Mohon tunggu...
Woro seto
Woro seto Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis apa saja yang disuka

Konten kreator, Pengusaha kecil, suka nulis hal receh dan pengamat sosmed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iya sih Bukan Tara Basro, tapi Kita Bisa Kampanye Body Positivity dalam Bentuk Lain

10 Maret 2020   20:28 Diperbarui: 10 Maret 2020   20:47 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa mungkin bapak-bapak dan ibu-ibu itu tidak melihat caption? Hanya fokus dengan lekuk tubuh Tara Basro? Kalau memang demikian, maka pikiran andan saja yang hanya mengandalkan nafsu. Kalau saya sih menentang kebijakan Kominfo jika menyeret Tara Basro ke ranah hukum, apalagi tuduhannya pakai pasal karet, uuuh, enggak banget deh!

Namun, kali ini saya akan melanjutkan perjuangan Tara Basro untuk menyampaikan kampanye Body Positivity. Berkaca dari pengalaman, saya adalah korban bully semasa kecil hingga remaja bahkan saat ini. Tuhan memberiku tubuh yang pendek, kulit cokelat, hidung pesek, wajah bulat,  gigi agak maju, pantas hingga betis besar, rambut keriting, ya pokoknya bukan standar kecantikan yang digaungkan oleh masyarakat kita efek dari kapitalis deh.

Sejak kecil saya kerap dihina soal tubuh saya. Ya saya sempat kecewa hingga ingin melakukan banyak hal. Misalnya minum obat peninggi badan, beli alat penjepit hidung biar mancung, ingin pakai kawat gigi, ingin suntuk putih, ingin operasi sedot lemak dan hal-hal lainnya yang tentu saja menguras duit.

Untung saja, saya orang yang gak berduit ya, jadi gak terkabul keinginan itu semua. Buat bisa makan siang dan beli bensin aja sudah sangat Alhamdulillah.

Saya sempat tidak percaya diri bahkan putus asa, merasa hidup yang kurang beruntung hanya teruju di diri saya ini. Tapi ya gimana lagi ya, ya dijalani dan dihadapi. Lama-lama saya sudah tidak ambil pusing dengan hinaan teman-teman saya. Ya karena hinaan itu sudah mendarah daging sih, selama 21 tahun dihina fisik mulu.

Lalu saya sadar meski saya tidak cantik, tapi saya juga tidak buruk-buruk amat. Tubuh saya masih lengkap dan berfungsi dengan baik. Lalu saya mencoba menysukuri dan memaksimalkan apa yang bisa saya lakukan. Misalnya merawat kulit agar tetap sehat meski kulitnya tidak putih dan kinclong.  Rajin keramas meski rambutnya tak lurus ataupun lebat. Pakai make up yang 'pas' biar tampak segar. Ya semua sudah saya lakukan tanpa mengubah bentuk ciptaan Tuhan. Intinya merawat pemberian Tuhan.

Kamu cukup mencintai dirimu sendiri, makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, jangan stress, kerja sewajarnya, olahraga, lakukan hobi yang kamu suka anggap aja sebuah hiburan dan berikan kata-kata yang positif untuk dirimu sendiri.

Kamu nggak perlu unggah foto seperti Tara Basro untuk mengkampanyekan body positivy karena kita sadar, kita ini bukan 'sosok' yang menyedot perhatian. Malah nanti fotomu disalahgunakan.  Terlebih di masyarakat kita ini pikirannya kebanyakan soal 'selangkangan'.  

Kampanye Body Positivity juga bisa kamu lakukan dengan cara tidak menghina tubuh oranglain. Itu penting banget sih. Berikan pujian untuk teman-temamu bahwa mereka tetap cantik apapun kondisinya. Karena tubuh itu adalah pemberian, kita hanya perlu merawat dan tetap sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun