Termasuk fesbuker, kalau tidak hati-hati mengelola keheranan dan keinginannya, bisa dengan mudah kecanduan. Syukurlah kalau kecanduannya bisa dikelola, sehingga satu saat sadar untuk kembali memperlakukan modernitas tersebut secara proporsional.
Dari koran-koran, kelihatannya sudah banyak korban. Kasus yang melibatkan fesbuk muncul dimana-mana. Para apologis fesbuk memang bisa berkilah. Bahwa penculikan, prostitusi, perselingkuhan bisa dengan dan tanpa fesbuk. Tetapi apa bisa ditampik, bahwa fesbuk dan jejaring sosial, membuka peluang baru yang lebar untuk terjadinya kejahatan-kejahatan tersebut.
Remaja memang labil. Dalam kelabilannya, sangat mungkin fesbuk membuatnya lost in forest, lalu diculik atau menculik. Seperti yang terdengar di koran-koran. Demikian pula rumah tangga, memiliki saat-saat labil. Berapakah yang lari ke fesbuk dan menemukan pelampiasan atau curhatan yang lebih melegakan ketimbang pasangannya. Biarlah Tuhan yang Maha Tahu.
Akhirnya, kita tahu, ada orang yang dianggap atau merasa gila karena tidak ikut fesbuk. Ada pula yang tergila-gila dengan fesbuk, dan ada juga yang melakukan perbuatan gila dengan memanfaatkan fesbuk. Semuanya, gila gara-gara fesbuk. (PCL)
Sumber:
- Tempo: Sejumlah PNS Terjerat Perselingkuhan Setelah Bermain Facebook
- Suara Merdeka: ABG Diculik Kenalan di Facebook
- Wikipedia: Criticism on Facebook
- Dan berbagai sumber lain
Baca juga: Yuk Tebak-tebakan Hasil Pansus dari Bung Andy Syoekry Amal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H