Mohon tunggu...
Eloknya Sangkulirang
Eloknya Sangkulirang Mohon Tunggu... Lainnya - Keanekaragaman Kawasan Karst Sangkulirang

Akun ini dibentuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Geowisata Kelompok 7

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Merbabu: Kawasan Karst Nan Indah dan Penuh Sejarah

24 Juni 2020   00:58 Diperbarui: 24 Juni 2020   01:01 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merbabu merupakan sebuah kawasan karst yang terletak di Desa Merbabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kawasan karst ini merupakan bagian dari kompleks karst Sangkulirang-Mangkalihat. 

Dikutip dari situs National Geographic, karst merupakan salah satu jenis bentang alam yang terbentuk akibat proses pelarutan batugamping oleh air. Proses pelarutan ini akan menyebabkan batugamping mengalami erosi dan membentuk fitur-fitur yang menjadi ciri khas dari bentang alam ini, seperti gua, mata air bawah tanah, ceruk, stalaktit, stalakmit, sinkhole, dan lain-lain.

Karst pada kawasan Merbabu memiliki dua fitur penting, yaitu gua dan ceruk. Fitur tersebut memberikan kawasan ini bentang alam yang elok sekaligus sarat akan sejarah. 

Situs ini nyatanya menyimpan berbagai bukti kehidupan manusia prasejarah di Indonesia khususnya di daerah Kalimantan Timur. Situs gua dan ceruk yang dapat diamati di kawasan karst Merbabu, antara lain:

gambar-1-artikel-3-5ef22ab1097f361c0869ca34.jpg
gambar-1-artikel-3-5ef22ab1097f361c0869ca34.jpg

Peta Lokasi Gua Kawasan Karst Merabu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015)

1. Ceruk Senen

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), Ceruk Senen terletak pada ketinggian 195 mdpl. Batas geografis di sebelah utara, barat, dan selatan yaitu Batu karst Kecabi, sedangkan di sebelah timur yaitu Batu karst Bloyot. Ceruk Senen memiliki sebuah pintu dan jendela. Ceruk ini memiliki panjang sebesar 51 meter, lebar 10,7 meter, dan tinggi 6,5 meter. 

Ditemukan beberapa fitur karst yang ditemukan pada situs ini, yaitu stalaktit, stalakmit, menara, dan flowstone. Selain itu, ditemukan pula gambar cadas berupa telapak tangan dan sampah dapur yang mengindikasikan kehidupan manusia prasejarah di daerah tersebut.

Kondisi bagian dalam Ceruk Senen (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Kondisi bagian dalam Ceruk Senen (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

Cadas yang terdapat di Ceruk Senen (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Cadas yang terdapat di Ceruk Senen (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

2. Gua Caipar

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), Gua Caipar merupakan gua yang berada di tengah Bukit Caipar. Gua ini memiliki panjang sebesar 24 meter, lebar 21,9 meter, dan tinggi 11,34 meter. 

Ditemukan 29 gambar cadas berupa gambar tangan, garis geometris, dan gambar menyerupai bentuk buah. Hal ini mengindikasikan bahwa gua ini sempat menjadi lokasi aktivitas manusia prasejarah pada zaman dahulu. Pada gua ini juga ditemukan beberapa cangkang moluska yang menyebar.

Bukit Caipar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Bukit Caipar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

Cadas pada Gua Caipar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Cadas pada Gua Caipar (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

3. Gua Bloyot

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), Gua Bloyot merupakan gua yang terletak di kawasan Batu Kulat. Di dalam gua ini, terdapat ceruk yang memiliki tiga buah pintu dan sebuah jendela. 

Gua ini menyimpan gambar cadas, fragmen tulang hewan, dan cangkang moluska. Terdapat 116 buah gambar cadas yang ditemukan di gua ini, tetapi sebagian besar ditemukan dalam kondisi yang tidak bagus.

gambar-6-artikel-3-5ef22a53d541df1f887cad12.jpg
gambar-6-artikel-3-5ef22a53d541df1f887cad12.jpg

Gua Bloyot (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

Cadas pada Gua Bloyot (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Cadas pada Gua Bloyot (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

4. Gua Merdeka

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), Gua Merdeka terletak pada ketinggian 159 mdpl, dengan arah hadap gua 160. Batas geografis di sebelah utara, barat, timur, dan selatan yaitu Batu karst Kecabi. 

Gua Merdeka memiliki dua buah pintu dan sebuah jendela. Terdapat fitur flowstone dan stalaktit pada gua ini. Ditemukan pula gambar cap tangan sebanyak tiga buah di dalam gua ini.

gambar-8-artikel-3-5ef22ad4d541df2a853d0182.jpg
gambar-8-artikel-3-5ef22ad4d541df2a853d0182.jpg

Cadas pada Gua Merdeka terlihat terdapat gambar telapak tangan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

5. Ceruk Kecabi

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016), Ceruk Kecabi terletak pada ketinggian 117 mdpl, dengan arah hadap gua 180. Batas geografis di sebelah utara dan timur berupa batuan karst, sedangkan di sebelah selatan dan barat yaitu hutan Desa Merabu. 

Ceruk Kecabi merupakan sebuah ceruk sempit dengan dua buah lorong kecil. Ceruk ini dipenuhi oleh reruntuhan batuan karst. Ceruk ini memiliki panjang 12 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 25 meter. Pada ceruk ini ditemukan gambar cadas yang dibentuk dari hematit, serta ditemukan juga kumpulan alat zaman prasejarah.

Kondisi bagian luar di Ceruk Kecabi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
Kondisi bagian luar di Ceruk Kecabi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)

Referensi:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Ceruk Senen. Diakses pada 18 Mei 2020, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Curuk Kecabi. Diakses pada 18 Mei 2020, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Gua Bloyot. Diakses pada 18 Mei 2020, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Gua Caipar. Diakses pada 18 Mei 2020, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Gua Merdeka. Diakses pada 18 Mei 2020, dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

National Geographic. (2011). Karst. Diakses pada 23 Juni 2020, dari National Geographic Society

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun