Mohon tunggu...
Santi Kurniasari Hanjoyo
Santi Kurniasari Hanjoyo Mohon Tunggu... Lainnya - Marathoner, ibu rumah tangga yang suka berlari, menulis, dan menyanyi.

Saya suka menulis (meskipun kadang isinya tidak penting), suka membaca dan menanggapi tulisan orang lain, dan suka membuka website Kompas. Karena itu, saya senang sekali bisa bergabung dengan Kompasiana... it's a wonderful world of blogging ... ^^

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Bius Kuda

25 Mei 2012   08:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:49 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berkaca dari pengalaman buruk seorang ibu muda, yang akhirnya diselamatkan oleh koin dan simpati masyarakat, maka dalam kisah berikut ini sebagian nama orang, lokasi, serta waktu kejadian sengaja tidak ditulis dengan jelas.

Beberapa waktu lalu keluarga kami mengadakan perhelatan yang cukup penting, sehingga saya dan kedua adik perempuan saya menyempatkan diri untuk hadir. Perhelatan itu sendiri diadakan di kota A, tidak jauh dari kampung halaman kami. Malam sebelumnya, kami menginap di kota tersebut.

Pada pagi hari H terjadilah sebuah musibah kecil. Adik saya jatuh di kamar mandi, dengan dagu menghantam bathtub, sehingga kedua gigi atas depannya patah setengah, dan patahan giginya menancap di bibir bawah.

Adik saya yang tabah nan gagah berani tidak menangis sedikit pun. Dengan diantar seorang pengemudi yang juga merupakan teman keluarga, pukul 05.15 pagi adik saya pergi ke RS X, salah satu RS ternama di kota A. Di sana patahan giginya dikeluarkan, lantas bibirnya yang sobek dijahit. Siang harinya, adik saya sudah bisa bergabung dengan kami semua di perhelatan tersebut.

Adik saya tidak pernah bercerita dengan detil mengenai pengalamannya di RS, dan saya sendiri juga tidak pernah bertanya. Pikir saya, yang penting ia telah ditangani dengan baik.

Perkara jahitan pada bibir yang peletat-peletot dan sangat tidak karuan, mungkin harus dimaklumi. Pikir saya, pukul 5 pagi, tentu di RS tersebut hanya ada dokter jaga. Dan menurut novel-novel yang pernah saya baca, dokter jaga ini biasanya koas atau dokter muda yang belum terlalu berpengalaman.

Rasa ngilu pada gigi, biasanya amat dibenci. Tapi dalam kasus adik saya, rasa ngilu patut disyukuri. Lantaran giginya yang patah terasa amat ngilu, pagi itu juga adik saya meminta agar giginya dicabut.

Ibu saya segera menghubungi drg. Christine, dokter gigi langganan kami, yang juga seorang spesialis ahli bedah mulut. Selain mencabut gigi adik saya, drg. Christine juga membongkar dan merapikan jahitan pada bibirnya hingga rapiiiii sekali. Kini bekas jahitan itu nyaris tak tampak.

Dokter gigi yang cantik nan ramah ini menelepon ibu saya. "Yang tadi menjahit bibirnya Si A (adik saya) siapa ya? Menjahit bibir anak perempuan kok ngawur, peletat-peletot. Puluhan tahun praktek, baru kali ini saya melihat jahitan seburuk ini. Untung lukanya belum merapat, jadi masih bisa diperbaiki."

Nah, untung kan, adik saya merasa ngilu tak tertahankan? Kalau tidak ngilu, mungkin ia takkan minta giginya dicabut, dan jahitannya takkan diperbaiki.

Singkat cerita, akhirnya kami tahu bahwa dokter yang menjahit bibir adik saya di RS X, bernama dokter N. Ternyata ia dokter umum yang sudah cukup lama praktek, bukan koas. Tapi kenapa jahitannya buruk sekali ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun