Mohon tunggu...
Pak Cilik
Pak Cilik Mohon Tunggu... Pegiat Teknologi Informasi -

berpikir, berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak Jokowi Tidak Blusukan ke Teluk Jakarta?

15 September 2016   06:07 Diperbarui: 15 September 2016   16:14 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi menanam mangrove. Sumber gambar: Tempo.co

Mengurug laut juga mengurangi pencuri ikan. Sebab pulau-pulau itu kan dijaga satpam. Dijamin pencuri ikan lebih segan untuk mencuri ikan baik tepat di atas pulau reklamasi itu maupun perairan di sekitarnya. Terlebih lagi kalau ikannya sudah berkurang atau tidak ada. Pencurinya mending jadi maling radio.

Mengenai nelayan, itu akan dipindahkan ke rumah susun. Dulu keberadaan nelayan sempat diragukan. Tapi belakangan jumlahnya sudah disepakati menjadi lebih kurang sekitar 12.000 jiwa. Di rusun, nanti nelayan bisa menjemur baju di balkon lantai 10 sambil mengawasi dari ketinggian, apakah perahu dan jaringnya masih ada di tempatnya atau tidak. Apakah ikan yang dijemur dikerubung lalat atau diintai kucing. Juga bisa melihat jauh ke arah laut barangkali ada tanda-tanda ikan hidup yang mulai berseliweran. 

Bila pulang melaut, bisa naik lift sambil menenteng ikan. Yang penting tidak membawa jala, apalagi cantrang. Cantrang sudah resmi dilarang.

Tapi jangan suudhzon begitu. Rusun-rusun nelayan itu kan masih direncanakan. Kok berimajinasi terlalu jauh. Baru direncanakan, kok sudah diragukan. Apatis sekali. Lebih baik berdoa agar rusun-rusun itu segera menjadi kenyataan. Dan agar supaya air di rusun itu tidak mati-mati dan warga harus membeli air dari drum yang harganya naik pada Hari Senin.

Lihatlah yang konkret-konkret saja. Tahukah kau, artinya konkret itu?

***

"Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, selat, dan teluk."

Dalam hitungan bulan dan hari saja setelah pidato bersejarah itu, renungkanlah kembali.

Sepertinya hari ini kita sudah tak lagi memunggungi lautan. Sudah balik badan untuk menatap Dewi Laut. Pantai, matahari yang semakin terik, burung-burung yang terbang menjauh. Tiang-tiang kapal yang merapuh. Air kehitaman dengan bungkus-bungkus mie instan, timbul tenggelam. Ikan-ikan kurus di balik botol-botol plastik, mengapung.

Bukankah tidak ada penjelasan, apakan menatap pantai itu untuk berjongkok dan menanam kembali benih-benih mangrove. Menegakkan lagi pohon-pohon kelapa supaya ada melambai-lambai nyiur di pantai. Seperti di lagu itu. Melepas kembali burung-burung yang dibeli dari pedagang pasar tadi pagi.

Atau menatap lautan itu dengan yang konkret-konkret saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun