Mohon tunggu...
Mika Riandita
Mika Riandita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Just ordinary girl.. \r\nPeriang dan ingin menikmati irama hidup yang sebentar ini.. \r\n(^_^)\r\n\r\nwondermica.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu Hamil dan Transportasi Jakarta

12 Oktober 2011   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:03 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh bahagia begitu mendengar kabar bahwa saya sedang hamil. Maklum ini kehamilan pertama bagi saya. Tulisan ini pun menjadi tulisan pertama semenjak saya menikah.

Sebagai ibu hamil dan sekaligus ibu bekerja, saya tetap menjalankan rutinitas sehari-hari di Jakarta. Menempati rumah kontrakan di salah satu apartemen tertua dan pertama jakarta di daerah klender membuat saya harus berjibaku dengan kemacetan setiap pagi apabila naik kendaraan menuju tempat kerja.

Sebenarnya banyak alternatif transportasi yang bisa saya gunakan untuk menuju tempat kerja. Apalagi sekarang sedang dibangun rute baru jalur busway koridor Pulo Gebang- Kampung Melayu. Akan menambah kemudahan transportasi bagi warga jakarta timur. Akan tetapi pembangunan jalur busway ini semakin menambah kemacetan jalan I Gusti Ngurah Rai yang menjadi jalan utama bagi warga bekasi, bintara, pulogebang, termasuk klender menuju arah jatinegara dan kampung melayu.

Baiklah, langsung saja saya ke point utama. Transportasi yang bisa digunakan bagi para ibu hamil seperti saya (yang tidak mempunyai kendaraan pribadi) sangat beragam, antara lain:

1. Commuter Line, sudah menyediakan tempat duduk prioritas/courtesy seat (bagi ibu hamil, ibu dan balita, lansia dan penyandang cacat) akan tetapi fasilitas ini kadang disertai dengan non-tolerance bagi beberapa penumpang lain yang suka duduk di tempat tersebut. Kami bahkan harus meminta belas kasihan pada penumpang Commuter Line  (CL) yang berbaik hati memberikan kursinya. Agak risih juga sebenarnya setiap kali naik CL harus selalu meminta kursi seperti itu. Hal ini berbeda dengan mungkin beberapa puluh tahun yang lalu, saat orang sangat berempati pada yang membutuhkan. Bukan orang yang membutuhkan yang meminta, tapi orang dengan sukarela memberikan kursinya jika melihat orang lain yang sedang kesusahan (dahulu bukan hanya ibu hamil, wanita yang berdiri pun suka diberi tempat duduk oleh kaum lelaki). Hmmm... Bayangkan betapa egoisnya manusia jaman sekarang. Saya sih mungkin mengerti bagi para remaja yang kadang suka tidak sadar bahwa mereka duduk di tempat duduk prioritas yang seharusnya lebih diutamakan bagi empat penumpang tersebut. Namun terkadang banyak juga ibu-ibu (yang belum bisa saya sebut manula juga, ntar marah kalau disebut sudah tua ;P dan mungkin sudah pernah pula mengalami kehamilan) bahkan bapak-bapak yang dengan seenaknya pura-pura tidur di tempat duduk prioritas tersebut agar tak diganggu oleh sebagian dari kami.

Ada juga gerbong khusus wanita yang berada di paling ujung kereta depan dan belakang (gerbong satu dan gerbong delapan), namun kondisinya sama parahnya (ada juga yang mengatakan kejam) bagi ibu hamil karena di gerbong tersebut tempat duduk prioritas hanya bisa diisi 6-8 kursi. Dan biasanya sudah penuh. Kami pun berganti mencari kursi prioritas di gerbong lain atau menunggu petugas sentinel mencarikan tempat duduk.

CL ini pun terkadang sangat penuh dan sesak, bahkan sampai tak ada cela antar penumpang satu dan yang lain (yang mungkin juga menimbulkan perilaku asusila bagi kaum wanita). Kalau sudah begitu, sebaiknya mencari alternatif transportasi yang lain, daripada saya dan calon baby berdiri terhimpit di dalam kaleng berjalan itu (Mohon maaf PT. KAI karena memang begitu keadaannya panas, penuh dan sesak. Hehee...).

2. Kereta Ekonomi, hampir sama dengan CL namun dengan keadaan yang lebih parah. Telah disediakan tempat duduk prioritas yang kadang tulisannya pun sudah usang atau mungkin tidak kelihatan lagi. Ditambah dengan tidak adanya pendingin, dan banyaknya pengasong/pengamen serta asap rokok.

3. Metromini, angkutan yang paling kotor namun juga paling murah seantero jakarta. Bayangkan dengan uang 2000 rupiah kita sudah bisa menuju rute terjauh yang ditawarkan di kaca depan metromini tersebut. Namun, bagi ibu hamil tidak direkomendasikan (apalagi yang hamil muda), selain bau asapnya yang menusuk sekali juga sopir yang seringkali ugal-ugalan menjadikan transportasi ini semakin tidak manusiawi. Pernah sekali saya naik untuk jarak dekat dari stasiun gondangdia ke lapangan banteng, ternyata ada bapak-bapak yang berbaik hati memberikan tempat duduknya untuk saya yang sedang hamil (terima kasih untuk bapak tersebut semoga diberi rezeki yang melimpah. Amin..). Dalam hati saya berpikir, ternyata masih ada orang sebaik bapak tersebut yang hidup di jakarta.

4. Busway, angkutan yang bisa dibilang cukup bersih dengan jalur khusus di tengah-tengah kemacetan jakarta. Berharap saja ada bapak-bapak atau orang baik lain yang bersedia memberikan kursinya (Alhamdulilaah...). Selain menyusahkan karena kita harus melewati anak tangga yang bejibun banyaknya (apalagi di dukuh atas), saya tidak merekomendasikan bagi kita para ibu hamil untuk naik jenis transportasi ini. Apalagi jika jarak yang ditempuh jauh dan mengharuskan kita berganti-ganti pemberhentian.

Hmm...begitulah adanya keadaan transportasi di jakarta. Kami para ibu hamil bukan sengaja ingin meminta kenyamanan (Mohon maaf bagi penumpang lain yang merasa terganggu), namun keadaan lah yang membuat kami jadi tidak bisa sama dengan orang normal. Mudah-mudahan calon bayi kami sehat dan sempurna sampai di dunia ini dan terima kasih banyak atas bantuannya selama kami menjalani kehamilan on the road or rail. Semoga Tuhan yang membalas kebaikan yang diberikan..Amin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun