Irawati 2 (sepertiga waktu mencintaimu )
Residu mengendap endap pekat enggan beranjak rekat,
Meski hitam tlah beranjak cetuskan kelabu...
Namun kusamnya tetaplah bersanding di dasarnya perigi hati,
Sudut kisi hati yang tetaplah terjerembap dikubangan rasa yang tersesat
Senja selalu berharap malam memeluk mendekap,
tetaplah disini terlelap memeluk mimpi yang pernah kumiliki,
Akankah terkekalkan untaian rasa ini,
Buaian bilangan semu ataukah sempurnanya rasa yg kini ku punya?
Rasa dimana tiada permohonan juga tiada seutas pertalian,
Tak seucap bait...tak sepatah kata...bahwasanya dan bila mana...
Karena memang tlah tak kurasa...tak punya...juga tak tersirat lagi sekuntum cinta...
Tapi mengapa jiwa ini terlalu puas tuk sekedar torehkan dongeng ini,
Dongeng bocah yang begitu jujur tuk tulis alenia di hatimu...
Meski hanyalah sepenggal sepertiga detak detik ku hirup wangi kasihmu,
Namun itulah cinta yang lugu...cinta yang kini teranggap terpaksa di jadikan semu,
Sepertiga waktu tlah terlewatkan,
Dimana bibir hati dan jiwa ini pernah melantunkan namamu,
Dongeng irawati pujaan hati masihlah terpahat di persimpangan itu,
Meski tiada kuasa raga tuk mendekap di hari malam siangku,
Tak jua rindu tak lepas menyejukkan kalbu...cinta yang semu tetaplah memeluk jiwaku...
Irawati pujaan hati...
kata
Menggeliat menyenandungkan rasa raga tiada berbahasa,
Lirih pun tiada sejengkal detak yang mampu berkata bicara.
Ataukah menyibak nuansa berkaca kaca tatapan tersiakan,
Gulali asam manisnya gulana yang terendapkan terkoyakkan
Tidak pula kiranya segala congkaknya kata yang terlontarkan,
Lepas telanjang pamerkan warna warni sombong tak tertepiskan,
Lalu dimana bermukimnya rangkaian kata penyejuk jiwa,
Karena sejujurnya manusia lebih bangga tuk di bohongi makna
lalu
lalu yg berlalu sepenggal kisah rindu,satu satu sembilu yg mngerak luluh pudar terpaku,
tak ada bayangmu yg melukis rindu di dekapan waktu sepanjang sepuluh tahun yg brlalu,karena rasa cintaku yg tiada salah namun sekedar keliru memilihmu
kini jiwa yg baru tlah memahat untaian rindu utk ku,mnghias cinta yg tak lagi bertabir seutas salah dan ragu,krn ku yakin dia mencintaiku,meski tak seluas samudra jiwa yg kubayangkan dulu,sekarang ku berlabuh di jiwa yg baru
lalu lalu masa yg lalu,
maafkan aku
Sutra yang Berdebu
Seutas carik sutra berajut benang merah kelabu,
Sisinya berenda manik manik bermotif bunga jatuh,
Terpasung berdebu di tepi daun jendela bernuansa lapuk,
Guratan compang camping benangnya menjulur beterbangan,
Seolah nyanyikan kejenuhan kenistaan di tepian sangkar jeruji jendela ragu
Mau ataukah malu malu,
Seekor laba laba mencoba merajut jaringnya dengan terpaksa,
Tidak jualah sepasang lebah enggan mendekat diantara lembar sutranya yg tlah usang,
Keanggunan masa lalu yang tersembunyikan karena termakan jaman,
Sisakan karma akan congkak kesombongan tatkala sutra dijadikan tahta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H