Mohon tunggu...
Arie
Arie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menerapkan Model Pengelolaan Sampah dari Negara Maju ke Indonesia: Peluang dan Tantangan

2 April 2024   10:56 Diperbarui: 2 April 2024   11:02 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, dihadapkan pada tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Dalam rangka mencari solusi yang efektif, dapatlah dipertimbangkan untuk mengadopsi beberapa model pengelolaan sampah yang telah terbukti berhasil di negara maju. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa pendekatan yang dapat diterapkan di Indonesia, beserta dengan data dan contoh-contoh dari negara maju yang relevan.

1. Sistem Pengumpulan Sampah yang Efisien

Salah satu langkah awal yang krusial dalam pengelolaan sampah adalah memiliki sistem pengumpulan yang efisien. Negara maju seperti Jepang dan Jerman telah sukses dalam menerapkan sistem pengumpulan sampah yang teratur dan efektif. Data menunjukkan bahwa di Jepang, lebih dari 80% sampah dapat dikumpulkan dengan baik melalui sistem pengumpulan door-to-door.

Penerapan model ini di Indonesia dapat melibatkan investasi dalam infrastruktur pengumpulan sampah yang modern dan fleksibel, seperti truk pengumpul sampah yang dilengkapi dengan teknologi canggih untuk memantau dan mengoptimalkan rute pengumpulan. Selain itu, pelibatan masyarakat dalam program pengumpulan sampah yang terorganisir dapat meningkatkan efektivitas pengumpulan sampah secara keseluruhan.

2. Pemilahan Sampah di Sumbernya

Pemilahan sampah di sumbernya adalah kunci utama dalam meningkatkan tingkat daur ulang dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Negara maju seperti Swedia dan Belanda telah berhasil mengimplementasikan program-program pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dengan tingkat partisipasi yang tinggi.

Data menunjukkan bahwa di Swedia, tingkat daur ulang mencapai lebih dari 50% berkat program pemilahan sampah yang efektif. Di Belanda, masyarakat diberdayakan melalui pendidikan lingkungan dan insentif untuk memilah sampah di sumbernya.

Dalam konteks Indonesia, penerapan program pemilahan sampah di tingkat rumah tangga dapat melibatkan kampanye penyuluhan yang luas, pengadaan fasilitas pemilahan sampah di pemukiman, serta insentif seperti program poin atau diskon bagi mereka yang aktif dalam pemilahan sampah.

3. Pengembangan Infrastruktur Daur Ulang yang Modern

Daur ulang menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir. Negara maju seperti Jerman dan Swedia telah berhasil membangun infrastruktur daur ulang yang modern dan efisien.

Di Jerman, lebih dari 60% sampah berhasil didaur ulang berkat infrastruktur daur ulang yang terintegrasi dan program insentif bagi perusahaan-perusahaan yang berkontribusi dalam daur ulang. Swedia, dengan tingkat daur ulang lebih dari 50%, memiliki pabrik-pabrik daur ulang yang mampu mengolah sampah menjadi bahan baku yang bernilai.

Di Indonesia, pengembangan infrastruktur daur ulang yang modern memerlukan investasi yang besar, baik dari pemerintah maupun sektor swasta. Peningkatan kapasitas pabrik daur ulang, penggunaan teknologi hijau dalam proses daur ulang, serta promosi produk-produk daur ulang dapat menjadi langkah-langkah yang ditempuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun