Ada 3 kemungkinan. Pertama, ia nggak niat. Kedua, ia memang tidak bisa menjahit dengan rapi. Ketiga, ia masih ngantuk karena adik saya datangnya terlalu pagi.
Yang lebih hebat lagi, sebelum menjahit, dokter N menyuruh adik saya memilih, mau menggunakan obat bius lokal yang mana.
"Yang ini IDR225000, memang biasa digunakan pada manusia. Sedangkan yang ini IDR175000, belum pernah dicobakan pada manusia. Biasanya digunakan untuk membius kuda."
Adik saya yang tabah dan lugu (dan banyak duit, amen!) tanpa banyak cingcong langsung memilih yang mahal. Namun Si Pengemudi yang menemani adik saya sampai njenggilat saking kagetnya. Masa iya pasien ditawari obat bius untuk kuda?
"Lha ceritamu ini bener atau ndak?" Tanya saya.
"Ya bener tho, saya dengar sendiri, wong saya duduk di samping A kok."
Wow, hebat juga ya. Pasien manusia ditawari obat bius untuk kuda!
"Waktu nanya tampangnya gimana, serius atau bercanda?" Kali ini saya bertanya pada adik saya.
"Lupa," jawab adik saya. "Memang dokternya nanya begitu, tapi nggak tahu serius atau bercanda. Jadi pilih aja yang bagus."
Saya tak percaya RS X menawarkan obat bius kuda pada pasiennya. Entah apa maksud dokter N. Mungkin ia sekedar ingin menjual obat yang lebih mahal.
Ada tiga pelajaran moral yang bisa ditarik dari kejadian ini. Pertama, sebisa mungkin jangan ke RS pada jam-jam yang ajaib. Kedua, kalau harus berobat, pilihlah dokter yang reputasinya baik. Ketiga, kalau kondisinya mendesak dan tak bisa pilih-pilih, berdoalah agar dokter yang bertugas baik, pintar, terampil, niat bekerja, dan tidak ngantuk... ^^