Namun apabila gerimis telah sering menjelma banjir, selain doa dan dzikir, kiranya perlu muhasabah (evaluasi diri), ikhtiar (kerja keras) dan mujahadah (bersungguh-sungguh) untuk dapat memaknai hujan sebagai barokah. Bukan Presiden saja, bukan para habib, bukan satgas anti mafia perbanjiran saja, banjir adalah urusan kita semua, urusan NKRI.
Memang seperti pada pidato-pidatonya, termasuk di lapangan monas itu, presiden kita adalah seorang jendral yang jeneralis, memikirkan hal-hal yang umum dan abstrak, dan menyukai pendekatan tidak langsung terhadap masalah. Gemar mempercayakan masalah pada yang bertanggung jawab, atau membentuk tim untuk bertanggungjawab pada suatu masalah.
Mudah-mudahan saja, seruan dizikir di lapangan Monas itu, terpancar juga ke udara, menyelinap ke balik awan dan terdengar di arsy Allah, dzat yang bertanggung jawab akan hujan dan gerimis, dan kuasa memutar-mutar hati. Hingga Ia menggugah hati kita untuk lebih cermat membaca gerimis dan menyadari pentingnya mencegah dan memberantas banjir. (PCL).
Artikel ini diterbitkan pula di Blog Sahabat Debu dan Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI