Mohon tunggu...
Wiwit Patriani
Wiwit Patriani Mohon Tunggu... -

A mom. That's all.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps? Because Men are from Mars, Women are from Venus

6 Januari 2014   16:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 3777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata bisa ya disambungin. Hehehe..

Adakah teman-teman yang pernah membaca 2 judul buku di atas? Artikel ini akan sedikit me-review isi kedua buku tersebut.

Sebenarnya apa yang disampaikan dalam buku “Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps?” karya Alan dan Barbara Pease hampir sama dengan buku lain berjudul “Men are from Mars and Women are from Venus” karya John Gray.

Secara garis besar kedua buku tersebut menceritakan tentang dua sosok makhluk paling cerdas di bumi ini, satu spesies dengan dunia yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan. Namun ada beberapa titik tekan yang menjadi perbedaan mendasar dari kedua buku ini. John Gray lebih menekankan perbedaan secara psikologis, sedangkan Alan-Barbara Pease banyak mendapatkan sumber dari data-data, penelitian, dan hasil ilmiah.

Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps?

Buku ini memaparkan bahwa alam sejak dahulu telah membentuk laki-laki sebagai seorang pencari makanan dan pelindung bagi keluarganya. Sedangkan perempuan bertugas menjaga rumah (gua) dan membesarkan anak-anak mereka. *mungkin maksudnya ini mah takdir Tuhan yak?

Bahwa laki-laki dan perempuan itu sebenernya telah berevolusi secara fisik tapi masih membawa kebiasaan dari laki-laki-perempuan jaman purba. Sebagai akibatnya, tubuh dan otaknya pun berkembang mengikuti kebiasaan jaman purba ini. Selama jutaan tahun, struktur otak laki-laki dan perempuan terus berubah dengan caranya masing-masing. Sampailah kita pada jaman modern ini, dimana ternyata laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam memproses informasi yang masuk ke otaknya. Jalan pikirannya memang berbeda. Pengertiannya akan suatu hal pun berbeda. Persepsi, prioritas dan tingkah lakunya juga beda.

Kita mengenal ada dua hormon yang berperan pada laki-laki dan perempuan. Dalam tubuh laki-laki terdapat hormon testosteron yang berperan menciptakan unsur ke-maskulin-an mereka. Sementara estrogen berperan dalam mengembangkan sifat feminin.

Kebiasaan, hormon, dan struktur otaklah yang menyebabkan ke-berbedaan laki-laki dan perempuan ini. Contoh kasus :

1. KASUS MENTEGA DI KULKAS

Mungkin setiap perempuan di dunia pasti pernah mengalami kejadian yang mirip seperti ini. Kisahnya berawal dari laki-laki yang berdiri di depan kulkas yang terbuka.

Laki-laki : “Menteganya mana ya?”

Perempuan: “Di dalam kulkas.”

Laki-laki : “Nggak ada tuh” – sambil celingak-celinguk ke dalam kulkas.”

Perempuan: “Kok bisa nggak ada? Dari dulu juga ditaruh di kulkas.”

Laki-laki: “Mana? Nggak ada. Aku udah cari. Nggak ada apa-apa tuh di kulkas.”

Terus si perempuan akhirnya harus ikutan ke dapur ikutan ngelongok ke kulkas dan…secara ajaib bin sulap, tangannya sudah memegang mentega.

Lalu apa komentar selanjutnya dari si laki-laki?

“Ditaruhnya di situ sih…terang saja tadi nggak keliatan!” Eaalaah…*tepokjidattetangga

Jadi, mengapa bisa demikian? Penyebabnya adalah karena perempuan punya jangkauan sudut pandangan yang lebih besar daripada laki-laki. Bila diukur dari hidung, bisa mencapai 45° ke arah kiri-kanan-atas-bawah, bahkan ada yang mencapai 180°. Jadi perempuan bisa lihat isi kulkas atau lemari tanpa menggerakkan kepalanya. Sementara laki-laki kalau melihat sesuatu lebih terfokus dan otaknya memproses seolah mereka melihat dalam terowongan yang panjang. Alhasil, mereka bisa melihat jelas dan akurat apa yang ada tepat di depan mata dan jaraknya lebih jauh, hampir mirip seperti melihat lewat teropong!

Dengan sudut pandang yang jauh lebih besar dari laki-laki, mata perempuan bisa
“ngelaba” tanpa perlu takut ketahuan. Sementara kalau laki-laki, sudah pasti kena tuduh kalau ketangkep basah matanya lagi jelalatan. Hehehe…

2. KENAPA LAKI-LAKI LEBIH CEKATAN BERKENDARA?

Pada laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih kompleks seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik. Maka tak heran jika laki-laki suka sekali mengutak-atik kendaraan.

Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata.

Perbedaan otak ini sering dikaitkan dengan kebiasaan manusia dari zaman dahulu hingga sekarang. Para pria harus memiliki keterampilan ruang, fisik yang kuat yang digunakan untuk berburu. Sementara perempuan harus memiliki sensor yang kuat untuk menjaga tempat tingal mereka.

Beberapa perbedaan mendasar tersebut juga menentukan pekerjaan pria dan perempuan pada zaman sekarang. Itulah mengapa pilot, pembalap, arsitek dan keterampilan lain yang membutuhkan kemampuan ruang yang baik didominasi oleh pria. Sementara sekretaris, perawat, guru bahasa, lebih didominasi oleh perempuan.

Struktur otak yang berbeda sangat berperan besar pada pola belajar dan kerja otak manusia, meskipun sebetulnya perbedaan itu tidak berlaku secata mutlak pada semua kasus.

3. KENAPA PEREMPUAN SUKA SEKALI BICARA?

Hal lain yang cukup menarik adalah perbedaan penggunaan otak dari pria dan perempuan ketika berbicara. Kedua sisi kiri dan kanan otak perempuan bekerja ketika mereka berbicara. Namun saat pria berbicara yang bekerja hanya otak kiri mereka. Itulah mengapa cara berkomunikasi perempuan lebih baik daripada pria. Selain itu perempuan jauh lebih sensitif perasaannya daripada pria. Perempuan juga berusaha membangun hubungan lewat pembicaraan.

Dalam sebuah penelitian disebutkan, pria menggunakan 7.000 kata per hari, sementara perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata! Jadi jangan heran kalau perempuan senang ngomong dan banyak pula yang diomongin, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus (hihihi, excuse ini mah)

Otak laki-laki itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk. Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, laki-laki bisa
menyimpan semuanya di otaknya. Sementara otak perempuan tidak bekerja seperti itu – informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini nggak akan berhenti sampe dia bisa mencurahkan isi otaknya alias curhat. Oleh sebab itu, kalau perempuan bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan uneg-unegnya, tidak selalu untuk mencari kesimpulan atau solusi. Jadi maklumi saja kalau habis bekerja keras seharian, selepas makan malam suami anda lebih memilih tidur daripada ngobrol-ngobrol. (feeling “meh” ya)

Tempat pengaturan bahasa pada otak perempuan lebih tersebar pada seluruh bagian otak, termasuk melibatkan otak kanan dan kiri. Perempuan juga piawai membahasakan emosinya secara verbal dan non-verbal. Ia sangat mampu melukiskan perasaannya secara cermat dan mantap. Apa yang ia rasakan dapat ia wujudkan dengan kata-kata maupun dengan bahasa tubuhnya. Ini dapat terjadi karena bagian corpus callosum yaitu serat saraf penghubung otak kanan dan otak kiri pada perempuan lebih tebal dibandingkan dengan otak laki-laki. Artinya komunikasi kedua belahan otak lebih lancar dan cepat. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria.

4. KENAPA KALAU SEDANG  BACA KORAN ATAU NONTON TV, LAKI-LAKI TIBA-TIBA TULI?

Laki-laki cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu! Semua penelitian yang ada menemukan bahwa otak laki-laki lebih terspesialiasi, terbagi-bagi. Otak laki-laki berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa mengerjakan semuanya tapi ‘satu-satu donk say!’.

Kalau laki-laki meminggirkan mobil untuk membaca peta, biasanya dia juga akan mengecilkan suara radio atau tape. Banyak perempuan yang bingung kenapa. Kan bisa saja baca peta sambil denger radio dan bicara. Kenapa laki-laki bersikeras mengecilkan suara TV kalau ada telepon? Atau kadang perempuan suka bingung: “Kalau dia lagi baca koran atau nonton TV, kok dia nggak bisa denger tadi aku bilang apa?”

Jawabannya adalah karena sedikit sekali jaringan yang menghubungkan otak kiri dan kanan laki-laki, sehingga, mungkin, kalau laki-laki sedang membaca koran atau nonton TV di-scan otaknya, kita bakal tahu bahwa dia seketika itu juga jadi tuli. Hehehe… “Man can’t do more than one task at the same time, ladies..”.

Sementara otak perempuan punya konstruksi yang memungkinkan perempuan melakukan banyak hal sekaligus. Perempuan bisa melakukan banyak hal yang sama sekali nggak berhubungan pada waktu bersamaan, dan otaknya nggak pernah putus, selalu aktif! Perempuan bisa bicara di telepon, pada saat yang sama masak di dapur dan nonton TV. Atau dia bisa nyetir, dandan, dengerin radio dan bicara lewat hands-free. (Yes, Super Girl!)

Tapi…karena perempuan bisa memakai 2 sisi otaknya secara bersamaan, banyak perempuan yang bingung membedakan kanan dari kiri. Sekitar 50% perempuan tidak bisa secara langsung menunjuk mana kanan dan mana kiri kalau ditanya. Tapi laki-laki memiliki kemampuan navigasi yang sangat bagus. Mereka bisa mengingat jalan yang baru sekali dilewatinya, mampu secara langsung mengidentifikasi kanan dari kiri. Sebagai akibatnya, perempuan sering dimarahin laki-laki karena menyuruh mereka belokin mobilnya ke kanan – padahal maksud mereka sebenernya adalah belok kiri. *mesemmesem

Akibat sistem kerja otak yang behubungan dan sering kali tumpang tindih, perempuan juga cenderung mencampurkan logika dan perasaannya saat menghadapi suatu masalah.

Selain itu, ada lagi perbedaan mendasar antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh perbedaan struktur otak ini yaitu:

- Perbedaan bahan kimia

Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang. Tak aneh jika perempuan lebih kalem ketika menanggapi ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik pitam. Selain itu, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan benda lebih banyak.

Dua hal ini mempengaruhi kecenderungan biologis otak pria untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan perempuan.

- Perbedaan pusat memori

Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara perempuan bisa mengingat segala detail. Laki-laki bisa lupa tanggal pernikahannya sendiri, sementara perempuan bahkan bisa mengingat baju apa yang dikenakannya sat kencan pertama. *ayo ngaku?

Jadi, kesimpulan buku ini adalah,

Perempuan itu : memiliki mata yang tajam, ia juga dapat melihat secara luas (keseluruhan) saat sedang mengedarkan pandangannya, ia juga mampu mendengarkan dengan baik. Perempuan itu perasa dan sanggup melakukan beberapa pekerjaan bersamaan, meskipun ia tidak dapat membaca peta.

Laki-laki itu : memiliki kemampuan ruang yang baik, logikanya terstruktur, pembaca peta yang lihai, handal di bidang matematika dan rancang bangun, meski ia tidak mampu melakukan lebih dari satu pekerjaan secara bersamaan.

Satu lagi buku yang senada dengan buku ini,

Men are from Mars, Women are from Venus

Bila suami-istri Pease mengiaskan rumitnya hubungan laki-laki dengan perempuan ini disebabkan karena kebiasaan dari jaman purba, maka John Gray mengiaskan penyebabnya adalah karena “Men are from Mars, Women are from Venus”. J

Alkisah, dahulu kala, orang Mars berjumpa dengan orang Venus. Mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan yang membahagiakan karena mereka saling menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan mereka. Kemudian mereka tiba di Bumi dan mulai menderita amnesia. Mereka lupa bahwa mereka berasal dari planet yang berlainan. Dengan kiasan ini sebagai ilustrasi pertikaian yang umum terjadi antara pria dengan perempuan, Gray menjelaskan munculnya perbedaan-perbedaan di antara kedua jenis kelamin itu dan menganggu terciptanya hubungan cinta yang saling melengkapi.

Misalnya, ketika seorang pria menikah, ia berharap istrinya akan tetap sama, sementara si perempuan tetap berharap bahwa setelah mereka menikah sang suami akan berubah. Pria terus bertanya apa yang membuat perempuan bahagia, sementara perempuan cenderung terlalu sibuk menganalisis tingkah laku pria. Ketika si pria diam tak bersuara dan menarik diri, si perempuan akan berpikir, “Apakah dia mencintaiku, apakah aku mengatakan sesuatu yang keliru, apakah kami semakin jauh, apakah aku melakukan sesuatu yang menganggunya”, dan seterusnya. Pada kenyataannya, si pria mungkin hanya berpikir acara apa yang ditayangkan di TV. *hadeuuh…

Perempuan seringkali tak mengerti, “Mengapa pria cenderung mengabaikan perempuan sesudah mereka melewatkan waktu bersama?”. Sementara pria tak memahami masalah-masalah mendasar seperti, “Mengapa perempuan suka membicarakan masalah dengan pria kalau ia tidak mencari solusinya, atau mengapa kadang kala perempuan membicarakan persoalan-persoalan yang tidak memiliki pemecahan?”

“Ketika seorang pria mencintai seorang perempuan, secara periodik ia perlu menarik diri sebelum mendekat lagi.” (Hlm. 42)

Menurut John Gray, pria itu seperti karet gelang. Ketika mereka menarik diri, mereka hanya bisa terulur sampai jarak tertentu sebelum melenting kembali. Karet gelang adalah perbandingan yang sempurna untuk memahami siklus keintiman pria. Siklus ini adalah mendekat, menarik diri, kemudian mendekat lagi. Benarkah demikian?

Bagi yang sudah pernah mengalami jatuh bangun dalam hal hubungan asmara atau kisah cinta, barangkali bisa berbagi pendapat soal itu. Tapi bagaimanapun memang harus diakui, ada perbedaan yang sangat mendasar dari pola pikir dan perilaku antara pria dan perempuan dalam sebuah hubungan.

Yang perlu diketahui perempuan tentang pria; kalau pria tidak memiliki kesempatan untuk menarik diri, ia tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk merasakan kerinduannya yang kuat untuk berdekatan. Perempuan perlu  memahami bahwa jika perempuan bersikeras memaksakan keintiman atau “mengejar” pasangannya ketika ia menarik diri, maka pria akan selalu berusaha melepaskan diri dan menjaga jarak, karena pria tidak akan mendapat kesempatan untuk merasakan kerinduannya sendiri akan cinta. Jika pria seperti karet gelang,  perempuan bisa diibaratkan seperti gelombang, ketika perempuan mencintai (orang lain dan dirinya sendiri) dan dicintai, rasa harga dirinya naik dan turun seperti gelombang.

Di planet Mars, kalau mereka tidak bisa memecahkan persoalan, solusinya adalah lupakan dan jalan terus. Di Venus, falsafah mereka berbeda: “Kalau kita tidak memecahkan persoalan, paling tidak membicarakannya.” Dengan mengetahui dua pola pikir dan cara menghadapai masalah yang berbeda ini, pria dan perempuan dapat belajar untuk lebih bersikap suportif.

Dalam berkomunikasi, ada dua poin kesalahan terbesar menurut buku ini; kesalahan orang Mars, selalu menyela dengan menawarkan solusi namun tidak suka dinasihati. Sedangkan orang Venus, (dengan begitu senang hatinya) memberikan nasihat-nasihat yang tidak diinginkan. *permisi,ngacadulu

Selain itu  ada beberapa poin lainnya, seperti orang Mars perlu belajar pentingnya mendengarkan dan orang Venus perlu belajar untuk berhenti mengubah seseorang.  Untuk memperbaiki suasana hatinya, disebutkan pria terkadang butuh waktu untuk “masuk gua” dan perempuan membicarakan persoalannya dengan orang-orang yang dipercayainya.

Bagaimanapun setiap individu memiliki keunikan dan perbedaan kasus di masing-masing hubungan yang dijalani. Tidak akan bisa menjadikan tips-tips di buku-buku ini sebagai “template” pasti hubungan akan sukses dan langgeng.  Namun dengan memahami hal mendasar dari pola pikir pria dan perempuan, kita akan dapat terbantu tentang bagaimana harus bersikap jika menemukan masalah dengan pasangan.  Yang terbaik bagi kita belum tentu sama dengan yang diharapkan maupun dibutuhkan oleh pasangan kita. Secara otomatis kita cenderung memberikan dukungan seperti yang kita harapkan, bukan seperti yang benar-benar diinginkan oleh pasangan kita.

Hal-hal istimewa ada pada diri masing-masing, baik laki-laki dan perempuan, demikian pula dengan kelemahannya. Fitrah manusialah untuk hidup berpasang-pasangan. Tuhan sudah menciptakan kita dengan sempurna, mungkin dengan perbedaan itulah kita bisa saling melengkapi. :)

Dan bukankah Tuhan sudah berfirman,

Kemudian pada Dia menciptakan nenek moyang semua mahluk hidup yang berpasang-pasangan dan tumbuh di muka bumi dan (mereka) manusia juga, dan mereka tidak (belum) mengetahui. (QS Yasin:36)

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (QS. Az-Zariyat:49)

“(Allah adalah Dia) yang telah membentangkan bumi (tanah) untukmu seperti permadani; dan membuatkan jalan-jalan diatasnya dan mengirimkan air dari awan. Sehingga, Aku menciptakan berbagai macam pasangan tumbuhan masing-masing berbeda satu sama lain. (QS.TaHa:53)

“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya, dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS Ar-Ra’d:3)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS Ar-Ruum:21)

Wallahu 'alam bishawab...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun