Mohon tunggu...
Wiwit PAP
Wiwit PAP Mohon Tunggu... Mahasiswa - KKN Desa Ngrendeng, Gondang, Tulungagung

KKN Pulang Kampung Tulungagung 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Pendidikan Nasional

8 Oktober 2023   15:36 Diperbarui: 8 Oktober 2023   15:59 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perjalanan pendidikan nasional dimulai pada masa pemerintahan Belanda, saat itu tokoh-tokoh pejuang pendidikan berusaha untuk mendorong perkembangan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan mulai dianggap penting. Pada masa itu, sistem pendidikan kota mengizinkan gubernur mendirikan sekolah. Para bupati mendirikan sekolah-sekolah kabupaten yang hanya melatih para calon pegawai. Sekolah Bumiputera didirikan untuk masyarakat kelas bawah, dimana hanya diajarkan membaca, menulis, dan berhitung, Tujuannya adalah untuk mendidik orang-orang yang dapat mendorong usaha dagang pemerintah hindia Belanda. Oleh karena itu, para pelajar yang melihat kondisi tersebut tergerak hatinya untuk melakukan transformasi pendidikan bangsa Indonesia.

Salah satu tokoh yang berperan dalam perubahan pendidikan Indonesia ialah Ki Hadjar Dewantara yang dijuluki sebagai bapak pendidikan nasional. Pada saat itu, Ki Hadjar Dwantara beberapa kali diasingkan hingga beliau harus pergi ke Belanda. Namun, dimasa pengasingannya beliau semakin bersemangat untuk membangkitkan pendidikan di Indonesia. Beliau mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Buku filosofi dan kurikulum Maria Montessori adalah salah satu buku yang menginspirasi beliau. Dimana kurikulum Maria Montessori yang digunakan oleh berbagai negara maju dalam sistem pendidikannya.  Dengan ilmu tersebutlah yang menjadi dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai dasar pendidikan Indonesia.

Salah satu pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara jasmani maupun rohani. Maka, pendidikan harusnya memerdekakan manusia, menghasilkan manusia yang selamat dan bahagia. Untuk itu seorang pendidik harus dapat mengajarkan hal-hal penting yang dapat peserta didik gunakan baik di lingkungan sekolah atau di lingkungan sosial masyarakat. Maka dari itu, Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan itu punya tiga peran penting yaitu yang pertama memajukan dan menjaga diri, yang kedua memelihara dan menjaga bangsa, serta yang ketiga memelihara dan menjaga dunia. Ki Hadjar Dewantara menyebut ini sebagai filosofi Tri Rahayu. Arti dari filosofi tersebut ialah ketika kita berhasil menjadi orang-orang merdeka yang bahagia tentunya akan mempengaruhi lingkungan sekitar kita baik keluarga, pertemanan atau orang-orang sekitar kita dan ketika masyarakat telah merdeka atau maju maka akan berdampak kepada kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, prinsip pembelajaran yaitu Tut Wuri Handayani yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi semboyan resmi dari implementasi sistem pendidikan nasional yang digunakan saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan akan memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan dan hal inilah yang diadaptasi dan diimplementasikan pada kurikulum saat ini yaitu kurikulum merdeka belajar.

Pendidikan di Indonesia pada Abad ke-21

Saat ini, Indonesia sedang berada pada era Revolusi Industri 4.0. Pembelajaran tidak lagi berfokus pada penerapan budaya. Namun, ini berfokus pada sikap berpikir kritis, pemecahan masalah, kecakapan kreativitas, serta kolaborasi. Pada saat ini, teknologi adalah sarana utama untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai guru kita harus meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan dapat menggunakan teknologi untuk memajukan pembelajaran dengan cara yang menghasilkan peserta didik yang memiliki keterampilan abad ke-21.

Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Pemikiran saya sebelum mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah bahwa tugas seorang guru hanya mengajarkan mata pelajaran agar peserta didik dapat unggul dalam akademik. Saya juga tidak sepenuhnya memahami apa artinya kalimat memanusiakan manusia dan bagaimana cara memanusiakan manusia sehingga saya berpikir bahwa akan lebih mudah bagi seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran jika peserta didik dididik dan diajar dengan ketat dan tegas, dan cara yang tepat untuk menumbuhkan sikap disiplin mereka dengan cara memberi hukuman berupa teguran, berdiri di depan kelas atau hukuman lainnya agar mereka tidak melanggar aturan kelas dan sekolah. Jadi menurut saya hanya guru yang berperan penting dalam proses pembelajaran, hanya gurulah yang dapat mengatur sebagaimana proses pembelajaran seharusnya.

Setelah saya mempelajari tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya pun paham apa arti dari kata pendidik. Selain mengajar, guru adalah seorang pendidik yang memiliki tugas untuk mentransfer ilmu yang mereka miliki dan mendidik adalah perubahan sikap kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru harus bisa memberikan perhatian, menghargai setiap pencapaian peserta didik dan merencanakan pembelajaran berdasarkan kebutuhan mereka. Maka dari itu, seorang guru tidak harus dengan memberikan hukuman-hukuman untuk memberikan pemahaman bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena ini berdampak pada mental anak, mereka akan memiliki pemikiran negatif sehingga mereka akan membatasi diri mereka, mereka juga akan takut membuat kesalahan. Jadi, sebaiknya dalam proses pembelajaran guru tidak harus keras dalam mengajarnya, guru harus lebih sabar dan mengetahui motif peserta didik melakukan tindakan tersebut sehingga guru mampu menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi setiap permasalahan yang dilakukan oleh peserta didik. Saya pun paham bahwa peserta didik memiliki peran yang sama pentingnya dengan seorang guru. Guru diharapkan menjadi fasilitator yang mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam menemukan solusi permasalahan mereka, membantu mereka menemukan potensi mereka, jadi peserta didik yang sebaiknya menemukan bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya berlangsung dan saya pun mengerti bahwa peserta didik bukanlah objek utama dalam pembelajaran di kelas melainkan subjek dalam proses pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun