Dari Lisbon sampai Ambon, hari-hari panjang agama katolik masuk ke Indonesia. Santo Fransiskus Xaverius menyeberangi samudera atlantik sampai ke selat malaka, walaupun jauh hari nama Yesus telah berkumandang di tanah ini, membuat nama Yesus semakin harum sampai kini.
Dari Amsterdam sampai Batavia, hari-hari melelahkan perjuangan para iman menyebarkan ajaran Kristus di tanah tercinta. Raja Louis Napoleon, setetes air segar bagi tanah kering Indonesia. Prefektur apostolik mulai tampak nyata. Jacobus Nelisen berjuang buat tanah yang bukan tempat kelahirannya. Tapi untuk satu tempat, di surga nanti, buat seluruh penghuni negeri ini.
Daendels mengulurkan tangan untuk Batavia. Dan Santo Ludovikus jadi pelindung pertama bagi tempat dimana kenyamanan hati ini tersedia.
Lagu indah mengiringi berdirinya Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga di Batavia. Bukan lagu kemenangan. Tapi lagu yang akan berjalan terus beriring bersama waktu, menyelamatkan jiwa-jiwa baru, yang terikat oleh sesal dan berjalan tak tentu.
Dari Batavia sampai Jakarta, 200 tahun lebih sudah akhirnya perjalanan panjang ini tak kenal lelah melewati segala rintangan. Adakalanya cuman seonggok kayu menutupi jalan, adakalanya semak belukar lebat menutupi segala penjuru, dan kadang bahkan jalan terjal penuh jurang curam siap menghadang jalan.
Dari tahun 1807-2010, bukan hanya rintik hujan yang datang. Bahkan badai pernah datang ke sini. Dari puing-puing yang telah jadi abu, menjadi lukisan indah nyata neo-gotik yang eksotik. Menyebarkan firman Tuhan, kebaikan, dan cinta pada sesama.
Jalan ini sulit. Iya sangat sulit. Jatuh-bangun aku melewati jalan ini. Bukan 200 tahun waktu yang kujalani, hanya dalam hitungan puluhan. Tapi aku tahu ini sulit. Menyangkal diri, dan ikut berjalan di jalan tandus berbatu. Oh, padahal jalan yang lebih bagus, lebar, mulus, penuh pemandangan terhampar di depan sana. “ jalanku bukan jalanmu “ teringat sepatah firman di benakku. Tak kuasa menolak kadang tuk’ sekedar bermain-main di taman, dan melepas lelah di situ.
200 tahun lebih gereja ini bertahan di tengah negeri orang padang pasir. Di antara jumlah pemeluk terbanyak di dunia, meski di bandingkan dari mana agama itu berasal. Gereja ini tidak tumbuh di tempat subur. Gereja ini tumbuh di semak belukar. Dan seperti seorang pelaut yang berpengalaman. Semakin besar ombak yang mampu terlewati, kekuatannya makin teruji. Demikian juga gereja ini. Semakin lebat semak belukar ini menutupi. Bahkan merambat sampai ke atap-atap gereja. Dan sampai suatu saat semak belukar ini akan jadi tanaman indah yang ada di sekitar gereja. Sehingga gereja ini akan semakin kuat berada di bumi sini. Bukan menghancurkan apa yang ada, tetapi membuatnya sedemikian rupa sehingga bisa melewati jalan ini bersama, menuju negeri para orang suci.
Tidak di hitung dengan banyaknya gereja yang ada. Tidak di hitung dengan banyaknya pengikut dan jemaat yang datang. Tidak di hitung dengan indah dan megahnya bangunan. Tidak di hitung dengan banyaknya kitab suci yang tercetak. Tidak di hitung dengan aksesoris patung salib dan gambar Yesus yang terjual di pasaran. Tidak di hitung dengan berapa total saldo per bulan uang persembahan. Tidak di hitung dengan jumlah sekolah katolik yang semakin tumbuh dan berkembang. Tidak di hitung dengan banyaknya buku tentang Kristus yang beredar. Tetapi dengan menghitung hati tulus, suci dan penuh cinta yang benar-benar satu jalan, satu rel dan satu tujuan buat Tuhan.
Akankah gereja ini hanya sebagai tempat mencari keselamatan diri semata? Bukankah di luar sana satu biji beras masih susah ‘tuk di dapat? Bukankah di luar sana satu keping uang logam masih susah ‘tuk di cari? Akankah engkau berjalan sendiri menuju kerajaan yang telah tersedia untukmu di atas sana? Ataukah engkau akan berjalan bersama-sama menuju kerajaan yang telah Tuhan janjikan untukmu?
Dari Jakarta ke surga, akankah kau sebarkan firman dan cinta ini di luar sana?
Dari Jakarta ke surga, akankah kau gunakan keretamu untuk membawa sesamamu?
Dari Jakarta ke surga, akankah kasih yang kau gembar-gemborkan hanya bualan semata?
Dari Jakarta ke surga, akankah kau gunakan hati penuh cintamu dalam setiap detik dalam hidupmu?
Dari Jakarta ke surga, bukan sebuah jalan yang mudah, teman, tapi Tuhan takkan pernah tinggalkanmu…
Dari Jakarta ke surga, semoga lembah kelam ini jadi cerita indah di atas sana…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H