Saat kita berbicara tentang cinta, maka yang terbersit dalam pikiran kita adalah sesuatu yang indah berkaitan dengan perasaan yang menyenangkan dan membuat seseorang merasa nyaman. Rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Tuhan kepada setiap makhluk-Nya. Rasa cinta yang diberikan dengan kelembutan hati akan diterima dengan baik oleh hati si penerima cinta. Menurut Zick Rubin, cinta adalah sikap yang ditunjukkan kepada orang lain yang memiliki nilai istimewa, memengaruhi pikiran, dan tingkah laku. Rasa cinta tidak melulu  tentang  percintaan antara laki - laki dan perempuan. Akan tetapi, rasa cinta bisa antara orang tua dan anaknya ataupun guru dan para siswanya.Â
Bagi saya mengajar tidak hanya mentransfer ilmu dari guru kepada siswa, karena kata mengajar sendiri memiliki arti yang luas. Berikut ini adalah definisi mengajar menurut beberapa ahli :
1. Kunandar, (2007) menyatakan bahwa mengajar dimaknai sebagai penyerahan kebudayaan berupa pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan kepada siswa.Â
2. Maswan dan Khoirul Muslimin, (2011: 219) menyatakan bahwa mengajar adalah memberi pelajaran kepada sesorang (peserta didik) dengan cara melatih dan memberi petunjuk agar mereka memperoleh sejumlah pengalaman.Â
3. Alvin W. Howard, (Slameto 2018: 32) menyatakan bahwa definisi mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.Â
4. Oemar Hamalik, (2019:44) mengatakan bahwa mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah.Â
Bagi seorang guru, mengajar sudah menjadi rutinitas sehari - hari. Meskipun sudah menjadi rutinitas, tak ada salahnya bagi guru untuk selalu  mengembangkan metode mengajarnya. Tantangan zaman yang semakin tinggi membuat guru harus menemukan metode baru untuk menghasilkan generasi cerdas dan berakhlak mulia. Kemajuan teknologi harus kita imbangi dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan bertanggung jawab. Generasi - generasi penerus bangsa yang berkarakter tidak bisa dihasilkan dengan cara yang instan. Diperlukan sebuah perjuangan dan kepedulian dari dunia pendidikan untuk menjawab permasalahan yang ada pada generasi muda saat ini.Â
Mengajar dengan cinta, bisa menjadi salah satu metode pilihan bagi guru saat mengajar sekaligus melakukan pendekatan kepada siswa. Pendekatan tersebut bisa dimaksudkan kepada siswa yang bermasalah ataupun siswa yang tidak bermasalah. Disebutkan dalam Siyar A'lamin Nubala( 6/122) bahwa sesuatu yang keluar dari hati, akan masuk pula ke dalam hati, artinya sesuatu yang keluar dari hati, baik itu berupa lisan atau tulisan, akan masuk ke dalam hati seseorang. Ungkapan ini juga memiliki arti nasihat yang disampaikan dengan tulus dan ikhlas akan berbekas dan sampai ke lubuk hati. Hal ini juga berlaku di saat kita mengajarkan materi pelajaran dengan penuh rasa cinta dan kasih, maka siswa akan merasa nyaman dan tidak tertekan saat belajar. Karena siswa merasa terlindungi, nyaman, dan tidak ada rasa khawatir jika mereka belum bisa memahami materi yang diajarkan.Â
Mengutip dari halaman kemenag.go.id, Kementerian Agama akan mengembangkan pendidikan berbasis cinta. Hal ini disampaikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar saat memberikan arahan pada Penguatan Motivasi Kinerja ASN dan Peresmian Sarpras Pendidikan dan Keagamaan SBSN 2024 Kanwil Kemenag Prov Jateng, di Rembang, Kamis (28/11/2024). Â Menurut Menag Nasaruddin, madrasah adalah benteng bagi bangsa Indonesia. Oleh karenanya, ke depan Kemenag akan membuat kurikulum berbasis cinta.
"Ke depan, kita ingin merumuskan pendidikan berbasis cinta. Dengan demikian, seluruh tanah air akan menjadi protektor atas segala tantangan di masa mendatang," harap Menag Nasaruddin.
Sesuai dengan apa yang disampaikan beliau, sudah saatnya guru menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan aman bagi siswa. Sudah saatnya guru menanggalkan kesan killer kepada siswanya. Untuk mendapatkan rasa simpati dan tetap dihargai siswa, guru tidak perlu menjadi sosok yang ditakuti tapi disegani. Guru harus bisa menjadi orang tua kedua bagi siswa saat di sekolah, menjadi sahabat untuk berkeluh kesah ketika siswa mengalami masalah, dan menjadi sumber informasi yang akurat saat mereka bertanya. Guru tetap harus menjaga batasan pergaulan dengan siswa sehingga adab kesopanan tetap terjaga. Kuncinya terletak pada kedisiplinan dan konsistensi.Â