Mohon tunggu...
Bisma Cakradara
Bisma Cakradara Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa, dan aku bukan apa-apa. aku hanya ingin menjadi apa yang anda pikirkan tentang aku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyai Dasimah

27 Mei 2013   21:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:56 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku begitu penasaran dengan sosok Mubaligoh Nyai Dasimah, karna Dua tahun terakhir Nyai Dasimah menjadi Primadona di kalangan ibu-ibu pengajian Jamiyah, tutur katanya mampu menghipnotis para jama’ah yang hadir, suaranya lantang dan menenangkan setiap kalbu yang mendengarnya. Pujian itulah yang aku dengar dari para ibu-ibu anggota jamiyah Marhaban, jam’iyah Shalawat, Jam’iyah Hadiyu dan entah jamiyah apalagi karena saat ini dikampungku banyak komunitas yang akhirnya membentuk pengajian atau Jam’iya.

Al-hamdulillah aku diberi kesempatan untuk melihat Nyai Dasimah. Karena siang ini Nyai Dasimah akan ceramah di Musolah dekat rumahku dalam rangka Maulid Nabi Muhammad. Hari beranjak siang suara Adzan Dzuhur terdengar memilukan, anganku ikut larut dalam alunan Adzan yang yang semakin lama semakin memilu seakan ingin mengadu kepada Tuhan bahwa seruan-NYA dianggap sekedar angin lalu belaka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30, masyarakat mulai berbondong-bondong datang ke tempat pengaosan, panitia sibuk mempersilahkan Jama’ah yang mayoritas kaum Ibu-ibu untuk duduk ditempat yang telah disediakan oleh panitia. Acara demi acara telah dilewati mulai dari Qiroatul Qur’an sampai kata sambutan dari beberapa tokoh masyarakat, akan tetapi belum ada tanda-tanda kemunculan Nyai Dasimah,

“Ah… mungkin beliau masih mengisi ceramah ditempat lain”, pikirku. Tak selang lama aku melihat ibu-ibu pada berdiri sambil meneriakan takbir “Allahu Akbar !!!” dilanjutkan membaca shalawat Badar persis seperti kaum Musliminmenyambut kedatangan Rasulullah dari perang Badar , aku tersentak kaget ternyata itu tanda penghormatan ibu-ibu pengajian menyambut kedatangan Nyai Dasimah. Mereka berebut untuk bersalaman atau sekedar mencium tangan Nyai Dasimah (biar dapat barokah katanya), aku melihat Seorang perempuan yang tinggi semampai mengenakan gamis sedang dikerubutin ibu-ibu pengajian, tak salah lagi itu adalah Nyai Dasimah. Tapi ada yang aneh yang aku lihat pada sikap Nyai Dasimah, yeah kulihat ada sikap angkuh pada Nyai Dasimah ketika bersalaman dengan Jama’ahnya, Astagfirullah Haladzim.

Apakah seperti ini sikap seorang mubaligoh yang sedang menjadi primadona dikalangan ibu-ibu, seribu tanya berkecamuk dalam dada, aku sangat pensaran dengan sosok Nyai Dasimah, aku yakin ada yang aneh dalam dirinya. Kebetulan tadi aku mendengar dari ibu-ibu yang sedang membicarakan Nyai Dasimah kalau Nyai Dasimah Berasal dari desa Madangkara, aku ingat aku punya teman di desa itu kalau tidak salah Ulfahtun namanya. Keingintahuanku semakit kuat, “semoga saja Ulfahtun memberi jawaban atas rasa penasaranku ini”, harapku.

Setelah shalat isya kugapai hp jadulku diatas meja, kucoba mengirimkan sms ke Ulfahtun.

Ass. Ul tau g sm Nyai Dasimah

Kenal ngok, malahan anaknya aq yg ngajar, why

Td siang Nyai Dasimah cramah dsn, tp aq liat wkt dtg trus salaman ma ibu2 ko sikapnya gt ya”

Maksud ente ?”Received

Angkuh n terkesan sombong

Dia tu mubaligoh tp klakuannya beda 3600dengan omongannya

ah masa sih, maksud km apa neh”<send>

Aku semakin penasaran dengan apa yang diutarakan Ulfahtun lewat SMS, kucoba mengingat isi ceramah Nyai Dasimah tadi siang yang aku simak walau dengan mata mengantuk.

Tit..tit…tit Hp jadulku berbunyi membuyarkan lamunanku tentang Nyai Dasimah, rupanya ada balasan sms dari Ulfahtun, aku terkejut membaca isi sms terakhir dari sahabatku ini, aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang diceritakan Ulfahtun tentang Nyai Dasimah. Astagfirullah Haladzim, Naudzu Billah wa naudzu billah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun