Mohon tunggu...
Pramudya Arie
Pramudya Arie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Indonesia

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dieng

14 Juni 2020   16:50 Diperbarui: 18 Februari 2022   09:29 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berdua kita, susuri tepi Serayu

Berdialog dari hati ke hati

Menepi sepi

Perlahan

Hingga sentuh Tuk Bimalukar

Sucikan raga

Tuk berdua menyendiri di telaga Sewiwi

Memagut angin dan harapan

Dingin di Seleri dan Curug Sirawi

Kutatap aksamu

Pujaanku, gadis ayu Purwokerto

Sambil ku seruput hangat purwaceng

Dan merangkul pundaknya

Kita sepasang dayita!

Pada asmaraloka

Tiba saatnya

Kau dan aku menapaki puncak

Persemayaman agung dewa dewi

Penuh legenda

Sakral

Mistis

Mistik

"Janardana!"

Batinku mengharu biru

Bercumbu dengan alam

Mentari baswara dahayu

Pula kebekuan embun

Dan keabadiannya

Pramudya A. Rosadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun