Truthuk Semarang merupakan bentuk revitalisasi kesenian tradisional kethoprak lesung. Perbedaan ketoprak lesung dengan Truthuk Semarang terdapat pada cerita yang ditampilkan , alat musik dan bahasa yang digunakan oleh pemain. Ketoprak menampilkan cerita legenda dan kerajaan, alat musik yang digunaakan seperangkat gamelan jawa dan bahasa yang digunakan pemain masih menggunakan bahasa jawa krama sehingga banyak penonton yang tdak memahami isi ceritanya.
Sedangkan, pada Truthuk Semarang cerita yang ditampilkan isu-isu kekinian, misalnya pandemi, korupsi dan lain sebagainya. Alat musik yang digunakan pun cukup sederhana, hanya menggunakan saron, demung, kendang, gender , gong dan biola untuk membangun suasana saat pementasan berlangsung. Bahasa yang digunakan pun bukan hanya bahasa jawa krama namun bahasa keseharian, bahkan bahasa indonesia sehingga mampu dipahami semua kalangan.
Sayangnya, Truthuk Semarang belum dikenal oleh masyarakat, bahkan masyarakat Semarang sendiri. Oleh karena itu, tim PKM-RSH Undip yang terdiri dari Elang Ade Erlangga, Idah Sri Wahyuni dan Ayyi Imaana Auliaamafaja dengan dosen pembimbing Dr. Drs. Amirudin M.,Si. memperkenalkan truthuk kembali melalui etnovideografi dan etnovisual.
"etnovideografi dan etnovisual nantinya akan kami unggah di sosial media. Harapannya, dengan adanya etnovideografi dan etnovisual ini masyarakat semarang bisa lebih tahu dengan keseniannya sendiri" ungkap ketua tim PKM-RSH Undip, Elang Ade Erlangga ( 20/08/21)
Ia juga menambahkan, "Kesenian Truthuk juga memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bagian dari identitas seni budaya di Kota Semarang. Hal ini berdasarkan riset yang telah kami temukan bahwa Truthuk Semarang ini memiliki nilai-nilai budaya masyarakat Semarang.
Nilai-nilai yang tercermin dalam simbol-simbol kesenian Truthuk baik dari pakaian, ungkapan, iringan, bahasa dan pola pertunjukan mengungkapkan bahwa nilai-nilai khas masyarakat maritim terlebih perihal sikap terbuka dan toleransi yang paling dominan menyusun simbol-simbol dalam pertunjukan ini, selain nilai-nilai budaya jawa terkait sopan santun dan religius.
Ketika berbicara Truthuk sebagai identitas Kota Semarang, nilai-nilai budaya ini begitu cocok dan melekat dalam masyarakat Kota Semarang yang paling mencolok saat ini adalah toleransi, baik antar etnis maupun agama. Oleh karena itu, kami merekomendasikan kepada Walikota Semarang bahwa kesenian ini berpotensi untuk didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda dari Kota Semarang" ( 20/08/21)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H