Beberapa waktu yang lalu Indonesia memesan 24 pesawat rongsokan F16 dari AS, dijanjikan akan dikirim 2014. Kemaren melalui Hillary, Indonesia deal pemesanan 30 pesawat rongsokan F16 dari AS.
Pesawat dianggap sebagai hibah bersyarat, dengan diijinkannya Freeport. Walau mereka tak menyebut seperti itu di media. Tapi mereka punya kunci, kartu ASnya. Jika ada apa2 dengan Freeport, AS tak akan kirim pesawat F16. Semisal Freeport tidak boleh perpanjang kontrak, Freeport akan menggerakkan generasi Papua untuk pemberontakan. Bila Gagal, AS tak akan kirim F16 rongsokan ke Indonesia.
Udah syaratnya sulit, rongsokan, kompensasinya mahal...
Jelas-jelas sangat menguntungkan pihak AS.
Sudah basi strategi AS pada negara-negara dunia ketiga. Adanya permasalahan di Papua dengan Freeport, AS menerapkan strategi pemberian hibah rongsokan F16 dengan syarat bayar uang up-grade.
Indonesia akan membayar mahal biaya upgrade rongsokan F16 bekas yang tua dan usang.
Seperti umumnya AS dan sekutu pada negara berkembang, AS tak akan mengirimkan F16 sesuai dengan waktu yang mereka janjikan.
Mereka sudah tahu dan memprogram ke depan adanya konflik di Papua. Konflik untuk mempertahankan Freeport di Papua. Bila pertahanan mereka terancam, maka, AS akan membatalkan pengiriman F16 yang sudah dibayar oleh Indonesia dengan alasan Pelanggaran HAM.
Tampaknya Hillary kali ini mudah memberikan deal F16. Yang sulit adalah pengirimannya. Sangat mudah bagi AS menerapkan pembekuan keuangan suatu negara yang mereka anggap musuh. Apalagi pesanan pesawat militer.
Mestinya Indonesia membuat syarat renovasinya ada di Indonesia, bukan di AS. Sehingga dengan dana yang sangat-sangat besar itu sudah pasti akan mampu direalisasikan di Indonesia. Ke depannya, bahkan Indonesia bisa membuat Industri Keamanan, setidaknya maintenance dan produksi komponen.
Dengan begitu telah ada jaminan bahwa pesawat dikirim duluan ke Indonesia, lalu diupgrade di Indonesia. Kalau diupgrade di AS, sulit pengawasan dan jaminan keamanannya.
Belum lama ini Saudi juga memesan Typoon dari Inggris. Persyaratnnya juga mbulet-mbulet gak jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H