(Suasana Kota Wates pada dini hari dilihat dari  gardu pandang Goa Seplawan) Berburu sunrise atau matahari terbit selalu menjadi hal yang menarik bagi banyak orang, terlebih bagi mereka yang memiliki jiwa petualang. Entah baru pertama kali atapun sudah berkali-kali, mengejar matahari terbit tentunya akan selalu memberikan pengalaman yang berbeda. Pantai atau puncak gunung adalah tempat yang kerap menjadi pilihan untuk berburu matahari terbit. Di puncak gunung, kita bisa melihat sang surya muncul dari ufuk timur secara perlahan dengan berteman udara dingin yang menusuk tulang, dan balutan kabut yang seolah menjadi filter bagi sang surya yang masih berwarna jingga. Ya, udara dingin dan kabut tentunya semakin menambah suasana keheningan di awal pagi. Tak berbeda dari puncak gunung, mengejar matahari terbit di pantai pun tak kalah menarik serta  mampu memberikan sensasi tersendiri. Desiran ombak dan angin laut yang berhembus kencang pada pagi buta tentunya memberikan pengalaman yang berbeda Namun, kali ini saya tidak mengejar matahari di dua tempat tersebut, tetapi saya memilih mengejar matahari dari Pegunungan/Bukit Menoreh yang membentang luas di wilayah barat laut Kabupaten Kulonprogo, sebelah timur Kabupaten Purworejo dan sebagian Kabupaten Magelang. Goa Seplawan yang berlokasi di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulonprogo menjadi pilihan bagi saya. Goa yang berada pada ketinggian di atas 700 mdpl menjadi tempat yang menarik untuk berburu matahari terbit. Untuk bisa mencapai lokasi tersebut, dari pusat kota Purworejo saya harus menempuh perjalanan ke arah timur dengan jarak tempuh 20 km. Perjalanan yang menanjak dan berkelok khas daerah pegunungan seolah menjadi pembuka petualangan saya di awal subuh itu. Terlebih jalanan yang gelap dengan beberapa sisi jurang membuat saya harus berhati-hati dalam berkendara. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, saya pun akhirnya sampi juga di obyek wisata Goa Seplawan. Gardu pandang yang biasa digunakan oleh para wisatawan untuk menikmati keindahan panorama alam Perbukitan Menoreh dari ketinggian menjadi tempat yang saya pilih. Di gardu pandang ini sebelum matahari terbit, saya bisa melihat gemerlap pancaran sinar lampu Kota Wates yang menyala dari tiap-tiap rumah ataupun gedung-gedung. Pemandangan seperti ini pun mengingatkan saya pada Bukit Bintang yang berlokasi di Perbukitan Pathuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang juga kerap disambangi oleh masyarakat untuk menikmati keindahan kota Yogyakarta pada malam hari dari ketinggian.
Namun, lantaran bulan Januari kemarin ini sedang memasuki musim penghujan, awan hitam dan mendung yang menggantung di langit membuat sang surya sedikit terhalang, semburatnya tidak bisa leluasa menerangi bumi ini. Semburan warna jingga yang sangat khas pun tidak bisa dengan leluasa saya lihat, meskipun demikian saya tidak kecewa ataupun menyesalinya. "Lain kali jika ada kesempatan saya pasti bisa melihat sang surya keluar dari peraduannya dengan cantik," ujar saya dalam hati.
Selain berburu matahari terbit, di gardu pandang ini saya juga bisa melihat Waduk Sermo yang berada di Kulonprogo dari kejauhan serta bentangan pantai selatan. Jika cuaca cerah, Puncak Gunung Merapi dan Merbabu juga bisa kita lihat. Selain itu, persiapan pesawat sebelum mendarat di Bandar Udara Internasional Adisutjipto menjadi tambahan tontonan yang menarik. Jika pada jam sibuk atau pada saat antre menunggu giliran mendarat, biasanya beberapa pesawat akan berputar-putar terlebih dahulu di atas langit Yogyakarta sebelum melakukan pendaratan.(Naskah dan Foto : Wahyu Jati Kusuma)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H