Mohon tunggu...
Wahyuni Kamah
Wahyuni Kamah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pelancong, Praktisi yoga

www.writerwkamah.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Tersesat di Munich, Jerman

15 Juni 2020   17:35 Diperbarui: 15 Juni 2020   17:29 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor harian Sueddeutsche Zeitung yang lama (Dokpri)

Sambil berjalan kaki  saya mengingat-ingat tanda-tanda di tikungan jalan, seperti jumlah  belokan dan penanda di belokan. Sebab, seluruh gedung apartemen di kawasan itu hampir sama bentuk dan warna bangunannya. 

Harus saya akui  kalau saya tidak pandai membaca peta, jadi saya mengandalkan daya ingat lewat bentuk-bentuk. Setelah dua-tiga hari berjalan kaki setiap hari, saya mulai hafal arah jalan dari apartemen saya ke stasiun kereta bawah tanah.

Saya baru seminggu tinggal di Munich. Hari Minggu pagi, Ibu Tiwi menelpon saya mengundang untuk datang ke apartemennya sore hari. "Kita makan sate ya Wahyuni," katanya. Saya terima undangannya dengan senang hati karena saya memang belum pernah bertemu muka dengan Ibu Tiwi, selama ini hanya berhubungan lewat telepon atau SMS.

Kawasan Giesing di Munich, Jerman (Dokpri)
Kawasan Giesing di Munich, Jerman (Dokpri)

Lokasi apartemen Ibu Tiwi bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari apartemen saya. Ia tinggal di sekitar Tagernsee Strasse. Ibu Tiwi memberikan petunjuk arah ke apartemennya melalui telepon. 

Ketika itu hari masih terang, saya berjalan kaki mengikuti petunjuknya dari SMS, ketika mentok saya menelpon. Akhirnya, saya menemukan juga apartemennya yang berada di pinggir jalan raya. Saya melihat tangan Ibu Tiwi melambai-lambai ke arah saya dari jendela apartemen.

Lega juga akhirnya saya menemukan alamatnya. Ibu Tiwi sedang memasak menyiapkan kudapan ketika saya datang. Kami pun mengobrol ke sana kemari, lalu makan. Banyak yang  ia ceritakan, tentang riwayatnya sampai tinggal di Jerman, komunitas Indonesia di Munich, dan lain-lain. 

Tidak terasa hari sudah senja, saat itu pukul 8 malam langit masih merah. Pertemuan itu menyenangkan. Saya juga mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga saya bisa menemukan apartemen yang lumayan di Munich. 

"Sudah tahu kan ya jalan pulangnya, tinggal belok, terus menyeberang," begitu kata Ibu Tiwi. Langit senja yang tadinya berwarna merah mulai tampak gelap. Oh, saya ini penderita rabun senja alias rabun ayam. Penglihatan saya kabur saat transisi dari senja ke malam. 

Saya mengikuti petunjuk Ibu Tiwi tapi tidak menemukan jalan yang saya lalui sebelumnya. Penglihatan saya mulai agak kabur seiring dengan transisi ke malam hari. Saya berusaha mengingat-ingat lagi jalan yang saya lalui dalam pandangan yang agak kabur, tapi  penampakan gedung dan jalan terlihat sama.

Saya melanjutkan jalan kaki, sambil terus mengingat belokan yang sebelumnya saya lalui. Oh, saya tidak menemukan jalan yang dimaksud. Sekitar 20 menit saya  bolak-balik dan tidak menemukan nama jalan lokasi apartemen saya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun