Mohon tunggu...
Wiwit Prianti
Wiwit Prianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 1 UIN Saizu Purwokerto

Saya adalah seorang mahasiswa semester 1 program studi Tasawuf dan Psikoterapi universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Saya memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semua sudah Digariskan

23 September 2024   21:21 Diperbarui: 23 September 2024   21:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                           Semua sudah Digariskan

       Hidup kita sering kali bahkan nyaris bisa dipastikan, berjalan di luar kemampuan kita. Besar atau kecil, ada saja hal-hal yang datang di luar harapan. Semuanya berawal dari masa-masa menjelang kelulusan kelas dua belas. Kelas dua belas menjadi masa yang sangat berkesan bagi sebagian orang. Entah kenapa ketika menjelang akhir justru kelas menjadi lebih menarik. Mendekati kelulusan serta pembukaan SNBP dan SNBT UTBK pasti akan ada tryout-tryout dari berbagai lembaga bimbingan belajar, ada yang antusias dan ada juga yang malas-malasan untuk mengikuti bimbingan belajar. Aku termasuk yang antusias mengikuti tryout dan bimbingan belajar itu, sangat disayangkan jika kesempatan semacam ini disia-siakan.

       Aku memang sudah memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi negeri yang ada di Purwokerto yaitu Universitas Jenderal Soedirman. Maka dari itu aku harus menyiapkan segalanya, aku belajar dengan giat, mengikuti bimbingan belajar yang diadakan sekolah, juga mengerjakan soal-soal tryout untuk mengasah kemampuan. Di sekolahku juga terdapat penyeleksian bagi siswa siswi yang memiliki rata-rata nilai baik, dari semester satu sampai semester lima atau biasanya di lingkungan sekolah, kami lebih mengenalnya dengan siswa eligibel. Pengumuman nama-nama siswa eligibel sangat ditunggu oleh seluruh kelas dua belas termasuk aku. Besar harapanku untuk bisa masuk kedalam siswa eligibel, karena dengan begitu aku bisa memiliki kesempatan untuk mencoba mendaftarkan diri pada Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).

       Pengumuman yang ditunggu pun tiba, saat yang membahagiakan bagiku karena do'aku terkabul, aku termasuk dalam deretan nama-nama siswa eligibel. Bulan-bulan terakhir di SMA terasa sangat amat cepat, tidak terasa aku telah menyelesaikan ujian sekolah. Februari 2023 adalah pembukaan pendaftaran SNBP, tanpa berpikir panjang saat itu aku langsung mendaftarkan diri, pada kesempatan itu aku memilih Program studi Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman sebagai pilihan pertama serta Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman sebagai pilihan ke dua. Pengumuman SNBP diumumkan pada bulan Maret, hari-hari pada bulan Maret terasa berat bagiku karena ternyata aku tidak lolos dalam seleksi SNBP.

       Bagaimana tidak, hasil yang ditakuti semua orang dan itu terjadi padaku. Jujur sesak rasanya, kekecewaan dan kesedihan bercampur menjadi satu, tetapi menangis pun tidak ada gunanya, itu tidak akan merubah hasil apapun. Kekecewaan itu tidak berlangsung lama karena aku dikelilingi oleh sahabat yang selalu menyemangati dan memberiku motivasi agar tetap berjuang, salah seorang sahabatku berkata, "Apa yang menjadi takdirmu, tidak akan melewatkanmu. Jika memang ini bukan rezekimu, pasti Allah telah menjanjikan yang lebih baik". Aku kembali mengukir semangat baru untuk melanjutkan plan selanjutnya yaitu Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) atau biasa lebih dikenal dengan UTBK. Berbekal satu bulan mengikuti pendalaman UTBK serta latihan tryout yang sudahku laksanakan. Aku memberanikan diri untuk mendaftar SNBT.

       Aku mendapatkan jadwal UTBK gelombang dua pada bulan Mei, setidaknya aku memiliki waktu satu bulan untuk mematangkan persiapanku. Sampai hari itu tiba, aku merasa semua persiapan materiku telah matang. Hingga sampai saat ujian itu, aku merasa telah mengerjakan seluruh soal-soal UTBK dengan maksimal. Jadi aku optimis bahwa kali ini pasti aku bisa lolos disalah satu prodi pilihanku yaitu Teknologi Pangan sebagai pilihan pertama dan Teknik Geologi pilihan ke dua. Namun, semua harapanku lebur ketika membuka pengumuman saat itu. Apa yang aku harapkan selama ini nyatanya berbeda dengan kenyataan yang ada. Dua hari aku menangisi hal itu, aku kecewa pada diriku sendiri semua usahaku selama ini terasa sia-sia saja. Saat itu aku merasa bahwa tidak ada kesempatan lagi bagiku untuk bisa melanjutkan pendidikanku.

       Hari-hari setelah kelulusan wisuda SMA sangat melelahkan bagiku, apalagi setelah kegagalan-kegagalan yang telah aku terima. Perlahan tapi pasti aku mulai berdamai dengan keadaan. Mencoba mengikhlaskan dan mulai menata hati agar kembali mengukir semangat. Kemudian di tengah kebingunganku mencari Universitas untuk melanjutkan pendidikan, aku menemukan UIN. Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri, setalah pemikiran panjang dan wejangan-wejangan dari ibu bapak. Kuputuskan bahwa UIN Saizu akan menjadi tempat selanjutnya yang harus aku coba dan usahakan. Kali ini aku hanya berbekal keberanian dan harapan, maka aku mendaftarkan diri melalui jalur mandiri 4 Penerimaan Mahasiswa Baru UIN Saizu. Saat-saat menentukan pilihan pun aku bingung dan tidak tahu apa yang menjadi pilihanku.

       Setelah mencari tahu, aku putuskan ekonomi syariah sebagai pilihan pertama, pendidikan anak usia dini sebagai pilihan kedua, serta Tasawuf Psikoterapi sebagai pilihan ketiga. Dengan persiapan seadanya aku berhasil menyelesaikan ujian masuk mandiri 4 dengan lancar. Kurang lebih dua Minggu aku menunggu hasil pengumuman PMB, tibalah saatnya aku membuka pengumuman itu dan betapa terkejutnya aku ketika melihat layar hasil pengumuman bertuliskan "Selamat, Wiwit Prianti Anda dinyatakan lulus seleksi". Aku lebih terkejut lagi ketika mendapati bahwa ternyata aku diterima pada pilihan ketiga program studi Tasawuf dan Psikoterapi. Rasanya campur aduk antara senang dan bingung. Aku belum sepenuhnya yakin pada pilihanku, apalagi aku tidak banyak mengetahui tentang Tasawuf dan Psikoterapi.

       Aku kembali mengalami kegelisahan, aku bingung tentang apa yang harus aku lakukan. Aku bahagia bisa lolos seleksi, tapi aku juga bimbang dengan prodi yang aku dapatkan. Ditambah lagi tentang kegagalan dan kekecewaan dahulu yang hadir kembali. Aku berusaha melawan segala prasangka buruk dengan prasangka baik. Aku bergumam pada diriku sendiri, "Aku berada dititik ini juga bagian dari takdir, bukan?. Aku berada di sini juga berkat usahaku melawan rasa takut, dan selalu mencoba apapun situasinya. Jadi, sebenarnya takdir itu adalah penciptaanku sendirikan?". Setelah pemikiran panjang, aku yakinkan pada diri bahwa kesempatan tidak datang dua kali, aku harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aku kembali mengingat apa yang membuatku memilih tasawuf psikoterapi sebagai salah satu prodi pilihanku, karena aku ingin bisa memahami orang lain, menjadi pendengar yang baik, maka aku harus belajar tentang semua itu diprodi ini.

       Tuhan tidak mungkin menghukum hambanya dengan kegagalan selama hamba itu berusaha berjuang, karena aku yakin Tuhan selalu merestui setiap langkah yang aku tempuh dengan kebaikan. Percayalah, semua sudah digariskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun