Tulisan Pakde Kartono yang pada judulnya ada frasa ‘Woman onTop’ dan ‘Sensasi Big O’ nya (maaf, lupa judul lengkapnya dan juga nggak ada linknya karena kayaknya sudah dihapus admin Kompasiana) spontan mendapat atensi yang luar biasa besarnya. Dan meskipun sepertinya sudah dihapus admin tapi bau dari tulisan tersebut masih tercium di mana-mana. Secara temanya sex, gitu loh!
Kapan sih topik bahasan sex tidak menarik untuk diperbincangkan. Di ruang apapun atau di forum manapun ketika sex menjadi temanya peminatnya pasti akan bejibun. Tak terkecuali di Kompasiana yang tingkat pendidikan pembacanya rata-rata sudah lebih baik dan lebih tinggi ini. Ketika ada yang ngomongin soal sex, lihat saja daftar pembacanya, pasti ribuan atau bahkan puluhan ribu malah. Coba Anda buktikan kalau tidak percaya...!
Sex menjadi sesuatu yang sangat merangsang bagi sebagian besar orang karena sex termasuk insting dasar yang sudah ada pada manusia sejak lahir. Beberapa ahli mengatakan banyak manusia melakukan sesuatu (di luar aktifitas seksual) karena dorongan insting sex ini. Kemajuan dunia seperti yang kita lihat saat ini, semua tak bisa dilepaskan kaitannya dengan insting sex. Banyak perang yang terjadi juga karena dorongan sex. Bahkan jika Anda termasuk orang yang percaya Nabi Adam diusir dari surga ke dunia karena memakan buah terlarang, pengusiran ini terjadi juga karena secara tidak langsung ada kaitannya dengan sex. Konon akibat memakan buah terlarang ini, organ-organ sex Adam dan Hawa jadi muncul ke permukaan tubuh dan menimbulkan nafsu diantara keduanya.
Kembali ke tulisan Pakde Kartono yang pada judulnya ada frasa 'Woman onTop' dan 'Sensasi Big O' nya, ada tanggapan yang beragam yang diterimanya dari para Kompasianer. Ada yang menanggapinya biasa-biasa saja, ada juga yang barangkali terangsang setelah membaca tulisan tersebut. Ada juga yang menyebut tulisan Pakde Kartono tersebut cabul, seperti yang dilakukan Kompasianer Mas Agung Soni yang secara khusus membuat tulisan mengenai hal tersebut (sekali lagi maaf, link-nya juga tidak bisa ditemukan). Tulisan Mas Agung Soni tersebut isinya mengkritisi Pakde Kartono yang mengkritisi Menkominfo Tifatul Sembiring yang (menurut beliau sendiri) tidak sengaja mem-follow sebuah akun pornografi di Twitter.
Barangkali Mas Agung Soni tidak tertarik untuk membuat tulisan yang menyebut cabul tulisan Pakde Kartono tersebut jika Pakde Kartono tidak terlebih dahulu membuat tulisan yang menyebut Menkominfo Tifatul Sembiring menyukai hal-hal porno seperti ditulis dalam salah satu artikelnya yang lain. Nah, Mas Agung Soni sepertinya ingin membuat perimbangan dalam hal ini. Sederhananya, Mas Agung Soni ingin mengatakan jangan menuduh orang lain cabul kalau diri sendiri juga masih suka yang cabul. Dalam hal ini Mas Agung Soni mengistilahkan dengan filosofi satu jari menunjuk orang lain sedangkan empat jari lainnya menunjuk diri sendiri.
Tentu banyak yang sepakat dengan Mas Agung Soni jika tulisan Pakde Kartono yang itu disebut cabul. Tapi yang tidak sependapat pasti juga tidak sedikit. Diantara yang tidak sependapat tersebut adalah Kompasianer Mbak Ellen Maringka. Menurut Mbak Ellen Maringka yang dinamakan cabul itu adalah mencabuli anak di bawah umur, berhubungan sex di luar nikah, memperkosa serta semua perbuatan sex amoral lainnya. Masih menurut Mbak Ellen Maringka, jika sex itu dianggap cabul maka keberadaan kita semua di muka bumi ini adalah hasil perbuatan cabul.
Apa yang dikatakan Mbak Ellen Maringka tidaklah seratus persen salah. Tapi perlu digarisbawahi di sini bahwa Mas Agung Soni tidak sedang membicarakan sex sebagai suatu bentuk hubungan intim suami istri ketika mengatakan tulisan Pakde Kartono cabul. Mas Agung Soni adalah seorang muslim dan dalam Islam sex bukanlah sesuatu yang tabu atau terlarang. Dalam Islam sex adalah suatu perbuatan halal dan hukumnya bahkan bisa menjadi wajib seperti amaliyah yang lain jika ditempatkan pada porsi yang sebenarnya yaitu dalam koridor pernikahan. Jika dilakukan dengan benar dan halal sex bahkan bisa dianggap mempunyai nilai sedekah. Dan kalaupun sex harus dibicarakan dengan orang lain, itu harus dalam kerangka ilmiah dan edukatif atau dengan pakar yang benar-benar ahli seperti dokter kandungan atau ahli kejiwaan jika memang diperlukan, misalnya karena ada penyakit tertentu atau faktor kejiwaan yang mengganggu hubungan sex suami istri.
Hadits yang menyatakan sex sebagai sedekah:
Dalam sebuah hadits dari Abu Dzar -radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada para sahabat bahwa banyak perbuatan baik yang bisa dikategorikan sedekah, di antaranya beliau bersabda,
"Dalam setiap hubungan intim kalian (dengan istri) ada sedekah."
Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana mungkin seorang di antara kami sekedar melampiaskan syahwat kepada istrinya akan mendapatkan pahala?"
Beliau menjawab, "Bukankah kalau ia melampiaskannya kepada orang yang tidak halal dia akan mendapat dosa?! Nah, begitulah kalau ia melampiaskannya kepada orang yang halal maka dia akan mendapat pahala." (HR. Muslim, no. 1006 dalam shahihnya pada kitab Zakat).
Namun demikian Islam juga memberikan batasan-batasan yang ketat dalam soal sex. Hukuman bagi yang melanggarnya pun tergolong keras. Misalnya hukuman rajam bagi orang yang melakukan zina. Tujuannya selain mencegah penyakit juga agar tatanan sosial kemasyarakatan tidak menjadi rusak. Semua perbuatan sex amoral sebagaimana yang disebutkan oleh Mbak Ellen Maringka di atas adalah termasuk yang dilarang keras dalam Islam dan pelakunya bisa dikenai hukum rajam.
Nah, selain perbuatan sex amoral yang bisa berujung hukuman rajam dalam Islam juga ada larangan-larangan terkait sex lainnya yang skalanya lebih' ringan'. Yang melanggar pun tidak sampai mendapat hukuman rajam tapi sekedar pantas untuk mendapat sebutan cabul. Salah satu yang masuk dalam kategori ini adalah menceritakan hubungan intim dengan suami/istri kepada orang lain tanpa keperluan yang jelas (tidak dalam rangka ilmiah atau edukatif atau kepada pakar yang ahli karena adanya penyakit atau gangguan).
Diantara hadits tentang hal ini adalah sebagai berikut:
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ مِنْ شَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِيْ اِلَى اْلمَرْأَةِ وَ تُفْضِيْ اِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا. احمد و مسلم
Dari Abu Sa'id RA, bahwasannya Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya seburuk-buruk manusia dalam pandangan Allah pada hari qiyamat nanti adalah laki-laki yang bersetubuh dengan istrinya dan perempuan yang bersetubuh dengan suaminya kemudian menyiarkan rahasianya". [HR. Ahmad dan Muslim)
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص صَلَّى، فَلَمَّا سَلَّمَ اَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ: مَجَالِسَكُمْ هَلْ مِنْكُمُ الرَّجُلُ اِذَا اَتَى اَهْلَهُ اَغْلَقَ بَابَهُ وَ اَرْخَى سِتْرَهُ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُحَدِّثُ فَيَقُوْلُ: فَعَلْتُ بِاَهْلِى كَذَا، وَ فَعَلْتُ بِاَهْلِى كَذَا ! فَسَكَتُوْا. فَاَقْبَلَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ: هَلْ مِنْكُنَّ مَنْ تُحَدِّثُ؟ فَجَثَتْ فَتَاةٌ كَعَابٌ عَلَى اِحْدَى رُكْبَتَيْهَا وَ تَطَاوَلَتْ لِيَرَاهَا رَسُوْلُ اللهِ ص وَ يَسْمَعَ كَلاَمَهَا، فَقَالَتْ: إِيْ وَ اللهِ اِنَّهُمْ يَتَحَدَّثُوْنَ وَ اِنَّهُنَّ لَيَتَحَدَّثْنَ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُوْنَ مَا مَثَلُ مَنْ فَعَلَ ذلِكَ؟ اِنَّ مَثَلَ مَنْ فَعَلَ ذلِكَ مَثَلُ شَيْطَانٍ وَ شَيْطَانَةٍ لَقِيَ اَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ بِالسِّكَّةِ فَقَضَى حَاجَتَهُ مِنْهَا وَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْهِ . احمد و ابو داود
Dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rasulullah SAW shalat kemudian setelah salam beliau menghadapkan wajahnya kepada jamaah lalu bersabda, "Tetaplah di tempat duduk kalian! Apakah di antara kalian ada orang yang apabila bersetubuh dengan istrinya ia menutup pintu dan tabirnya, kemudian keluar lalu bercerita, "Aku telah melakukan dengan istriku demikian?". Maka mereka terdiam. Lalu Nabi SAW menghadap kepada kaum wanita dan bertanya, "Apakah di antara kalian ada yang membicarakan begitu?". Kemudian ada seorang pemudi yang membungkuk-bungkuk sambil bertekan satu lututnya dan mendongak agar dilihat oleh Rasulullah SAW dan didengar perkataannya, lalu pemudi itu berkata, "Demi Allah, sesungguhnya mereka (laki-laki) sama membicarakan (hal itu) dan mereka (wanita-wanita) juga sama membicarakannya". Kemudian Rasulullah bersabda, "Tahukah kalian seperti apakah orang yang berbuat demikian itu? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian itu adalah seperti syaithan laki-laki dan syaitan perempuan yang bertemu di jalan, kemudian syaithan laki-laki itu melampiaskan hajtanya kepada yang perempuan sedang orang banyak sama melihatnya". [HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Bagi seorang muslim semua ini pasti secara otomatis akan langsung tertanam di benak bawah sadarnya. Mana yang boleh dalam soal sex dan mana yang tidak boleh. Itulah sebabnya tidak perlu heran atau bereaksi berlebihan jika Mas Agung Soni mengatakan tulisan Pakde Kartono yang seperti itu termasuk cabul. Mas Agung Soni hanya sekedar menyampaikan sebagaimana yang diyakininya. Apalagi konon Pakde Kartono itu juga seorang muslim. Bisa jadi Mas Agung Soni dalam hal ini sekaligus mengingatkan Pakde Kartono sebagai sesama muslim bahwa apa yang dilakukannya tersebut terlarang dalam Islam. Karena Allah sangat membenci orang yang cuma bisa omong doang tapi tidak bisa menjalankannya.
Dan barangkali demikian juga bagi Pakde Kartono sebagai seorang muslim. Halalnya sex dan larangan-larangan yang berkaitan dengannya mungkin sudah tertanam kuat di benak bawah sadarnya. Karena itulah Pakde Kartono secara otomatis juga langsung bereaksi dengan membuat tulisan yang menyindir Menkominfo Tifatul Sembiring ketika yang bersangkutan kedapatan mem-follow akun pornografi di Twitter. Pakde kita ini barangkali juga sekedar menyampaikan apa yang diyakininya sekaligus mengingatkan sebagai sesama muslim bahwa apa yang dilakukan Pak Tifatul tersebut terlarang dalam Islam. Suka atau mem-follow yang cabul bisa juga disebut cabul. Cuma Pakde Kartono mungkin sedang lupa atau ingatannya sedang korsleting ketika aturan halal haramnya sex dalam Islam tersebut bersentuhan dengan dirinya dan membuat tulisannya yang (menurut Mas Agung Soni atau mungkin juga sesuai dengan pandangan Pakde Kartono sendiri) cabul itu.
Tapi perlu buru-buru ditambahkan di sini bahwa apa yang menurut Islam cabul tidaklah mengikat bagi Anda yang non muslim. Bila Anda tetap ingin menuliskan apa yang menurut Anda tidak cabul walaupun menurut Islam itu cabul silahkan saja, itu hak Anda. Termasuk jika Anda ingin menuliskannya di Kompasiana ini. Tapi jangan lantas kecewa jika kemudian tulisan Anda tersebut dihapus oleh Admin Kompasiana karena dianggap cabul. Itu berarti Admin Kompasiana sependapat dengan cabul versi Mas Agung Soni dan Pakde Kartono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H