Mohon tunggu...
Pak Cilik
Pak Cilik Mohon Tunggu... Pegiat Teknologi Informasi -

berpikir, berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Hantu Kerbau di Kamar Presiden

4 Februari 2010   23:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita dapat saja mengatakan demonstran tersebut sekedar berkilah, atau ngeles. Soal ngeles ini memang harus menjadi basic skill sehari-hari warga negara, bukan hanya politisi. Tetapi tidak selamanya argumentasi ngeles salah, dan belum tentu sepenuhnya benar.

Yang jelas sang demonstran pasti sadar, bahwa dengan dibawanya kerbau itu, memungkinkan Presiden memaknai itu sebagai sindiran bagi dirinya. Juga sebagian orang, bisa memaknainya demikian. Di sisi lain, sah juga para demonstran mengangkat intepretasi mereka sebagai alasan, karena memang tidak ada mahkamah interpretasi.

Nampaknya SBY memang tersinggung, paling tidak tertarik dengan sindiran itu. "Ada juga demo yang bawa kerbau. Ada gambar SBY. Dibilang, SBY malas, badannya besar kayak kerbau. Apakah itu unjuk rasa? Itu nanti kita bahas," Demikian komentar SBY tentang kerbau SiBuYa itu.

Di sinilah keberhasilan para demonstran. Ketersinggungan yang nampak dari SBY terhadap perlambangan kerbau, dapat melipatgandakan efek sindiran itu sendiri.

Di alam objektifnya, kerbau boleh memiliki sifat negatif atau positif. Sifat positifnya antara lain pekerja keras, stamina yang hebat, mudah diajak kerjasama, mau berbagi dan lain-lain. Sifat negatifnya antara lain lambat, gendut, atau dungu. Sifat yang terakhir ini dapat diperdebatkan, karena hewan yang dapat bekerjasama biasanya tergolong pintar. Sedangkan presiden kita itu, sedikit tidak akurat dalam menilai kerbau, karena beliau mengatakan kerbau malas. Padahal kerbau jelas tidak malas.

Kuranglah relevan membahas das ding an sich-nya si kerbau, kenyataan objektif seekor kerbau. Karena kerbau yang dihentikan di Kalimalang itu, sebagaimana jelas pendemo, bukan kerbau lagi, melainkan tanda ataupun simbol. Tidak seperti kerbau yang penurut, kerbau sebagai simbol mudah mengamuk. Ia dapat bermakna apa saja dan ditransmisikan secara kilat  dan liar dari pikiran ke pikiran, dari gagasan ke gagasan, membentuk pikiran dan gagasan. Gagasan tentang kerbau, tentang penguasa, tentang presiden, termasuk gagasan tentang kerbau itu sendiri.

"SBY terjebak di dalam ruang kaca, ia takut terhadap bayangannya sendiri, " kata Boni Hargens. Terlepas dari kebenaran diagnosis sang cendekiawan, kita dapat melihat sebersit kekhawatiran di benak SBY.

Kenyataannya, tajamnya tanduk imaji kerbau itu memang menohok bangunan citra sang Presiden, tepat di titik yang lemah. Bangunan itu pun seolah goyah, dan sebagian dari kita memahaminya hanya dalam tawa di hati. Khasiat tanduk kerbau itu biarlah misterius. Bisa jadi karena Presiden bershio kerbau, atau karena sebagian orang membilang di dalam hatinya, seperti yang dirangkum Presiden sendiri, "SBY malas, badannya besar kayak kerbau"

Kerbau yang dihentikan di Kalimalang itu, telah mengamuk lebih hebat dari yang dikhawatirkan para Polisi. Di media, di koran, di televisi dan internet, kerbau itu telah berjalan jauh dalam bentuk berita, foto, artikel, diskusi-diskusi. Untuk dilihat lebih banyak orang, didengar, dihafal dan dimaknai lebih banyak orang.

Wacana kerbau ini tetap dapat dipandang positif dalam demokrasi. Karena setelah lelah dengan konsep-konsep yang kita impor, akhirnya masyarakat boleh mendapatkan pendidikan politik yang sangat lokal dan orisinal, yakni tentang hal-ikhwal kerbau.

Lain kali, seharusnya Pak Polisi memastikan keliaran kerbau itu, sebelum semena-mena menghentikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun