Karena itu, jelas sangat tidak mungkin bagi seekor babi hutan untuk keluar dari hutan, lantas berjalan hingga sampai ke tempat pemukiman penduduk. Apalagi babi yang ditangkap ini masih anakan. Orang mungkin bisa bilang, "ya wajar sajalah, namanya juga pesugihan babi ngepet. Tidak perlu dipersoalkan dari mana datangnya, namanya juga makhluk jadi-jadian."
Tidak bisa begitu, Sergio Marquina! Polisi hanya percaya fakta. Seperti Hercule Poirot yang hanya mengandalkan otak alias sel-sel kecil kelabunya. Tidak ada tempat untuk takhayul. Pasti ada orang yang dengan sengaja mendatangkan babi itu, entah dari mana, dan dengan cara bagaimana. Bisa jadi, dari situlah penyelidikan bermula.
Saya jadi ingat ujaran Sherlock Holmes dalam novel bertajuk Empat Pemburu Harta, "Kalau kamu menyingkirkan yang mustahil, apa pun yang tersisa, betapa pun mustahilnya, adalah kebenaran." Barangkali itulah langkah polisi selanjutnya. Menyingkirkan hil-hil yang mustahal.
Polisi memiliki teknik wawancara yang sangat mumpuni. Pada saat menanyai warga yang mengaku menangkap babi ngepet, bisa jadi polisi bersikap simpatik, seolah-olah percaya begitu saja, dan mendengarkan kisah mereka dengan penuh perhatian. Duh, siapa sih yang nggak suka dibegitukan?
Tapi jangan salah. Diam-diam polisi mencatat keterangan orang-orang itu dengan teliti. Jika kasus babi ngepet itu memang hoaks alias berita bohong, pasti akan ditemukan kejanggalan, bagian kisah atau jawaban yang tidak konsisten satu sama lain. Pasti ada potongan puzzle yang tidak pas.
"Kau tak pernah sadar bahwa hal-hal yang paling rumit biasanya sangat bergantung pada hal-hal yang paling sepele," ujar Sherlock Holmes dalam kisah Petualangan Lelaki Merangkak. Wawancara yang detil dan teliti sangat berguna bagi penyelidikan polisi.
Orang biasanya sulit berbohong dengan konsisten, kecuali kalau ia jenius atau supercermat. Pasalnya, kebohongan satu akan menuntun ke kebohongan berikutnya, dan mengingat-ingat semua kebohongan sekaligus itu seringkali tidak mudah. Nah, begitu menemukan kejanggalan, polisi akan terus mencecar dengan berbagai pertanyaan, hingga akhirnya pelaku kehabisan akal, mentalnya jatuh, dan mengakui semua perbuatannya.
Saya tidak tahu apakah komplotan penyebar isu hoaks babi ngepet di Depok itu membaca novel-novel Sir Arthur Conan Doyle, Agatha Christie, S. Mara Gd., atau tidak. Menonton CSI atau tidak. Besar kemungkinannya tidak. Sebab jika iya, mereka tidak akan berani berbohong kepada polisi sedemikian rupa.
Hmmm, perlukah novel-novel serta film-film detektif dan polisi dijadikan bacaan dan tontonan wajib, supaya orang berpikir ribuan kali terlebih dahulu, sebelum melakukan tindak kriminal?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H