Mohon tunggu...
Wiyati Sjd
Wiyati Sjd Mohon Tunggu... Wiraswasta - penikmat buku

sosok perempuan yang menyukai kesibukan dan tantangan. tangannya penuh cinta dalam menggoreskan suara hatinya. hobinya adalah jalan-jalan karena jiwanya penuh dengan rasa penasaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Apa dengan Hari Guru?

19 November 2024   21:09 Diperbarui: 19 November 2024   22:12 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: seruji.co.id

"Pagiku cerahku, matahari bersinar. kugendong tas merahku di pundak"

...........

Lirik lagu yang akrab di telinga anak-anak . Liriknya sederhana namun maknanya tak sesederhsns itu. Pagi hari harus cerah. Wajah anak-anak yang hendak berangkat sekolah harus terlihat bahagia. Hemmm, secerah sinar mentari pagi tentunya. Warna merah dalam lirik memiliki harapan agar  selaras dengan realita bahwa murid berangkat kesekolah dengan sikap berani dan penuh gairah untuk mendapatkan ilmu.

Setelah Hari Santri Nasional, Hari Pahlawan Nasional maka kita akan menjumpai Hari Guru Nasional. Waktu sebelumnya hari-hari nasional dimeriahkan dengan berbagai acara dan sambutan yang antusias oleh pelaku kegiatan. Lalu bagaimana dengan Hari Guru Nasional nanti yang bertepatan pada hari Senin tanggal 25 Nopember 2025? dimeriahkan oleh siapa saja?

Sudah bukan hal tabu untuk merayakan hari guru dengan berbagai macam isian kreatifitasnya. Namun, hari guru saat ini terasa lebih menakutkan daripada hari-hari yang lain. Ganasnya media sosial meraup berita dan informasi yang bertumpuk menjadi kegelisahan tersendiri bagi guru. 

Beberapa berpendapat, bahwa hal yang lumrah jika murid memberikan apresiasi berupa bingkisan kepada gurunya dengan dalih sebagai bentuk terimakasih. Entah kado, kue bahkan buket. Pendapat lain mengatakan, ada masyarakat yang menganggap bahwa hari guru dijadikan ajang pemerasan terhadap muridnya. Namun seseorang yang benar-benar guru tentu tak pernah mengharapkan bingkisan-bingkisan itu bukan? Bukan berarti tidak mau. 

Namun, jika menimbulkan polemik yang berkepanjangan bahkan bisa mencoreng nama baik guru, untuk apa? Bahkan kemungkinan terburuk kita akan menjumpai anggapan bahwasanya hadiah adalah bentuk "gratifikasi". Ah, sungguh miris bukan?

 Jutaan Masyarakat Indonesia tidak semua paham tentang konsep gift dan giving. Tidak ada guru manapun yang mengharapkan hadiah dalam bentuk pemberian secara fisik, kalau oknum bisa jadi. Melihat proses muridnya yang memiliki kemajuan dalam hal akhlak atau akademik meskipun sedikit, tentu saja sangat membanggakan bagi jiwa guru. Beberapa guru bahkan dicaci maki dengan cemoohan dan umpatan. 

Bahkan beberapa kasus sampai  keranah hukum hanya karena menegur muridnya. Guru sebagai manusia biasa tentu saja juga pernah khilaf. Tapi rasa geramnya tak lebih besar daripada rasa cinta dan tulusnya sebagai muridnya.

Jadi, momen hari guru jangan hanya dijadikan ajang memberikan hadiah saja yang kemudian murid merasa telah memberi sesuatu sehingga ia lupa menjaga tata krama dan attitudenya. Justru setelah hari guru lebih paham lagi bagaimana menjadi murid yang baik yang unggul dalam berpikir dan berakhlakul karimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun