Disclaimer, saya bukan ahli filsafat ataupun orang politik, namun ini hanyalah tulisan yang digunakan sebagai media untuk menuangkan keresahan saya beberapa hari ini.
Kemunculan kelompok anarko-sindikalisme di tengah wabah COVID-19 yang melanda negeri ini digadang-gadang akan menimbulkan kekacauan. Plot rencana mereka adalah menimbulkan kekacauan nasional pada April ini, dengan melakukan penjarahan besar-besaran. Tujuannya apa? Entahlah. Menggulingkan pemerintahan? Atau hanya memang suka kekacauan saja? Apa tuntutan mereka? Saya tidak tahu kecuali anda menanyakannya langsung kepada orang-orang yang tergabung di dalamnya.
Lalu sebenarnya siapa mereka?
Kelompok anarko-sindikalisme ini berasal dari ideologi anarkisme dan sindikalisme. Anarkisme adalah paham dimana tidak diakuinya kekuasaan negara, melawan adanya ide tentang kekuasaan yang dipegang oleh suatu otoritas publik yang merupakan perangkat-perangkat negara. Intinya, paham ini anti dengan adanya negara, yang mereka pahami adalah seharusnya masing-masing orang dapat mengatur diri mereka sendiri dan bebas dari tindakan koersif karena adanya otoritas yang mengatur mereka.
Anarkisme bukan orang-orang yang berbuat onar, suka tawuran atau bentrokan. Kalau itu barbarian, bukan anarkisme.
Sedangkan sindikalisme adalah gerakan buruh yang menentang keras kapitalisme dan otoritas negara dalam kegiatan ekonomi secara bersamaan (mohon dikoreksi). Penganut paham ini percaya bahwa pemenuhan kebutuhan masing-masing orang adalah dengan kerjasama bebas dan setara yang didasarkan pada rasa sukarela.
Anarko-Sindikalisme menjadi salah satu contoh yang paling umum dari kelompok-kelompok penganut anarkisme. Banyak tujuan-tujuan anarkisme dan sindikalisme yang sejajar, sehingga kelompok yang menganut hal ini lebih banyak dijumpai ketimbang kelompok anarkisme lain seperti anarko-individualisme dan post-anarchism.
Tujuan pasti anarko-sindikalisme yang paling mencolok menurut saya satu, yakni: mengubah tatanan masyarakat yang lebih demokratis dengan melepaskan cengkaraman penguasa dari kehidupan masyarakat dan melawan kapitalisme.
Ini bukan pertama kalinya kelompok anarko sindikalisme muncul dan mencoba untuk melakukan sesuatu dalam rangka menuntut hak mereka. Dulu mereka pernah muncul di demo hari buruh internasional tahun lalu, umumnya di Bandung, yang akhirnya menimbulkan kericuhan.
Kenapa demikian? Metode mereka adalah melancarkan aksi langsung (direct action). Rudolf Rocker, seorang sejarawan anarkis, menyatakan bahwa aksi langsung ini menjadi cara untuk memenuhi tujuan ekonomi dan agenda politik mereka, yakni dengan sabotase, boikot, dan ajakan-ajakan seperti yang dilakukan oleh salah satu oknum anggota mereka di Tangerang pekan lalu.
Pasti terlintas di benak anda, tidak kah cukup dengan melakukan unjuk rasa saja? Unjuk rasa dan boikot pun menurut saya juga sudah cukup. Walaupun begitu, kerusuhan sering kali pecah, tidak jarang diakibatkan oleh ulah beberapa anggota mereka. Mengapa demikian?
Hemat saya, karena kelompok anarko-sindikalisme ini menggabungkan buruh-buruh untuk berserikat, umumnya buruh pabrik pekerja kasar yang berpendidikan rendah, kebanyakan anggotanya tidak terlalu memahami konsep dasar pemikiran anarko-sindikalisme itu sendiri.Â
Apa yang mereka tuntut, juga kadang berbeda dengan para penggeraknya yang lurus untuk menuntut penghapusan kesenjangan ekonomi. Beberapa dari mereka mungkin diagitasi oleh penggeraknya tanpa ditanamkan visi misi yang sejalan dengan para penggerak. Mungkin. Saya tidak mau berspekulasi banyak, tapi kemungkinan ini bisa menjadi dugaan awal mengapa banyak sekali ulah keributan disebabkan oleh mereka, meskipun juga dapat diakibatkan karena gesekan dengan aparat kepolisian.
Jadi, sebenarnya tujuan mereka apa dengan hasutan untuk membakar dan menjarah Pulau Jawa? Tidak jelas. Tuntutan mereka aneh. Mereka mau memenuhi kebutuhan tapi mereka mau merusak tempat-tempat penyedia kebutuhan? Aneh kan? Logikanya dimana?
Apa yang mereka mau tuntut? Pemenuhan kebutuhan oleh negara tanpa pajak? Mustahil. Pajak merupakan pelumas perekonomian negara. Lho kok menuntut negara untuk memenuhi kebutuhan? Bukannya mereka tidak mengakui kekuasaan negara dan otoritas publik? Seperti yang saya jelaskan, tidak semua yang tergabung dalam kelompok tersebut paham dengan hakikat paham yang mereka anut. Orang-orang yang mengaku demokratis saja kadang salah paham, apalagi mereka.
Jika memang tuntutan mereka hanya untuk membuat kacau, mereka harus belajar lagi tentang filsafat anarko-sindikalisme. Tokoh-tokoh penggeraknya harus bisa menyamakan pikiran dengan mereka.
Bukankah alangkah lebih baik kelompok itu dimusnahkan dari Indonesia? Tidak mungkin. Kita tidak bisa memusnahkan pemikiran, menghilangkan ide. Kita hanya bisa mengatur kembali agar mereka kembali ke cara-cara yang lebih beradab dan berkemanusiaan. Orang-orang yang mengaku demokratis saja pada praktiknya juga belum tentu berkarakter demokratis, kadang mereka memiliki sifat oligarkis, ada juga yang seperti diktator.
Intinya, tujuan mereka tidak jelas dalam merencanakan kekacauan ini. Mereka harus belajar lagi mengenai filsafat anarko-sindikalisme dan cara-cara menempuh tujuan agar kebutuhan mereka dipenuhi. Polisi pun juga tidak boleh asal main tangkap karena dasar dugaan seluruh anggota kelompok tersebut akan menimbulkan kekacauan. Harus ada bukti dan berdasarkan koridor hukum yang berlaku, jika mereka memang melanggar hukum dan terdapat bukti-bukti yang jelas, baru bisa ditindak. Tidak berdasarkan asumsi-asumsi dasar.
Kita juga tidak bisa melarang mereka untuk eksis di negara ini. Kebebasan berserikat dijamin oleh UUD 1945. Kita pun bebas untuk memiliki pemikiran apapun selama tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H