menurut saya waktu itu, tahun hadapan, adalah tahun penuh kompetisi. Persaingan di dunia akan semakin ketat, perilaku manusia semakin rumit, kehidupan semakin complex. Sehingga saya merasa dengan pola pikir saya yang ada ( saat itu) kemampuan saya akan terbatas, hidup saya bisa tersandung-sandung. Maka, salah satu hal yang terbaik adalah, belajar lagi, membuka paradigma baru, meluaskan wawasan, berkelana.
Salah seorang teman baik saya dan bisa dikatakan terbaik adalah mas erbe sentanu. Salah satu provokasi dia yang sangat berhasil adalah membawa saya ke sebuah bootcamp di sebuah kota di di negeri jiran di tahun 2002. 1 minggu full acaranya . Setiap hari, sejak pagi dari jam 7.00 hingga jam 2 pagi di gojlok dikawah candradimuka yang keras.
Mungkin banyak sahabat bertanya, ini workshop apa sih kok seperti pendidikan di akademi di gunungtidar Magelang tempat taruna TNI? Benar, kapasitas tekananya benar sebegitu kejam dan keras namun yang di gojlok bukan fisik kita bahkan bukan juga pikiran kita. Saya tulis dari sisi lain, ini sebuah pelatihan yang tajam, keras, sangat melelahkan namun yang dilatih bukan fisik kita dan bukan pikiran kita.
Lalu apa yang di training? HATI. Yang di gembleng hati kita.
Jadi sebenernya bagaimana membuat hati yang lentur, hati yang lembut, hati yang lapang? Bagaimana membentuk hati yang kuat setelah pecah berantakan, bagaimana membentuk hati setelah sebuah peritiwa besar yang membuat hati tidak bisa menampung keindahan bahkan tidak bisa menmpung kebenaran? How to ment the broken hearted? Bagaimana menyembuhkan luka hati?
Ada sebuah teori, kalau sahabat mau membuat perut buncit seperti perut saya saat ini menjadi flat tummy perut rata bahkan ada sedikit begenjul (baca: six pack). Maka anda harus membakar lemak disekitar perut.
Gerakan sit up, side kick, sit back, dilakukan berulang ulang hingga ribuan kali, ribuan repeatation, ribuan pengulangan selama bertahun. Lemaknya dibakar dengan kardio, jalan cepat, jogging, sepeda dan lain sebagainya. Namun itu hanya masih untuk membuang lemak, belum mengukir six packnya. Masih banyak gerakan lainnya yg harus di repeat. Membentuk satu bagian tubuh saja luamanya bukan main
Sekarang kembali kepertanyaan di atas paragraf ini, bagaimana membentuk hati yang indah?
Inilah isi training tersebut. Membentuk hati!. Isi lengkapnya saya akan tulis dalam episode lain (mohon maaf), yang saya mau tulis kali ini adalah seluruh kegiatan kami tersebut kami tidak boleh memakan daging, menjadi vegetarian ceritanya, hanya sayur dan buah.
Lalu apa yang terjadi? Ternyata selama 7 hari semua organ sepertinya menjadi layu semua, menjadi lemes, males dan berat sekali melakukan sesuatu, sehingga semua harus dipaksa, self push! Kita peserta seakan harus memaksa diri kita sendiri kebatas limit.
Dan menurut saya dalam kehidupan jika kita punya persoalan hidup maka bisa dipastikan bahwa tidak ada yang membantu kita kecuali diri kita sendiri. untuk itu kita harus bisa push kelimit diri sendiri.
Walaupun kita berteman banyak, namun untuk mereka membantu kita, maka setoran emosi dimasa lalu alias perilaku baik masa lalu yang menentukan. Dan kalau ternyata tabungan emosi kita rendah, maka jangan harap pertolongan teman hadir cepat, kita sendiri lagi balik-baliknya yang menyelesaikan masalah kita.
Seperti sahabat semua tahu, tabungan emosi ini adalah perbuatan baik terhadap rekan, dari hal yang kecil-kecil hingga hal yang besar dalam jangka panjang. Hal kecil seperti mengucap salam, memuji, memberi perhatian, hingga memberi buah tangan dan berbagai macam hal yang membuat emosi positif pada rekan tersebut. Setiap emosi positif di berikan oleh anda, artinya anda menabung kebaikan kepadanya. Itulah di catat sebagai saldo tinggi/besar di rekening bank tabungan emosi teman anda.
Di saat seperti ini, ketika tabungan bank emosi kebaikan anda besar terhadap seseorang, maka ketika anda melakuakn “penarikan”- misalnya permintaan tolong, dia dengan cepat beraksi membantu. Namun kalau kita tidak punya tabungan bank emosi yang tinggi di banyak orang, maka ketika anda meminta pertolongan, jawabannya anda pasti bisa tebak.
Itulah yang dimaksud tulisan di atas yang mengingatkan, kalau rekening emosi kita tidak banyak, maka kalau ada masalah ya kita sendiri yang menyesaikan masalah tersebut.
Kembali ke kegiatan di kota negeri jiran tersebut, salah satu sesinya adalah peserta harus puasa mikir!..bayangkan, otak yang penuh dengan pikiran-pikiran, prasangka-prasangka, asumsi-asumsi, celetukan-celetukan liar harus dihentikan, dikendalikan namun tetap harus beraktifitas.
Ini sulitnya bukan main. 5 menit bisa menjadi waktu yang lama, karena berusaha membuat pikiran supaya ngak mikir. Hanya visual, hanya rasa yang boleh digunakan dan otak tidak boleh berpikiran! Kata-kata tidak ada, pikiran dibuat hening. Sulit pastinya..dan iya sulit sekali.
Ternyata pikiran tidak berfikir dalam sementara waktu adalah bentuk istirahat otak. Dan bertujuan membentuk pikiran baru harus dimulai dengan “diamnya” pikiran. kalau hal ini dibiasakan ternyata otak manusia bisa digunakan untuk berfikir dengan cara baru. Berfikir dengan cara lain. Hal itu (silent mind) dilakukan berulang ulang, berhari hari. Hanya menggunakan rasa damai, rasa positif, visual dalam pikiran gambarkan hal yang indah indah dan dilakukan berulang ulang.
Bootcamp itu di ikuti oleh peserta sekitar 150 orang dari 6 negara . Kami (peserta) harus melakukan “silent mode” otak tidak boleh mikir hampir di sepanjang sesi. Dan dalam komunikasi jika di perlukan kami harus berbahasa inggris.
Sebagai peserta dari Indonesia kami ber 4 sudah tidak sabar ingin ngobrol pakai bahasa Indonesia. Agaknya dengan cara ini, saya menyadari arti pentingnya bahasa ibu, mother language itu ada, disanalah saya bisa menghargai bahasa keseharian saya, bahasa Indonesia. Rupanya bahasa ibu kita kalau tidak dipakai ternyata bisa memaksa keluar atau minta dipergunakan.
Karena sudah tidak tertahankan lagi, di suatu pagi di sesi akhir kami harus “break” harus mencurangi pelajaran dengan melakukan komunikasi menggunakan bahasa indoensia. Sudah ngak tahan berbahasa ingris atau slint mode. Kami pun cheating. Selagi sarapan di meja dengan 10 orang, kami ber4 meminta maaf (kepada rekan dari Negara lain di sebelah) karena harus menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara sesama kami.
Ditengah-tengah pembicaraan kami , tiba-tiba mas nunu (erbe sentanu) memotong diskusi kami dan bertanya kepada rekan dari Negara lain..” excuse me..do you guys understand what we are discussing? Because some of you seem interested and nodding head like you know what happened ? “ . dia bertanya apakah rekan-rekan pada mengerti karena beberapa terlihat mengikuti percakapan kami dan mengguk-angguk seperti faham.
Dan ajaibnya terdengar jawaban seperti penyanyi koor..oh yes, we do understand! jawab mereka sentak. Lalu satu persatu mereka mencoba menebak isi dialog kami dengan menunjuk sahabat kami yang kurus tinggi..Itu si yoyok, dia lagi kangen keluarganya, kata rekan dari philipina. Itu yang senyum terus ( mas imam) lagi pengen makanan asli daerahnya, kata teman asal inggris, itu si wowiek pengen makan daging, kata rekan dari india. Sungguh mengagetkan jawaban rekan kami dari negeri lain tersebut karena topic itulah yg sedang kami diskusikan. Kok bisa ya mereka mengerti kami sedang berbicara apa?
Disinilah mungkin asahan hati selama 7 malam digojlok. Setiap sesi berisi hal yang ajaib dan aneh. Belum pernah ada di tempat lain dan sangat sulit di tiru. Karena suasana –ambiance, dukungan fasilitas, bau-bauan yang setiap sesi selalu di ganti, pemandangan yang setiap sesi di rubah. Sebuah teknik pelatihan yang experiential dan sangat detail. Sesinya berat banget, sulit di ceritakan. Yang membuat saya bahkan heran-heran kok kepikiran buat seperti ini. Sehingga hati itu ibarat di reshape, di tata ulang, di bentuk. Di tempa. Sekali lagi, hati loh, ngak ngak ada wujudnya, yang ngak jelas di mananya letaknya. Hati itu masalah rasa.
Sehingga entah bagaimana, gojlokan 7 malam itu membentuk sebuah cawan baru dan bentuk baru dari hati kita. Sehingga dalam acara makan pagi tersebut, itu adalah bukti apa yangterjadi dari kami yang mengikuti acara tersebut. Yaitu, walau secara kata-kata mungkin mereka (rekan dari berbagai Negara) tidak mengerti artinya namun secara vbibrasi, ekspresi wajah, intonasi, gerak tubuh bisa dibaca dengan hati (mereka) yang bersih.
Di sisi lain, mungkin sekali rekan kami dari Negara lain tadi jadi mengerti percakapan kami, karena kami menggunakan kesungguhan rasa dalam berbicara dan rupanya gambaran itu yang tertangkap oleh hati rekan kami. Walau kata tidak di mengerti namun rasa hati itu sama. Hati itu bahasa universal dunia. # may peace be upon us
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H