Mohon tunggu...
Journalist World
Journalist World Mohon Tunggu... -

i am here to make you to be talked and to be famous

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kalau Sutradara nya Garin Nugroho ,pemain nya Julia Perrez,Dewi Perssik ,penulis skenario nya Riri Riza . Akankah menghasilkan film bagus?

14 September 2011   13:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di suatu hari yang sangat panas di Jakarta . Saya sengaja tidak melakukan aktivitas apapun hari itu. Saya berhenti di sebuah kedai kopi Franchise Amerika yang menjamur di seluruh belahan bumi.Di tempat tempat elitnya tentu saja. Ditempat yang elit bahkan bisa dibilang Champ Elysse nya Indonesia pun sepertinya harus ada. Saya memesan kopi hangat dengan harga yang hangat juga. Mata saya kemudian tertuju pada koran harian ibu kota yang dihalaman depan nya memasang dua wajah wanita Indonesia yang hari itu dan hari masih berseteru mungkin. Dan menjadi magma berita dimana mana. Julia Perrez dan Dewi Perssik adu jotos dilokasi syuting film terbaru nya. Begitu tertulis jelas. Tak beberapa lama koran itu dibuang oleh sang empunya di tong sampah . Lalu beberapa wanita socialita dibelakang saya sedikit menggunjing. Setelah sepertinya mereka melihat pemandangan yang sama seperti yang saya lihat. Atau terpakasa mata mereka melihat gambar yang sama seperti yang saya lihat .


" Saya itu jijik banget melihat gaya Julia Perrez itu . Haduh,suaranya fales,goyangan nya juga gak jelas." Kata perempuan satu nya yang berbaju belahan rendah lebih panas. Lebih panas dan lebih pahit dari black coffee yang saya seruput dari tadi. " Mending Jupe mah,saya kalau di tv saya ada Dewi Perssik langsung saya matikan .Saya bayar tv kabel mahal mahal cuma disuguhi perempuan yang doyan gergaji. Saya hueks banget. Apaan coba maksud nya,main film akting nya gak bisa,apa nya yang mau dijual. "


Begitulah omongan socialita negeri ini . High end . Orang orang elit yang mengklaim mereka berpendidikan tinggi,berkehidupan sosial kelas atas bahkan mengunjingan penyanyi dangdut yangs edang tertimpa sial karena disalah satu scene di film mereka berdua terpaksa harus berkelahi karena urusan pribadi yang memancing urusan professional. Intinya kan ,si artis artis ini mencari nafkah ,membanting tulang untuk bertahan hidup dikota sebesar Jakarta. Selain pemeo : apapun akan dilakukan orang di Jakarta untuk bertahan hidup " juga berlaku bagi mereka . Saya yaqin kedua artis ini juga harus mempertahan kan eksis tensi nya di jagad industry hiburan. Apa yang mereka lakukan hanyalah scripted seperti tertulis di dalam skenario film yang mereka terima. JAtunya harus film esex esex yang lari ke tangan mereka ya itu tidak jauh dari seperti apa pilihan yang telah dimulai di industry ini. Mereka tidak bisa lari itu. Dan seandainya harus jadi bahan gunjingan ibu ibu yang ingin melindungi nasib anak anak mereka dari tontonan yang tidak berpendidikan itu juga hak para ibu ibu.


Dewi Muria Agung atau Dewi Perssik memulai karir sebagai penyanyi dangdut dengan extreme figure. Dengan mengandalkan otot nya . Meliuk liuk seperti pegawai bangunan yang memotong kayu bahan pembuat pintu dan kusen. Lihat saja keringat nya dipanggung . Tidak jauh berbedakan ? dan itu pun diklaim sendiri sama si empunya . Goyang gergaji . Jangan sebut Dewi perssik kalau tidak menimbulkan kontroversi . Itupun lahir dari bibirnya sendiri. Dari apa yang dimulai ,publik pun mulai menilai seperti apa sosok dewi perssik dan dikategorikan dibagian mana di rimba entertainment. Ketika tawaran main film pun datang kepada sosok Dewi Perssik ,film film yang mengalir ke pundi pundinya adalah film film kelas menengah kebawah yang mengumbar adegan paha menipu,dada menipu dan sebagian adegan horor jaman Suzanna yang sengaja di re-make dengan sudut yang sedikit berbeda. Dan film film seperti ini di beberapa penilaian orang di Jakarta adalah film kelas rendahan dan tidak menjual kualitas. Hanya menjual kesensualan si pemain. Tersebutlah Dewi Perssik dan Julia Perrez diantaranya. Tak hayal nama kedua nya jadi bulan bulanan opini publik yang mengklaim konsern dengan moralitas. Juga para pembuat film dan penikmat film import . Mereka samapi geleng geleng kepala ketika melihat poster film dua orang selebritis tanah air ini dipampang di beberapa jaringan bioskop di jakarta. " Film apaan . Mending nonton dvd bajakan deh gue'" Begitu kejujuran itu meluncur dari mulut seorang mahasiswa tehnik elektro yang keeteulan penggila film,katanya. Lalu saya sempatkan diri bertanya.


" tidak suka film negeri sendiri nih?''

" Suka mas,tapi yang film berkelas dong ''

"berkelas maksudnya''?

" yah...kayak Laskar Pelangi . Pasir Berbisik"

"oh....." saya mengkerutkan dahi. lalu mencoba mendengarkan kalimat kalimat si mahasiswa ini.

"itu mas,saya jijik lihat film film nasional sekarang. Bayangkan seperti apa nasib negeri ini kalo tontonan nya film film yang tidak mendidik sama sekali. Pocong keliling, Arwah Goyang Karawang,Tali Pocong Perawan ,...maksudnya apa itu. Isinya pesan moralnya dimana?''

"memang film harus ada pesan moral nya ya ?" harus gitu?'' kirain film kan cuma have fun dibioskop'' jawab saya coba coba memberi ide konyol saya.

" yah lha mas,kan film itu media informasi juga. "


"oke oke . terus mau nya orang Indonesia membuat film seperti apa ?''

"saya ingin mas Garin mmabuat film lagi. Nia Dinata...." kan film merek bagus bagus."


Begitulah. Setelah saya mengucapkan terimakasih lalu saya beranjak dari situ dan mulai berpikir . Bagiaman sih sebenarnya maunya industry perfilman dan mau nya masyarakat film,. Tapi kemudian saya juga berpikir lagi. Masyarakat film yang mana dulu dan pembuat film yang mana dulu . Sepertinya mulai ada dua sisi yang berbeda visi dan misi disini. Saya tahu sebagian pemilik modal di industry film di negeri ini ,ingin membuat film film yang ringan dan modal yang cepat kembali ke dompet . Supaya cepat perputaran kelangsungan hiudp perusahaan film nya tentunya. Dan kesejahteraan karyawan nya tentunya. Namun tidak semua penikmat film setuju dengan hal tersebut atau tidak semua pengila film suka dengan film film yang mereka hasilkan. Yang notabene memang bertema horor berbalut adegan adegan slapstik sexual dan sensual lalu memakai artis artis dengan body maut yang juga biasa berkutat diseputar hal hal berurursan dengan sensusalitas.


Lalu ada beberapa pihak yang yang ingin menikmati film film nasional yang bermutu dan layak ditonton sebagai wacana bagi keluarga,anak anak atau pemuda . Film yang memberi motivasi positive dan nilai nilai ramah sosial yang mengikuti pranata kemasyarakatan yang pandu sejahtera. Film yang hidup dan memberi sumbangan baik,nilai nilai hidup yang benar benar mengkisahkan kehidupan yang harmoni atau membuat kehidupan kedalam ke harmonian. Itu mungkin yang diminati beberapa orang . Karena kita belum bisa berharap industry film kita bisa menghasilkan film sekelas Transformer atau yang mengutamakan kecanggihan CGI ataupun film dengan budget besar.

Lalu pertanyaan nya kemana pembuat film yang disebutkan tadi ? Seperti Garin Nugroho.

sekarang kalau kita cenderung mencemooh pemain film seperti Julia Perrez yang biasa bermain diarea merah pefrfilman Indonesia ,lalu seorang sineas seperti Nia dinata ditinggikan sebagai penghasil film film bagus. Dan orang orang yang bermain difilm nya menjadi terangkat namanya kedalam pemain pemail film kelas A umpamanya . Rasanya ini tidak begitu fair. Karena Julia Perres pun Dewi Perssik hanya bermain seperti yang tertulis di skenario . Dan film film yang disodorkan kepadanya hanya film film yang bertema seperti itu. Apakah mereka ber-acting difilm itu atau sekedar apa kita tidak akan tahu.


AKhirnya teman baik saya bercanda dengan guyonan seperti ini kepada saya . Bagaimana jika seorang Dewi Perssik bermain difilm yang disutradarai oleh Garin Nugroho . Skenario ditulis Riri Riza atau Mira Lesmana? dan.....tunggu dulu. Dengan tema tema yang tidak terlalu rumit . Yah dengan tema seperti film film " final analysis " nya Richard Gere dan Kim Basinger lah.


Saya berpikir sejenak. Lalu manggut manggut. Saya secara personal sangat setuju sekali . Jika ada pemilik modal yang mau berempati membuat film sengan artis seperti Jupe dan Depe ,namun memakai sutradara dengan kelas bintang seperti Garin atau Mira Lesmana. Disini akan terlihat akting yang sesungguhnya dari para bintang tersebut. Karena saya sudah melihat seperti apa film cinta dalam sepotong roti nya Garin Nugroho Atau film Laksar Pelangi nya Mira Lesmana . Sekaligus film nya Julia Perres dan Dewi Perssik . Film garapan Garin sangat lembut dan bertekstur literatur yang sangat peka dengan bahasa sastra. Film nya kaya akan ibarat ibarat . Prosa dan puisi yang bergerak . Mira lesmana mebuta film dengan detail yang sangat bagus. Film nya kuat dan berkarakter. Bisa menterjemahkan tulisan dalam bahasa gerak yang lugas juga sangat cantik.

Sementara itu akting Julia Perrez disebuah film nya ,saya bisa acungkan jempol. Sayang Akting nya tertutup cerita film yang bertema horor. Lalu setali tiga uang,Dewi Perssik masih muda,aktinya akan terasah dengan sempurna kalau ditangani sineas yang bagus atau paling tidak dengan skenario yang bagus dan keluar dari pakem cerita horror slapstik yang menjual body nudeness yang memang akan cenderung membuat kelas film tersebut turun ke area dibawah kelas A.


Kita akan menunggu di tahun tahun kedepan jika genre itu terjadi. Kolaborasi sineas handal dengan pemain pemain film seksi. Mengingatkan saya dengan booming nya nama Sharon Stone . Setelah beberapa film nya terdahulu tidak mengangkat namanya ,makan film "Basic Instict" nya PAul Verhoeven atau "the Specialist" nya Mario Kassar mengankat namanya. Dan sineas sineas itu adalah pembuat film yang bagus.


Seandai nya sebuah naskah film atau skenario thriller suspense yang bagus sperti Panic Room,Room mates diserahkan kepada Mira lesmana dan castinya Dewi Perssik dan Julia Perrsez .??? saya mulai berpikir seru nanti malam ,itu yang akhirnya menjadi buah pikir di kepala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun