Pengaplikasian dengan metode ini akan menyempurnakan tujuan idealisme makhluk hidup sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ini juga meminimalisir adanya kesenjangan antara ilmu sains dan Islam, sehingga secara tidak langsung juga akan mengurangi kesempatan oknum tertentu untuk menyebarkan pandang buruk tentang salah satu aspek terkait.
Kemudian, alasan lain yang menunjangnya adalah begitu banyak komponen di dunia ini yang bersifat sains, baik komponen hidup (biotik) maupun komponen tidak hidup (abiotik). Komponen hidup atau biotik diantaranya makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuhan, virus, dan bakteri. Sementara komponen tidak hidup atau abiotik diantaranya, seperti oksigen, hidrogen, nitrogen, air, batuan, tanah, sinar matahari, belerang, timah, nikel, besi, emas, perak, dan lain sebagainya. Kedua komponen tersebut adalah elemen penyusun terbesar alam semesta ini.
Berbagai komponen kehidupan tentunya tidak terlepas dari ilmu sains dan Islam yang sudah melekat erat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti anjuran untuk mencuci tangan. Dalam pembuktian ilmu sains, mencuci tangan menggunakan sabun sangat dianjurkan sebelum melakukan berbagai kegiatan, seperti makan dan minum. Salah satu tujuannya adalah untuk membersihkan kotoran dan membunuh virus.
Sementara itu, dalam Islam anjuran untuk mencuci tangan juga sudah diungkapkan sejak dahulu kala. Anjuran mencuci tangan terdapat pada saat melakukan wudu, tangan kotor, bangun tidur, serta saat sebelum dan sesudah makan. Ini disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Ini membuktikan bahwa ajaran dalam Islam dan ilmu sains saling berkenaan atau dengan kata lain tidak saling bertentangan.
Integrasi antara penerapan ilmu sains dan Islam harus terus ditelaah lebih lanjut guna mewujudkan definisi yang sesungguhnya serta mengurangi kesalahpahaman dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Di samping itu, kritisnya keadaan akibat pengaruh dunia Barat juga menjadi faktor lain yang mengharuskan semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam menyaring informasi dan pemahaman yang didapat. Meskipun demikian, bukan berarti ilmu agama, khususnya Islam dan ilmu sains dari Barat tidak bisa dipadukan. Hanya saja diperlukan waktu yang lebih banyak untuk mengkaji sumber-sumber literatur yang tertera.
Jadi, meskipun sains dan agama merupakan dua hal yang berbeda. Namun, kaitan keduanya sebagai pilar kehidupan sangatlah erat. Khususnya di Indonesia sebagai negara yang mengharuskan penduduknya memeluk agama. Sehingga sebagian besar penduduknya menganut norma-norma beragama, salah satunya norma agama Islam. Di sisi lain, sains sebagai ilmu pengetahuan yang mencakup semua makhluk di alam semesta ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI