Mohon tunggu...
Wildan Aulia Fadhil
Wildan Aulia Fadhil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu kampus swasta di Jogja. Menyukai design graphic

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Layar Hoaks

9 Januari 2024   21:00 Diperbarui: 9 Januari 2024   21:01 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu hoaks?  Hoaks atau juga bisa disebut dengan berita palsu atau disinformasi, yaitu informasi yang disengaja untuk menyesatkan, menipu, dan juga memanipulasi pembaca agar percaya pada informasi yang tidak benar adanya. Istilah hoaks ini diambil dari kata hoax dalam bahasa inggris yang berarti tipuan atau penipuan. Hoaks ini dapat berupa berita palsu, serta informasi palsu lain yang menyesatkan. Hoaks pada zaman sekarang seringkali muncul di media sosial dengan cepat. Fenomena ini terjadi karena kurangnya verifikasi informasi dari pengguna media sosial dan membagikan konten tanpa memeriksa keasliannya. Ini menjadikan fenomena hoaks seperti virus, menyebar dari satu pengguna ke pengguna yang lain dengan begitu cepat. Mengapa hoax begitu marak dan meluas saat ini? Mungkin ada banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Namun, salah satu jawabannya adalah  penggunaan Internet (khususnya jejaring sosial) yang semakin meningkat. Ini menandai era disrupsi. Disrupsi memicu lahirnya model keterlibatan baru yang dinilai lebih inovatif dan terukur. Disrupsi mengubah banyak hal, mulai dari pendidikan, politik, bisnis, perbankan, transportasi hingga perilaku dan sikap keagamaan (Bashori, 2018).

Dilansir dari kominfo.go.id pada 3 bulan pertama di tahun 2023 terdapat 425 isu hoaks yang beredar di website dan platform digital. Data ini menunjukan masih tingginya angka hoaks di Indonesia. Dan total dari Agustus 2018 hingga maret 2023 terdapat 11.357 isu hoaks yang merajalela. Terdapat beberapa kategori yang diidentifikasikan oleh Kominfo dan berdasarkan kategori tersebut, isu hoaks paling banyak terdapat pada kategori kesehatan. Kominfo menemukan sebanyak 2.256 isu hoaks pada kategori kesehatan. Isu ini berkaitan dengan informasi palsu mengenai Covid-19 baik mengenai virus atau vaksinasi. Selain itu banyak informasi menyesatkan tentang khasiat tanaman atau obat produk kesehatan. Hoax terkait kesehatan banyak tersebar di  masyarakat. Selain itu banyak juga temuan tentang isu hoaks kategori penipuan. Kominfo menemukan sebanyak 1.823 isu hoaks yang beredar di internet, isu hoaks ini berupa penipuan dan link phising. Ari Fahrial Syam  (Juditha, 2019) melakukan survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 90% informasi di bidang kesehatan tidak dapat diverifikasi karena berasal dari sumber yang tidak diketahui dan disebarkan secara bebas melalui jejaring sosial dan pesan instan.

Salah satu tantangan utama dengan adanya penyebaran hoaks ini adalah algoritma media sosial. Algoritma media sosial ini memliki peran yang cukup penting, karena algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan kepercayaan dan preferensi penggunanya, sehingga dapat membentuk sebuah gelembung informasi yang memperkuat keyakinan yang sudah ada.Misalnya, seseorang yang sering membaca dan mengklik berita atau postingan yang mendukung sudut pandang politik tertentu di media sosial. Algoritma media sosial cenderung menyediakan lebih banyak konten yang sesuai dengan pandangan politik tersebut. Jika seseorang dalam gelembung filter ini dan menemukan berita palsu yang mendukung pandangan politiknya,  mereka cenderung akan  mempercayainya dan mungkin menyebarkannya tanpa memverifikasi keasliannya. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran hoaks semakin luas di antara kelompok-kelompok yang mempunyai pandangan serupa. Kurangnya literasi digital juga merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Karena pengguna media sosial tidak terlatih untuk memverifikasi sebuah informasi, jadi mereka cenderung mempercayai dan dengan mudah menyebarkan informasi palsu tanpa menyadari dampaknya. Hoaks juga dapat merusak perekonomian. Sebuah informasi palsu terkait produk yang tidak benar, akan merusak bisnis dan reputasi sebuah merek, dan dapat merubah keputusan para konsumer untuk menggunakan produk terkait. Masyarakat juga terkena polarisasi dengan adanya isu hoaks ini. Hoaks seringkali digunakan untuk memanipulasi masyarakat dan menimbulkan polarisasi. Isu isu yang tidak benar dan sengaja dibesar besarkan atau dilebih lebihkan bisa memecah belah masyarakat, terutama isu tentang politik, agama, ras, suku dan budaya.

Apa sih dampak negatif dari penyebaran hoaks? Salah satu dampaknya adalah kekacauan sosial, sebuah informasi palsu tentang kejadian tertentu dapat memancing emosional dan tindakan yang tidak rasional dari masyarakat. Kekacauan sosial akan terjadi ketika ada informasi yang tidak benar muncul ditengah masyarakat. Contohnya kita dapat mengacu pada penyebaran hoaks Covid-19 tentang vaksinasi di media sosial. Misalnya , ada sebuah hoaks bahwa vaksin Covid-19 menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan masyarakat. Jika ada seseorang yang tidak memverifikasi informasi tersebut dia akan mempercayai berita tersebut dan memutuskan untuk tidak divaksin, yang seharusnya penyebarannya dapat dicegah justru membuat penyebaran menjadi lebih cepat. Dampak yang lain dapat memunculkan ketidakpercayaan terhadap otoritas, hoaks dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah. Informasi palsu tentang kebijakan pemerintah tentu dapat menciptakan ketidakpercayaan atas pemerintah. Misalnya, ada sebuah informasi hoaks yang menunjukan tentang kinerja pemerintah yang tidak memuaskan, ini akan berdampak pada masyarakat dengan turunnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, masyarakat menjadi cenderung tidak percaya dengan segala informasi tentang pemerintah. Tantangan tersebut perlu kita hadapi agar penyebaran informasi palsu tidak terjadi lagi pada masyarakat. Tentu diri kita sendiri sebagai tameng utama dalam menghadapi penyebaran informasi palsu ini, ada beberapa solusi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi penyebaran hoaks yang ada.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran hoaks adalah meningkatkan literasi digital. Pendidikan literasi digital menjadi fokus utama, dimulai dari diri kita sendiri melatih untuk memverifikasi sebuah informasi sebelum kita percayai dan sebarluaskan. Membandingkan dengan berbagai sumber adalah salah satu bentuk memverifikasi sebuah informasi. Menghentikan penyebaran sebuah informasi palsu juga dapat menjadi solusi, ketika kita mencurigai sebuah informasi yang kita belum tau kebenarannya, lebih baik kita hentikan dalam menyebarkan. Sebuah informasi yang tidak jelas sumbernya perlu dicurigai karena tidak adanya sumber yang jelas. Langkah selanjutnya laporkan informasi palsu, dalam sebuah platform sosial media biasanya tersedia sebuah fitur report. Kita dapat melaporkan sebuah konten yang tidak terbukti kebenarannya. Ini dapat membantu mengurangi penyebaran hoaks di masyarakat. Mengkritik dengan bijak, jika kita menemukan teman atau keluarga yang menyebarkan hoaks, bicaralah secara bijak dan berikan mereka edukasi tentang penyebaran hoaks. Berikan informasi yang benar dan saling mengajak untuk menjadi bagian dari solusi dalam melawan penyebaran hoaks. Berkontribusi dalam kampanye edukasi literasi digital juga dapat menjadi salah satu solusi kita dalam menekan penyebaran hoaks di masyarakat, dengan kita ikut mengsosialisasikan sebuah informasi mengenai dampak negatif hoaks, maka masyarakat menjadi tau tentang bahayanya hoaks ini. Kritis terhadap isu yang sensasional menjadi filter dalam menerima informasi, mencermati sebuah informasi yang sifatnya sensasional atau berlebihan sebagai tameng kita dalam menyerap sebuah informasi, memeriksa kebenarannya sebelum kita memberi reaksi terhadap sebuah informasi yang dapat memicu emosi. Dan yang tidak kalah penting juga melakukan keberagaman informasi, dengan membandingkan berbagai sumber yang ada kita mendapatkan sudut pandang yang lebih luas akan informasi tersebut, menghindari yang namanya gelembung informasi yang hanya mengonfirmasi pandangan yang sudah ada.

kominfo.go.id
kominfo.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun