Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

I Have Seen You At The Worst And I Still Think You Are The Best, You Are Still The One That I Love

3 Februari 2016   12:45 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Itu judul bukan romatis-romantis an . ini adalah pernyataan jika anda menghadapi panjangnya perjalanan bisnis yang seperti perkawinan. Baik buruk pahit manis maka menguji kemitraan. Itu saya sebut dengan bisnis soul mate.

Ini yang menjadi bahan dasar tulisan kali ini. trigger asal pemunculannya yaitu adanya friksi dan benturan serta kegaduhan yang terjadi di dua unit usaha kami. Kebetulan kejadiannya hampir bersamaan dengan modus serupa. Dimana secara teknis kami berseberangan hingga 180 derajat. Benar benar oposite.

Kesal marah dan gerutuan menjadi salah satu drama tersebut. Namun yang di sebut soulmate itu apa? Ketika kemarahan memuncak tertinggi, tidak ada terucap satu katapun. Kita akan jalan sendiri-sendiri. Separah apapun we never walk alone.

Apakah itu gila?

Iya, itu gila. Berbeda sampai berseberangan namun tetap bertahan. Soul mate memang begitu atau memang bukan soulmate. Atau memang karma nya sudah selesai kalau saya boleh meminjam pemahaman lain, yang pastinya kata “karma” membuat beberapa pembaca tersedak nafasnya. Namun demi sebuah pemahaman, saya sengaja memilihnya. Dan karma itu “man’s made” bukan “God’s given”. Kita akan bicarakan hal ini lain kesempatan

Ceritanya begini, di perusahaan e commerse kami. Terdapat 3 pendapat. Satu sisi menganggap pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang satu sisi melihat track nya benar namun SDM dan manajem amburadul, dan ada sisi keuangan yang boros serta tidak ada QPI ukuran indek performa karyawan dan organisasi.

Dan pastinya yang terakhir adalah wowiek banget. Seorang binatang ekonomi dengan kategori carnivora buas. Apa yang saya lakukan. Freeze the company, atau kegiatan perusahaan saya bekukan. Saya hentikan sampai semua mamahami hal yang sama. bayangkan dari organisasi yang sedang ngebut dengan kecepatan gigi lima diperseneleng kemudian tanpa babibu, langsung saya matikan enginenya, full brake rem pol.

Jelas berantakan semuanya. Jelas menyakitkan semuanya. Bayangkan anda naik kapal dengan lurus tau-tau di belokan seketika, jelas mental keluar semua orang dari kapal tersebut. Ini yang terjadi. dan saya dilihat kejam dan tidak berperi kemanusiaan.

Seluruh team terkaget-kaget melihat cara kami bertiga berkomunikasi. Persis seperti orang berantem. Walau suara pasti tidak keras atau membentak,tidak kasar seperti membanting meja namun kental dengan intonasi penekanan-penekanan. Gaya bahasa langsung direct. Ini sudah berlangsung mingguan hingga saat ini.

Dan, jika diperhatikan terjadi pengulangan di beberapa kalimat yang sama, setidaknnya sama rti yang intinya mengatakan ini, eh.., inget! kita ini sudah kenal sejak 96, kita banyak tau banyak satu sama lain, pahit manis hubungan bermacam masalah sudah terlewati. Kita masing-masing sudah lihat dan kenal di sisi terburuk masing-masing. Hingga saat ini kita masih bersama, Jadi focus pada masalah, bukan pada emosi.

Itulah yang saya sebut dengan bisnis soulmate. Tidak akan bertahan sebuah organisasi tanpa manusia. Karena manusia adalah mesin penggeraknya. Dan manusia adalah mahluk yang punya perasaan. Punya pola pikir, punya ego, punya ambisi, punya passion yang tidak sama. Pasti tidak sama.

Yang membuat bisa sama dan selalu bersama hanya pengertian, kepercayaan, integritas, dan sama-sama memutuskan…jalan bersama.

Bisnis apa saja semuanya simple, sederhana dan semua kita tahu, manusia tidak ada yang simple. Jadi menyelesaikan masalah pertama focus dimanusianya bukan di bisnisnya.

Dan tidak ada rumus terbaik dari ingin dimerngerti adalah mengerti terlebih dahulu, pameo bisnis kuno, “seek first to understand (and then) to be understood” adalah benar 100%.
Kalau anda mau dimengerti, anda harus mengerti orang lain terlebih dahulu.

Kembali ke bisnis soulmate thema kali ini. Di bidang yang lain sejak dua bulan yang lalu terjadi hal yang sama dengan kasus serupa. Kali ini posisinya terbalik, stake holder, dan share holder melihatnya berbeda dengan manajem oprasional. Sisi saya adalah manajemen. Berbalik dengan di e commerse posisi saya di komisaris di share holder dan stake holder.

Kembali ke tulisan minggu lali tentang monyet ragunan dan monyet taman safari. Di e commerse agak sedikit ada sambungan benang merah karena pola ketiganya taman safari. Namun di bidang lain, yang stake holder dan share holder mayotitas 80% adalah type ragunan.

Type ragunan selalu menanyakan, sales ngak cukup, perlu modal, tambah equity, call equity, refinance, cut cost, bawa SDM baru masuk, GCG goods corporate gornernance, dan segala detail” tetek bengek” lainnya, dan bagi Taman safari hal ini banyak “bengek” nya ngak ada “tetek” nya ( hehe maaf).

Kita kembali ke “tetek”, masuk saya ke taman safari, otaknya lebih simple, bermimpi besar, mulai kecil, dan “where is the money?” profitnya berapa. Selama ada untung, kerjanya gampang, tidak melanggar etika dan hukum, hajar.

Karena 80% adalah type ragunan, maka saya kerja keras “to understand”. Saya banyak diam, saya banyak mengikuti, saya tidak melawan, kalau lagi ada layangan, adalah ulur-uluran benang strateginya. Saya yakin benang gelasan saya gulungannya cukup panjang dan posisi berdiri saya cukup tinggi buat layangan ngak mati angin. Ulur terus.

Efeknya terkadang saya kelelahan secara mental, cape, pendengar yang baik itu melelahkan loh ?!. mengikuti perbedaan itu apa lagi. Bahkan pernah saya terbersit dipikiran, enak ya, gabung sama group baru yang memahami bidang yang sama. Namun bayangan itu saya padamkan sendiri. karena walaupun kami berbeda, kami sudah 30 tahun bersama. juga kami selalu berkata, sampai generasi ke tiga nanti sekalipun nanti, kami ingin semua memiliki dasar saling dukung keluarga yang sama. Di dalam tegangan tinggi, emosi, namun tidak pernah sekalipun marah ke individunya. Never walk alone, never leave family behind.

Dalam hal ini keluarga itu bukan mereka yang satu darah saja, namun siapa saja yang satu visi dan memilih tetap bersama dalam suka dan duka bergandeng tangan. Itulah bisnis soulmate. #may the peace be upon us

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun