Tapi tunggu, belakangan ini, aneh bin ajaib. Hujan terjadi sepanjang tahun. Udara tak begitu panas, paling tidak saat hujan sudah benar-benar turun. Cukup memasang kipas exhaust 300 ribu rupiah untuk membuat malam menggigil. Irit listrik pula. Kecuali anak saya yang agak kegemukan, berkeringat mencerna susu formula lisensi bekas penjajah yang disodorkan kala ia menangis. Tak apalah, ibunya rajin mengoleskan bedak. Yang penting suatu saat ia saya bawa pulang kampung, tak teriak-teriak ia minta AC.
Mudah-mudahan, dua atau tiga tahun lagi. Ketika saya terbangun dalam dengung kipas exhaust yang semakin uzur, saya dapat melihat keluar jendela. Mawar berkembangan disuburkan hujan. Garasi yang ada kuda berkaki empat. Asal bukan yang dari kaleng kerupuk saja. Dan jalanan belum lagi macet total.
Jakarta pinggiran, menjelang lebaran 2010 (1431 H).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI