Mohon tunggu...
WIWI SULASTRI SOLEH
WIWI SULASTRI SOLEH Mohon Tunggu... Lainnya - Pengawas sekolah

Menyukai berbagai perubahan positif dan pengembangan kompetensi, diskusi berbagai hal, menulis dan traveling adalah hobi yang sedang digemari, menjungjung tinggi kejujuran dan keterbukaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pendampingan Membuat Video Bukti Karya di PMM

6 November 2024   14:52 Diperbarui: 6 November 2024   14:57 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Oleh: Wiwi Sulastri Soleh
Disdikpora Kabupaten Cianjur
wiwisoleh173@dinas.belajar.id

A.Pendahuluan
Pendampingan membuat video bukti karya Platform Merdeka Mengajar (PMM),  ini merupakan hasil dari tindaklanjut setelah melakukan pelaporan BBPMP Jawa Barat (Jabar Beraksi), yaitu system pelaporan pengawas dalam memastikan  target capaian satuan pendidikan dalam mengimplementasikan seluruh program dan kegiatan Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan Kabupaten dapat tercapai secara efisien dan efektif. 

Salah satu laporan yang diminta adalah pelaporan berapa persentase guru dan kepala sekolah dalam mengunggah praktik baik MPLS TPSDM PAUD dan SD 2024 dan mengunggah praktik baik perubahan pembelajaran yang menerapkan enam pondasi di PMM menu bukti karya. Dimana sebagian besar guru dan kepala sekolah tidak membuat apalagi mengunggahnya di menu bukti karya sehingga pesertasenya rendah.

Untuk itu tugas pengawas perlu memberikan pendampingan kepada guru dan kepala sekolah terkait manfaat dalam membuat bukti karya sekaligus memberikan materi tentang bagaimana membuat bukti karya melalui berbagai teknik termasuk video. Pemaparan tulisan ini menggunakan metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi dan Refleksi) diharapkan dapat menjelaskan situasi, upaya dan solusi yang pada akhirnya menemukan pembelajaran yang bermakna dari kegiatan pendampingan  yang dilakukan.

B.Isi
Situasi atau keadaan sebelum adanya teknologi modern seperti yang kita lihat sekarang, kondisi dan peran guru dalam pendidikan sangat berbeda. Pada masa tersebut, pengajaran lebih banyak bergantung pada metode tradisional dan keterbatasan alat-alat yang tersedia. Berkembangnya kurikulum pun tidak mempengaruhi cara mengajar guru, dari pengalaman lalu mulai kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 dan sekarang Kurikulum Merdeka, guru dalam mengajar tidak jauh berbeda. 

Guru menjadi satu-satunya sumber utama pengetahuan di kelas. buku cetak dan papan tulis adalah alat utama dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa sangat bergantung pada materi yang diberikan oleh guru di kelas.

Metode pengajaran pada umumnya bersifat teacher-centered atau berpusat pada guru. Guru menyampaikan materi secara satu arah, dengan sedikit ruang untuk diskusi atau eksplorasi mandiri oleh siswa. Pengajaran didominasi oleh ceramah, hafalan, dan tugas-tugas tertulis. Kemampuan guru dalam bidang IT cukup untuk laporan nilai siswa dan administrasi yang sifatnya sederhana saja.

Tantangan yang dihadapi saat pendampingan, dimana perkembangan teknologi yang semakin pesat pun sebagian guru-guru di sekolah dampingan  masih biasa saja dan enggan memanfaatkan platform yang dibuat oleh Kemendikbudristek yaitu Platform Merdeka Mengajar (PMM), padahal PMM bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh guru dalam peningkatan keterampilan menulis, pengembangan karir, peningkatan metode pengajaran yang lebih kreatif, menarik dan inovatif, kontribusi guru pada dunia pendidikan dengan menulis artikel, jurnal dalam komunitas belajar, di PMM banyak pelatihan dan webinar yang dilakukan komunitas belajar sebagai bahan referensi, memberikan motivasi  dan inspirasi dalam meningkatkan pengajaran. Apalagi di PMM ada menu bukti karya yang bisa dimanfaatkan untuk menujukan berbagai aktivitas guru dalam pembelajaran.

Hasil temuan saat pendampingan yang telah dilakukan di 10 sekolah dampingan, latar belakang mengapa beberapa guru tidak memahami manfaat dari pembuatan bukti karya bisa berasal dari berbagai faktor. yaitu :


1.Kurangnya sosialisasi dan pelatihan. Tidak semua guru mendapatkan pelatihan yang cukup tentang pentingnya bukti karya. Jika sekolah atau instansi pendidikan tidak memberikan arahan atau sosialisasi yang baik mengenai manfaatnya, guru mungkin tidak sadar atau tidak paham bagaimana bukti karya bisa meningkatkan profesionalisme mereka.


2.Beban Kerja yang Tinggi. Guru seringkali dibebani dengan tanggung jawab mengajar, administrasi, dan tugas tambahan lainnya. Hal ini membuat guru merasa tidak punya cukup waktu atau energi untuk memikirkan pembuatan bukti karya. Sebagian guru juga mungkin melihatnya sebagai beban tambahan, bukan sebagai alat untuk pengembangan karier.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun