Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korupsi dan Filosofi "Merah-Putih"

14 April 2020   19:30 Diperbarui: 14 April 2020   19:29 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: kompas.com

Ayahnya lalu bertanya apakah maksud anaknya tersebut berkaitan dengan masalah negara atau masalah pribadi. Ketika dijawab berkaitan dengan masalah pribadi/keluarga, maka Umar bin Abdul Aziz segera mematikan lampu di ruangan itu. 

Seketika ruangan menjadi gelap. Anaknya pun bertanya, "Mengapa Ayah mematikan lampu?" Lalu dijawab oleh ayahnya, "Lampu ini adalah fasilitas yang digunakan untuk urusan kenegaraan. Karena maksudmu ke sini adalah urusan keluarga, maka ambillah lampu pengganti milik keluarga kita untuk kita pakai di ruangan ini."

Saya juga teringat ada sebuah kalimat mutiara dari salah satu pasangan tokoh Indonesia, pasangan suami istri Henry Tilaar dan Martha Tilaar yang patut kita renungkan, yaitu: "...Jagalah selalu jalan tangga naikmu karena dengan tangga yang sama itulah, kelak akan engkau pakai untuk jalan turunmu..."

Jadi, tak ada jalan lain bagi para pemimpin negeri ini maupun pejabat di lembaga-lembaga pemerintahan serta para wakil rakyat untuk terus BERHATI-HATI. Bukan hanya integritas pribadi dan keluarga yang dipertaruhkan, melainkan betapa negara harus menanggung kerugian demi kerugian serta imbas yang terbesar ujung-ujungnya pasti tertuju pada rakyat Indonesia jua.

Korupsi merupakan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Betapa rakyat Indonesia masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Mau sampai kapan rakyat akhirnya bisa menikmati kehidupan yang layak dan sejahtera, sedangkan tumpuan harapan mereka yang berada di pundak para pemimpin ternyata tidak amanah?

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Namun bangsa yang besar ini akan sangat merugi dan tertinggal jika terus dibiarkan kotor oleh perbuatan korupsi. Untuk sebuah bangsa yang agamis, kita sepatutnya takut akan pengawasan yang sesungguhnya dari-Nya. 

Namun, jika sudah "tersesat" sekali pun, jalan pertobatan telah disediakan untuk orang-orang yang mau kembali sebagai pelajaran untuk generasi selanjutnya. 

Terhadap hal ini pun, di dalam masa-masa pemerintahan selanjutnya dan dari semua lini birokrasi, korupsi selayaknya sudah harus dihapuskan dari bumi Indonesia.

Mengapa tidak? Lihatlah bendera kebanggaan kita, Bendera Merah-Putih. MERAH berarti BERANI, PUTIH berarti SUCI. Dari filosofi bendera Merah-Putih ini saja sebenarnya sudah cukup untuk menggenapi setiap daya, upaya dan doa bangsa Indonesia menuju bangsa yang maju dan bermartabat di mata dunia yang tanpa korupsi. Semoga.*

Referensi:

[1] [2] [3] [4] [5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun