Mohon tunggu...
Rin
Rin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Si amatir pecandu kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pasal Lalu

24 Oktober 2022   22:09 Diperbarui: 24 Oktober 2022   22:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lubuklinggau, rinCaptured(2)

Perihal Kamu.

Lampau, kita pernah sedekat nadi sebelum sejauh matahari. Layaknya penggalan lirik lagu lawas itu.

Kamu, adalah rindu yang entah. Rasa yang kosong. Sekosong mengertiku tentangmu. Bak teka-teki yang belum bisa kupecahkan.

Benang kusut yang tak pernah usai kuburai. Kita pernah berbagi rasa sakit sebelum semuanya menjadi rumit. Saling menguatkan di masa sulit, meski berakhir perpisahan tanpa pamit.

Pernah saling menjadi penopang jikalau salah satu tumbang. Berjanji tak akan pernah meninggalkan, meski akhirnya salah satu memilih menghilang.

Seonggok daging di dalam sini terasa ngilu, meski hanya sedikit, meski hanya secuil, nyatanya asa itu masih ada. Tak menampik bahwa diri ingin agar kita bisa baik-baik saja. Kembali seperti sedia kala. Seperti semula.

Ruang tempat kita berbagi, bercanda, dan berbalas pesan hingga larut malam kini menjelma ruang yang sama sekali tak ingin kujamah. Bukan karena aku membencimu, bukan. Hanya menolak percaya bahwa tak ada lagi kita-- bukan, aku dan kamu tak pernah jadi KITA selama ini.

Aku dan Kamu, hanya dua orang yang saling menompang, mencari inang sebagai tempat menumpang. Aku berpikir tak ada yang lebih mengerti aku selain kamu, pun sebaliknya, tak ada yang lebih mengerti kamu selain aku.

Namun, nyatanya itu semua keliru. Aku tak pernah benar-benar memahamimu. Kamu, pun begitu.

Tak perlu saling meminta maaf, ini bukan salahmu, juga bukan salahku. Bukan kita yang harus berdamai. Melainkan ego kita masing-masing. Berdamai dengan diri masing-masing. Memaafkan diri sendiri, lalu bangkit lagi, berjanji tak akan ada keliru kedua atau kesekian kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun