Bahkan ia tidak sempat memberi tahu teman-temannya tentang sebuah bayangan di depan mereka dan memberi komando agar teman-temannya bisa minggir dan merapat masuk ke dalam kebun tebu di samping mereka karena jalan yang mereka lalui hanyalah jalan setapak yang hanya bisa dilalui oleh satu orang.
Namun bayangan itu bergerak bagaikan angin! Bayangan itu berlalu begitu saja dari pandangan Dina. Menghilang. Ada hawa dingin yang menyusup ke tubuhnya. Dirasakannya tubuhnya tiba-tiba merinding.
Dibalikannya tubuhnya cepat ke arah teman-temannya. Tapi teman-temannya hanya berjalan biasa sepertinya tidak merasakan apa-apa seperti yang baru saja dirasakannya.
"Kemana orang itu? Siapa orang itu?" Tanya Dina dalam hati. Bayangan itu bergerak dengan sangat cepatnya, seperti bayangan seorang yang terbang.
"Ada apa, Dina?" Tanya Tini yang persis berada di belakang Dina. Ia terpaksa ikut menghentikan langkahnya. Dina terpana, sepertinya teman-temannya tak melihat bayangan itu sedikit pun!
Dina pun memberi komando agar mereka kembali mempercepat langkah-langkah mereka. Mereka hanya bisa berdoa sepanjang jalan yang masih menyisakan hawa dingin di kulit mereka. Hanya satu yang mereka harapkan malam itu: mereka bisa tiba dengan selamat di kampung nenek Dina tanpa kekurangan suatu apa pun!
***
Setelah merayakan lebaran bersama neneknya, akhirnya Dina dan teman-temannya bersiap-siap untuk kembali ke kampung mereka.
"Mau langsung pulang, Dina?" Tanya nenek Dina dengan senyum penuh sayang.
"Kami ingin rekreasi ke kota Raha, Nek. Masih pukul dua, masih bisa jalan-jalan sebentar. Kami ingin melihat kapal-kapal di pelabuhan lalu kami akan kembali ke Ndoke", jawab Dina penuh semangat.
Mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Raha, ibukota kabupaten yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah neneknya. Dina dan teman-temannya ingin melihat-lihat kota Raha dan pelabuhannya siang ini.Â