Mohon tunggu...
Wiwit Prianti
Wiwit Prianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 1 UIN Saizu Purwokerto

Saya adalah seorang mahasiswa semester 1 program studi Tasawuf dan Psikoterapi universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Saya memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari yang Mengejar Bulan

16 September 2024   09:50 Diperbarui: 16 September 2024   10:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari yang Mengejar Bulan

         Di sebuah sudut jagad raya, Matahari mengenal Bulan dari cerita antara Merkurius dan Venus. Matahari selalu menguping pembicaraan Merkurius dan Venus tentang keindahan Bulan serta kesetiaannya kepada Bumi. Sampai akhirnya Matahari penasaran dengan sosok Bulan yang ia dengar. 

Pada malam yang penuh dengan keingintahuan itu, Matahari merasa hatinya di penuhi rasa rindu yang kuat terhadap Bulan walaupun belum pernah bertemu secara langsung. "Bagaimana jika aku bisa mengetahui wujud dan kehadiran Bulan?" pikirnya. Sejak saat itu Matahari memutuskan untuk mencoba mengejar Bulan. Namun, Matahari tahu bahwa ini adalah ketidakmungkinan, karena segala sesuatu bergerak dalam harmoni kosmik, seperti yang telah Allah jelaskan pada surat Yasin ayat 40.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَاۤ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَا بِقُ النَّهَا رِ ۗ وَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Lasy-syamsu yambaghii lahaaa ang tudrikal-qomaro wa lal-lailu saabiqun-nahaar, wa kullung fii falakiy yasbahuun

"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya."

(QS. Ya-Sin 36: Ayat 40).

          Matahari dan Bulan saling bertukar pandang setiap hari. Matahari, dengan sinarnya yang panas dan cemerlang, memandang Bulan yang lembut dan dingin dari jauh. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah bertemu secara langsung, namun itu tidak menghentikan keinginan mereka untuk bertemu. 

Rute perjalanan Matahari sangat terikat dengan orbit dan jalur yang sudah ditentukan, dan Bulan juga memiliki jalannya sendiri mengelilingi Bumi. Di malam hari, ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, Matahari memancarkan sinar terang sebagai bentuk semangat. "Aku akan mengejarmu," katanya, "meskipun hanya dalam imajinasi." Malam demi malam, Matahari mempercepat pergerakannya, mencoba untuk mencapai tempat yang sama dengan Bulan.

         Namun, setiap kali Bulan meluncur di langit malam, ia juga berusaha untuk menyelinap di balik awan atau berlindung di balik cakrawala. Hari demi hari, Bumi melihat usaha yang luar biasa ini dan merasa kasihan. Ia tahu betapa kuatnya rasa rindu Matahari, dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. 

"Aku akan membuatkan momen spesial," kata Bumi dengan lembut. Bumi mengatur posisi dirinya dan Bulan dengan sangat teliti sehingga mereka bisa saling berdekatan lebih dari biasanya. Saat Matahari terbit, ia melihat Bulan berada di tempat yang tidak jauh, dan dia bisa merasakannya lebih dekat dari sebelumnya.

         Momen ini dikenal sebagai gerhana matahari, saat Bulan menutupi Matahari, walaupun hanya untuk waktu yang singkat. "Ini adalah kesempatan kita," kata Bulan, "walau hanya sejenak." Matahari dan Bulan saling memandang dengan penuh kebahagiaan saat sinar Matahari bersinar lembut melalui tepi Bulan. 

Dalam momen itu, keduanya merasakan kebersamaan yang luar biasa, seperti mengingat kembali setiap hari mereka saling mengagumi dari jauh. Saat gerhana berakhir dan Matahari kembali ke posisinya di langit, ia merasa puas meski harus melanjutkan perjalanan jauh di bawah langit yang luas. Bulan pun kembali ke orbitnya, dengan kenangan indah tentang pertemuan singkat itu.

        Setiap kali gerhana matahari terjadi, seluruh jagad raya tahu bahwa itu adalah saat di mana Matahari dan Bulan dapat saling merasakan kehadiran satu sama lain, walaupun hanya untuk sekejap mata. Mereka tahu bahwa meski mereka tidak dapat selalu bersama, mereka akan terus saling mencari dan mengagumi di ruang tak berujung ini. Dan di langit malam yang penuh bintang, cinta mereka tetap bersinar seperti sinar Matahari dan cahaya Bulan, saling melengkapi dalam tarian kosmik yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun