Mohon tunggu...
Woro seto
Woro seto Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis apa saja yang disuka

Konten kreator, Pengusaha kecil, suka nulis hal receh dan pengamat sosmed

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Buku Sedunia: Jangan Biarkan Medsos Jadi Jendela Dunia

23 April 2019   20:00 Diperbarui: 23 April 2019   20:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang kalian cari ketika bangun tidur? Jujur saja, semenjak saya memiliki handphone, ketika bangun tidur saya langsung mencari Handphone.  Saya ingin tahu jam berapa saya bangun. Lalu saya bukan SMS. Setelah digital makin canggih, ketika bangun tidur saya melihat jam, cek pesan di WhatsApp dan cek story instagram dan status WhatsApp. Hasilnya,  ketika bangun tidur saya menghabiskan waktu 15 menit untuk bermain dengan handphone. Berarti, sholat subuhku juga agak terlambat karena aktivitas yang nggak penting itu. Astagfirullah. Aku ingin tobat.

Entah kenapa ya, gadget itu candu banget. Bahkan ketika kuota habis saja, saya sempat berswafoto. Kan nggak penting ya? Lagi-lagi kebiasaan saya ini sungguh buruk.

Hari ini, tepat pada tanggal 23 April ditetapkan sebagai hari buku sedunia. Memperingati hari tersebut, saya menertawakan diri saya. Berapa banyak buku yang sudah saya baca selama  sebulan? Setahun? Aaaah, barangkali Cuma 6 sampai 9 buku saja. Menyedihkan bukan?

Terkait hari buku sedunia, saya langsung mereflesikan diri sendiri. Mengapa saya lebih kecanduan gadget dibandingkan buku? Padahal dulu saya satu bulan bisa membaca minimal 1 buku. Lebih menyedihkan lagi, ternyata yang saya alami ini juga dialami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Melansir dari Kompas.com, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku.

hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) Indonesia berada dirangking 62 dari 70 negera. Sementara  'World's Most Literate Nations' yang diumumkan pada Maret 2016, produk dari Central Connecticut State University (CCSU) menyebutkan tingkat literasi di Indonesia mendapatkan peringkat 60 dari 61 negara yang di survei. Nah, kalian bisa menilai sendiri, seberapa rendahnya tingkat literasi di negara berflower ini.

Namun, di balik data yang membuat prihatin itu, ada sebuah kabar gembira bagi pemilik perusahaan Instagram. Instagram menjadi media sosial favorit orang Indonesia.

Data terbaru Facebook mengungkap pemakai instagram di Indonesia merupakan terbesar di Asia Pasifik. Dari 700 pengguna aktif bulanan alias monthly active user (MAU) yang diraup Instagram secara global, 45 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Dengan data itu kita bisa tahu bahwa pendapatan Instagram sebanyak apa? Duh, bisa buat beli permen se pulau Bali.

Jujur, saya pribadi pengguna aktif Instagram. Sehari rata-rata saya berselancar di Instagram selama 2 sampai 3 jam. Anehnya, saya pribadi tidak merasa bahwa waktu itu begitu lama, saya merasa asyik saja. Kalau kita hitung, waktu 3 jam bisa dipakai untuk membaca sebanyak 50 halaman buku lebih.

Tapi saya begitu kecanduan dengan aplikasi yang kaya akan visual itu. Mungkin pengalaman saya ini juga dialami oleh kalian? Hayo ngaku, jujur aja deh.

Terkait dengan rendahnya literasi kita dan tingginya aktivitas kita di sosial media membuat saya sendiri merasa malu dan tertampar. Saya kecanduan Instagram berawal dari teman-teman saya sering membicarakan hal-hal yang tengah viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun