Mohon tunggu...
Wahono Wongmbanjar
Wahono Wongmbanjar Mohon Tunggu... -

Internet Marketing & Networking \r\nhttp://wahonobae.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catur Kehidupan

21 Mei 2010   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yups, membangun ketahanan lahir dan batin secara bersama dalam satu bidang sangat memungkinkan sekali. Karena khikmah atas ajaran agama, budaya bahkan sejarah kita telah membuktikan-nya. Sebagaimana Tuhan Alloh telah menciptakan Nabi Sulaiman, AS sebagai orang terkaya di dunia pada waktu itu dan tetap bertaqwa. Sebagaimana Tuhan Alloh telah menciptakan Nabi Yusuf, AS sebagai orang yang terganteng di dunia dan tetap bertaqwa. Sebagaimana Tuhan Alloh telah menciptakan Nabi Ayub sebagai manusia yang paling sengsara di dunia dan iapun tetap bertaqwa.

Ada 3 amal ibadah kita yang tidak akan pernah berhenti pahalanya, walaupun kita telah mati hingga hari akhir atau yaumul kiyamah . Yakni : Sodaqoh Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh. Dan dalam membangun ketahanan financial kita, maka carilah sebuah pengetahuan ekomoni yang mengajarkan pada kita sebuah system sebagaimana ketiga amal tersebut diatas. Jamaah dalam konsep islam, kemitraan berjaring dalam konsep koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa dan Jaringan atau Networking dalam konsep revolusi ekonomi. Semua telah teruji oleh waktu. Dan sejarah juga telah membuktikan-nya. Hanya system tersebutlah yang bisa membuat ketahanan benteng lahir kita kuat.

Ketika “ THE GREAT DEPRESSION DUNIA PERTAMA “ terjadi ditahun 1929. Dan 69 tahun kemudian terulang kembali yakni “ THE GREAT DEPRESSION DUNIA KEDUA “ ditahun 1998. Hampir semua sector perkomian dunia tumbang, termasuk Indonesia. Dan kekuatan system ekonomi Networking telah membuktikan tidak mengenal The Great Depression apapun. Ia terus melejit bersama mitra-mitranya. Masih kurangkah bukti kekuatan konsep ketahanan financial sebagai benteng lahir agar kita jatuh pada pilihan bahwa “ yes ! I’am networker ! “ ?

Benteng batin sebagai perisai ketahanan spiritual dalam catur kehidupan juga salah satu penentu hidup dan mati kita agar kita sampai pada pengetahuan jati diri. Dari sinilah secara pribadi saya mengajak pada kawan-kawan pembaca semua, walaupun kita telah faham dan mengerti tentang banyak hal, maukah kita bersama-sama membuka kembali kitab suci kita ? mengapa saya mesti memberanikan diri untuk mengajak siapapun dan latar belakang apapun kita agar kita bisa kembali pada ajaran kitab suci kita ? karena hanya dengan kita kembali pada ajaran kitab suci kita masing-masing, tatanan peri kehidupan kita akan kembali pada cita-cita awal terbentuknya bangsa yang menyebut dirinya sebagai bangsa Indonesia. Yakni bangsa yang berketuhanan, bangsa yang berperikemanusiaan, bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bangsa yang sanggup memberikan pengayoman serta nilai-nilai keadilan bagi seluruh masyarakat. Disinilah letak bangsa yang bermartabat dengan sebenar-benarnya dan sebenar-benarnya bermartabat.

Dua Kuda dalam catur kehidupan
Kuda adalah simbul Turangga dalam bahasa jawa. Turangga berarti tunggangan atau kedaraan. Turangga bisa juga diartikan sebagai profesi seseorang. Kuda dalam permainan catur sering juga di sebut knight dalam bahasa ingris, yang memiliki arti kesatria.
Seorang kesatria sejati mengerti benar apa yang ia tekuni atau yang ia lakukan atau yang sedang ia pelajari dan atau apa yang sedang ia perjuangkan. Untuk apa, mengapa dan juga bagaimana. Sehingga ia sadar betul bahwa apa yang ia kerjakan saat ini, itulah profesinya.

Deklarasi profesi dengan penuh kesadaran atas apa yang di kerjakan atau apa yang sedang di lakukan inilah yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah kata dedikasi. Dan atas curahan waktu, tenaga, pikiran, perasaan inilah akhirnya ia benar-benar melebur dalam laku loyalitas dan juga totalitas profesi. Inilah orang – orang yang telah membakar komitmen atas tekad yang membara dan juga niat yang suci sejak awal ia memulainya. Disinilah laku kesatria sejati dan sejatinya kesatria berada.

Sehingga jika kita kaji bersama atas konsep tersebut diatas, niat saja tidaklah cukup untuk bisa menghantarkan kita pada puncak kemenangan catur kehidupan. Setelah niat ini terlahir dari hati dan pikiran kita, seyogyanya kita mesti bisa mensucikan niat ini menjadi sebuah pengabdian ataupun sebuah amal ibadah. Dan jika proses pensucian niat ini sudah kita lakukan, lalu apa yang harus kita lakukan ? Tahap selanjutnya adalah menumbuhkan tekad yang membara. Sehingga apa yang kita niatkan bisa menggerak-kan jiwa dan raga kita, selangkah demi selangkah menuju kemenangan catur kehidupan. Bekerja dengan penuh dedikasi dan juga loyalitas inilah yang di sebut dengan totalitas. Sunan kali jaga menasehati kita dengan tiga kata “ TEKEN, TEKON, TEKAN “. Jika kita telah menemukan pegangan atas apa yang akan kita lakukan dan kita perjuangkan, kegigihan dan komitmen inilah yang akan mengantarkan kita pada puncak kemenangan catur kehidupan.

Tidak ada yang bisa menggantikan arti penting kegigihan dan keuletan. Bakat pun juga tidak, sebab ada sekian banyak orang gagal meski mereka berbakat. Pendidikan-pun juga tidak bisa menggantikannya, sebab banyak orang berpendidikan tinggi tidak bisa mencapai apa-apa kecuali ijazahnya geripis dimakan jamur dan waktu. Kegigihan, keuletan dan tekat yang membara itulah yang akan mengantarkan kita semua menjadi kesatria-kestria sejati pada puncak kemenangan setelah melalui peperangan catur kehidupan.

Dan untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam catur kehidupan, beberapa langkah kuda barangkali bisa kita ambil pelajaran. Saat kuda hendak melangkah, ia mesti kesamping kanan atu kiri terlebih dahulu baru maju atau mundur, atau maju dan mundur terlebih dahulu baru kesamping kanan atau kiri. Tidak semua kesuksesan dalam catur kehidupan ini diraih dengan mulus. Ini pelajaran berharga yang harus kita catat. Terkadang kita harus ke kiri atau kekanan terlebih dahulu, terkadang kita maju sedikit atau malah mundur sedikit untuk kemudian setahab demi setahab kemenangan bisa kita raih. Proses inilah pelajaran yang paling berharga yang harus kita cermati ketimbang hasil. Karena hasil inilah efek atas jerih payah perjuangan itu sendiri.


Dua Gajah dalam catur kehidupan

Gajah dalam papan catur kehidupan melambangkan kekuatan. Dalam bahasa ingris disebut dengan bishop atau uskup. Pelajaran atas simbul ini adalah dalam menjalani catur kehidupan, kita sebagai insan harus menyadari betul sisi kekurangan diri kita. Sehingga kita membutuhkan bimbingan dari orang-orang yang lebih pandai dan berpengalaman. Termasuk didalamnya kita membutuhkan bimbingan langsung dari orang-orang yang memiliki kedekatan spiritual dengan sang Kholik.

Jika kita melihat dengan kacamata awam, tentu kita bisa menyaksikan sebuah realita bahwa orang – orang tersebut yakni kaum ulama, kyai, pendeta, pastur, uskup terkesan memisahkan diri dari hingar bingar kehidupan duniawi. Sehingga gerak langkah Gajah ini dalam catur kehidupan terlihat serong atau miring. Namun demikian jika kita sudi untuk melihatnya dari kacamata batin, gerak langkah merekalah yang sebenarnya lurus ( siratal mustaqim ). Dan mata kitalah yang tidak bisa melihat kelurusan atas pergerakan mereka, karena kekeruhan hati dan pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun