Mohon tunggu...
Wong Kam Fung
Wong Kam Fung Mohon Tunggu... -

Baca tulisan-tulisan dia di blog pribadinya http://wongkamfung.com, atau menghubunginya di akun Twitter @wkf2010.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Perkantoran

7 Juli 2010   00:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi saya politik itu hal yang berat, bukan agak lagi, dan tidak menyenangkan. Selalu, saya tidak merasa senang dan tidak bisa menikmati saat membuat tulisan yang berbau-bau politik. Namun di lain sisi, kadang-kadang saya harus menuliskannya. Sebuah dikotomi yang tidak mengenakkan tetapi harus dijalankan. Paragraf awal yang serius hah?

Ah, siapa bilang? Mana pernah sih tulisan saya serius? Paling-paling yang menganggap serius ya mereka yang sakit hati dengan tulisan yang saya buat. Bisa jadi, tulisan yang ini juga akan dianggap serius oleh orang yang sama. Mari kita buktikan.

Yang namanya politisi tuh, ada di mana-mana. Dia tidak harus bernaung di sebuah partai. Tanpa partai apapun seseorang bisa berpolitik dan mempolitisir keadaan, bahkan manusia. Dunia perkantoran adalah salah satu wadah yang bisa menjadi tempat bagi para politikus mempraktekkan jurus politiknya tanpa harus menjadi orang partai. Hal itulah yang disebut dengan politik perkantoran atau office politics.

Sama dengan dunia politik yang sebenarnya, politik perkantoran juga dipenuhi dengan intrik. Di dalam kantor yang memiliki banyak karyawan, intriknya juga beragam. Bila ada istilah politisi putih, politikus hitam tentu saja juga ada. Jangan-jangan sebenarnya kita telah menjadi korban politik dari para politisi hitam yang notabene adalah teman kerja kita sendiri? Politik ini bisa dimainkan oleh individu maupun kelompok dalam sebuat tempat kerja. Sakit memang, tetapi itulah kenyataannya.

Mengapa teman sekerja bisa seperti itu? Tidak berbeda dengan politik di luar kantor, pemicunya biasanya terkait dengan kekuasaan dan atau fasilitas. Keserakahan sering menjadi latar belakang teganya seseorang menjatuhkan teman sekantor. Bila dia kebetulan memiliki jabatan yang lebih tinggi, ketakutan kehilangan kekuasaan atau kehilangan wibawa/pengaruh di mata anak buahnya bisa membuatnya mempolitisir keadaan dan karyawan. Contoh kongkrit misalnya saat dia tidak berdaya menyingkirkan teman yang dianggap mengancam kedudukan atau wibawanya, maka dia berusaha menjatuhkan dengan menebar fitnah dan menabur gosip. Kejam, namun itulah cara yang akan dilakukan. Bagi dia, tidak ada cara yang tidak baik bila menyangkut keselamatan posisi dan gengsinya di kantor.

Praktek politik perkantoran bisa berdampak serius bagi kinerja kantor itu sendiri. Para politisi ini tidak segan-segan menghilangkan sebagian informasi atau memutarbalikkan informasi dengan tujuan untuk memanipulasi sebuah keadaan demi kepentingan pribadi. Politikus hitam perkantoran tidak ada bedanya dengan tukang fitnah dan pengadu domba. Anda bisa menilainya sendiri bagaimana mereka itu. Saya yakin.

Cara mudah mengidentifikasi adanya praktek politik perkantoran dengan memandangnya seperti sebuah permainan. Permainan ini bisa diamati dari jenis dan hasil apa yang ingin dicapai dalam permainan itu. Misalnya bagi penguasa, permainan ”Mengadu Domba” akan menyebabkan karyawan saling bermusuhan sehingga hasil yang diharapkan adalah tidak ada satu karyawan yang akan mengancam kedudukan dia. Jika anda bertanya mengapa sebagai penguasa kok mau-maunya melakukan perbuatan itu, yang bisa mengancam keutuhan institusi, jawabnya adalah itulah kebodohan yang muncul karena egonya. Penguasa semacam ini adalah seperti pemimpin yang pernah saya gambarkan dalam tulisan yang bagi sebagian orang, mungkin anda termasuk di dalamnya, memiliki judul kasar, yaitu Si Goblog Memimpin.

Terus, apa yang perlu kita lakukan untuk menghadapi politikus hitam semacam itu? Mulailah belajar politik perkantoran. Di mana dan dari mana mulainya? Halah, masih nanyak! Browsing internet, sowan mbah Google, atau hubungi om Wiki.

Sumber gambar: di sini

Salam,

WKF yang ada di wongkamfung.boogoor.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun