saat ketika mata itu menatapku tajam
kakiku hanya dapat berlari
berlari pada bilik biru yang memelukku erat
ku berdiri di samping dahang,
merapatkan sela yang terkuak
ku jatuhkan sgala tekanan, sakit dan air mata
di dalam peluk taman mawar biru
taman yang slalu buatku tenang,
air mataku bercucuran
ratapi mata tajam yang selalu menghujam
raga ini tlah rapuh
tak lagi sekuat karang di lautan
sedikit saja tetes hujan
ku lantas tersungkur
tiada daya berdiri lagi
kini jiwaku penuh akan beban hidup tentang kalian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H