Obrolan dengan anak lanang pada suatu sore.
Saya: Besok kalau besar pengin jadi apa, Dik?
Anak lanang: Astronot, Mah
Saya: Kenapa pengin jadi astronot?
Anak lanang: Soalnya pengin ajak mamah pergi ke Nebula M78.
Saya: Apa itu?
Anak lanang: Itu tempat tinggalnya Ultraman.
***
Obrolan di atas mungkin saja terdengar konyol, tetapi bisa juga menyodorkan hal yang kontemplatif (setidaknya bagi saya).
Keinginan [baca: cita-cita] memiliki kekuatan untuk menggerakkan; menggerakkan si pemilik keinginan untuk mencapainya. Dan prosesnya, entah sebentar atau lama, sulit atau biasa saja, penuh air mata atau tawa, adalah pembelajaran besar. Mengutip perkataan banyak traveler: its all about the journey, not the destination.
Keinginan melahirkan harapan. Keinginan kuat, harapan kuat. Dan ciri-ciri orang yang mempunyai keinginan kuat adalah tidak mudah menyerah. Anak-anak yang berlatih naik sepeda menjadi ilustrasi yang selalu mencerahkan bahwa proses tidak selalu mudah. Namun, semua itu terbayar ketika mereka dengan asyik bersepeda ria ke mana pun mereka mau.
Konon katanya, keadaan kita sekarang adalah perwujudan keinginan kita [mungkin] beberapa waktu yang lalu atau beberapa tahun silam. Maka itu, ada baiknya kita membenahi dan mengelola keinginan, supaya keinginan itu menghadirkan kekuatan, pikiran, dan energi positif untuk mencapainya dan, tentu saja, menikmati prosesnya.
Tulisan terkait: Perjalanan #1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H