Mohon tunggu...
Wiwin Riza Kurnia
Wiwin Riza Kurnia Mohon Tunggu... -

Nasionalism, Pluralism, Adventure

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelaah Sejarah Bangunan Masjid Kuno di Jantung Kota Jember

21 Desember 2013   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 2690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang anda pikirkan, terutama bagi umat Islam ketika melakukan ibadah di Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember yang terletak di Jantung Kota Jember?

Dibalik keberadaannya sebagai tempat melakukan ibadah dan kegiatan agama Islam, Masjid tersebut menyimpan banyak makna pada arsitektur bangunannya, bahkan menjadi bukti sejarah kuatnya persatuan masyarakat Jember.

Masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember terdiri dari dua bangunan masjid yang dipisahkan oleh jalan protokol jurusan Jember-Surabaya. Bangunan Masjid lama dibangun sejak zaman kolonial Belanda pada tanggal 19 Desember 1894 dengan luas 2.760 meter persegi. Masjid ini pernah mengalami renovasi pada tahun 1939 sebelum perang dunia II. Sedangkan bangunan masjid yang baru dibangun di atas tanah wakaf seluas 9.600 meter persegi dan diresmikan pada tanggal 3 Mei 1976 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada saat itu.

Hal ini diungkapkan oleh Bapak Moh.Ihsan selaku pengurus masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember. Beliau menceritakan gagasan awal mula dibangun masjid jami’ baru, karena pada tahun’70an setiap kali ibadah sholat jumat, jumlah jamaah di masjid jami’ lama meluber sampai ke jalan. Sehingga Bupati Jember saat itu yakni Letnan Kolonel Abdul Hadi berinisiatif memperluas dan membangun masjid yang baru, terletak bersebelahan dengan masjid jam’lama yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Jember. Gagasan tersebut diungkapkan dalam suatu Khutbah Idul Adha tahun 1972, dimana Bupati menguraikan betapa pentingnya menggalang persatuan dan kesatuan, antara unsur Pemerintah dan Ulama. Meski dulunya Kabupaten tidak menyimpan dana lebih, namun pembangunan secara gotong royong dari masyarakat. Seperti diambilkan dari zakat atau shodaqah dari padi, dimanaJember mempunyai 80.000 HA sawah yang ditanami padi, dan tiap hektarnya waktu itu dapatmenghasilkan lebih kurang 5 - 6 tongabah, itupun satu tahun dapat dua kali panen.

Seluruh ulama mendukung dan menyepakatinya dengan persetujuan tertulis, kemudiandisampaikan ke DPRD Jember, yang juga setuju pada akhirnya. Hal ini pun mendapat restudari Gubernur JawaTimur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama pada saat ituyangdituangkan dalam Surat Keputusan BupatiKepala Daerah Tingkat II Kabupaten Jember No.Sek./III/40/1972 tanggal 25 Oktober 1972, bertepatan dengan Peringatan Nuzulul Qur’antahun 1972 kemudian dibentuklah Panitia Pembangunan Masjid. Mengingat pengumpulan dana pembangunan Masjid Jami’melibatkan seluruhpenduduk di Kabupaten Jember, maka Kepanitiaan Pembangunan diteruskan sampai ditingkat Kecamatan dan desa. Di tiap desa, membuat Putusan Desa melalui Rembug Desa,tentang kesepakatan membantu Pembangunan Masjid Jam’ Jember, berupa gabah 1 (satu)kwintal per hektar pada dua musim panennya.

Dalam pemilihan nama masjid pada waktu pembangunan, sempat menjadi perdebatan. Beberapa usulan nama seperti Al Falah yang artinya petani, karena pembangunan masjid merupakan hasil dari gotong royong para petani Jember, adapula usulan nama Baitul Makmur yang berarti suatu tempat menuju surga, bahkan adapun yang mengusulkan nama Al Hadi, karena pembangunan masjid merupakan inisiatif Bupati Abdul Hadi. Namun pada akhirnya diputuskan bersama oleh para ulama, terutama berdasarkan usulan KH. Ahmad Shiddiq untuk memberikan nama masjid Al Baitul Amien, yang mempunyai arti sebagai rumah yang dijaga oleh Allah.

Setelah menemukan nama yang sesuai, dipilihlah lokasi pembangunan masjid. Penentuan lokasi Proyek Pembangunan Masjidmenjadi masalah tersendiri karena konsepbangunan masjid memerlukan tanah yang luassehingga ada yang mengusulkan di tempatkan di sekitar Sembah Demang untuk memperolehtanah dan lokasi yang luas dan tinggi, ada yang mengusulkan ditempatkantanahnya H.Salim Arifin (sekarang ditempati Kantor Telkom ) dekat dengan Pasar Tanjung agar jamaahnyamenjadi banyak dansebagian lagi menghendaki bangunan masjid tersebut hendaknya tetap di pusat kota dengan membongkar Masjid yang lama.Pendapat terakhir ini mendapattantangan dari seorang tokoh Ulama, beliau tidak menyetujui renovasi masjid tersebut dengan membongkar masjid yang lama karena menghilangkanjariyah orang orang terdahulu. Akhirnya Bupati Abd. Hadi selaku Ketua Panitia PusatPembangunan Masjid Jami’ Jember mengambil jalan tengah yaitu bahwasanya ProyekPembangunan Masjid Jami’ Jember diletakkan di tengah kota disamping masjid yang lama, ( tanpa membongkar masjid lama) dengan cara membeli tanah dan rumah sederetan toko-toko dipinggirJl Raya Sultan Agung, membeli rumah rumah huni diatas tanah pengairan dekat sungai Jompo, membeli tanah di Arjasa untuk mengganti dan memindahkan tanah dan rumah dinas / Kantor Pembantu Bupati Jember Kota, dan memindahkan selokan penggelontor yang tadinya di tengah tanah proyek ke pinggir jalan atau pinggir proyek Masjid Jami’ Jember.

Untuk konsep Bangunan Masjid Jami’ Al Baitul Amien Jember ini pun, pemerintah menunjukarsitek dari tamatan California yakni Yaying K. Keser A.I.A, Jakarta.

Beberapa alasan yang menjadi landasan dari bentuk arsitektur masjid jami’ al baitul amien Jember yakni Dipilihnya bentuk bundar (segmen bola), yang menggambarkan meluasnya kebutuhan seluruh umat manusia tanpa dibatasi dengan sudut-sudut tertentu yang kemudian tertuang dalam wujud bentuk kubah, merupakan segmen-segmen bola yang saling bertumpu satu dengan yang lain, yang menggambarkan saling berkaitannya kebutuhan manusia dengan yang lain, dimana pada ini semua agama dan tradisi dipengaruhi oleh bentuk bundar, sejak dari bangunan Qubah as Sakhrah, di Masjid Aqsho, juga beberapa agama tauhid tempat ibadahnya dipengaruhi bentuk bundar.

13876171481667804159
13876171481667804159

13876172171767621797
13876172171767621797

Jumlah kubah dengan tujuh buah. Angka 7 merupakan simbol kemantapan. Kita kenal bahwa Allah SWT telah menciptakan 7 langit dan 7 bumi. Demikian pula hari sebanyak 7 hari dalam seminggu. Di kalangan kita,sering kita dengar bacaan bismillah 7 kali, atau Qul huwalllah 7 kali dan sebagainya yang mengisyaratkan adanya kemantapan.

13876171951087722349
13876171951087722349

Demikian pula angka 17 (tujuh belas), yang diwujudkan dalam jumlah tiang penyangga lantai II dikubah utama adalah mengingatkan kita pada angka keramat bangsa Indonesia yang telahmerdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 atau Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan yang kita peringati setiap tahunnya, di samping peringatan adanya kewajiban melaksanakan 17 rakaat dalam shalat wajib di setiap harinya.

13876172571486373011
13876172571486373011

Mihrab dan mimbar, Lahirnya seni Islam terutama seni bangunan masjid terletak pada mihrab dan mimbar. Dari mihrab dan mimbaryang merupakanbagian tempat Imam dan Khotib, lahirlah berbagai seni bangunan Islam yang tak berkeputusan. Mihrab adalah suatu tempat pada masjid sebagai tempat Imam memimpin sembahyang dan sekaligus merupakan petunjuk arah kiblat Orang bersujud di mihrab hatinya terpaut dengan ka’bah di Makkah, tempat ia menghadapkan muka dan wajahnya, sebagai simbul kesatuan dan persatuan menghadap kepada yang Maha Tunggal. Demikian pula mimbar sebagai tumpuan perhatian jamah dalam mendengarkan khotbah para khotib yang penuh pesan dan kesan tentang kehidupam manusia dihadapan Tuhannya dan masyarakatnya. Bangunan mihrab akan terkait dengan mimbar, terdiri dari tiga buah lengkungan yang melukiskan trionya agama yaitu Iman, Islam dan Ihsan.

138761729651609089
138761729651609089

1387617361349893966
1387617361349893966

Pada lengkungan mihrab, al Mukarom K.H. Achmad Siddiq (alm) menfatwakanayat Al Qur’an surat Thaha ayat 14.

Sedang di mihrab kanan dan kirinya terpampang lafadz Allah jalla jalaluhu (Tuhan Maha Besar) dan lafadz Muhammad Rasulullah yang digarap oleh Sdr Faiz dari Bangil dengan beraneka ragam bentuk seni kaligrafi.

1387617407622700319
1387617407622700319

Adapun di sekeliling ruangan kubah utama dituliskan Surat An Nur sepenuhnya. Semuanya itu disamping merupakan penampilan seni kaligrafi juga merupakan petunjuk bagi muslim yang melihatnya.

1387617448455926769
1387617448455926769

Lantai tempat sembahyang utama ditutup dengan marmer Carara dari Itali dengan ukuran ( 120X 60 cm ukuran sajadah). Marmer Carara tersebut dipesan langsung dari Itali dengan jenis Bianco Carra “C” yang sudah dipotong potong dengan ukuran 60 X 120 X 2 cm dalam keadaan sudah dipoles seharga US $ 55.455,00, sedang ruang tempat sembahyang lain memakai tegel teraso dengan cat kuningan.

13876174761505852269
13876174761505852269

Besaran dana yang dikeluarkan untuk pembangunan masjid sekitar 900juta rupiah. Dengan dibangun dari hasil sumbangan total para petani berupa padi/ gabahsenilai

Rp. 518.791.483,20, Penyebaran blangko infaq suka rela senilaiRp. 38.520.461,50, Pegawai Negeri, Pengusaha dan lain lain Rp.145.530.878,.98, Bantuan dari Menteri Dalam Negeri RI sebanyakRp.25.000.000,00, serta Bantuan dari Pemerintah Daerah Tk.II Jember sebanyak Rp.61.500.000,00, dan sisa dananya pemerintah menggunakan kebijakan tender.

Seiring dengan perkembangannya, masjid ini selanjutnya dikelola oleh sebuah Yayasan yang di sebut dengan Yayasan Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Jember, dengan berupaya mengoptimalkan pemakmuran masjid baik dalam bidang ibadah maupun sosial kemasyarakatan. Dapat dilihat kiprahnya saat ini dari berbagai program masing-masing bidang yang salah satunya terdapat bidang pendidikan. Membawahi beberapa lembaga yang diantaranya PAUD atau kelompok bermain, TK, SD, SMP, Taman Pendidikan Al-Quran, serta Madrasah Diniyah atau (Madin).

Besarnya penduduk Jember yang telah mencapai 1.900.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Ribu) lebih yang sebagian besar (90 % ) beragama Islam diharapkan mampu menjaga, merawat, dan menghargai nilai-nilai sejarah yang ada pada masjid Jami’Al Baitul Amien Jember sesuai dengan motto pembangunannya berupa Trilogi Pembangunan Daerah Kabupaten Jember, yaitu Taqwallah, Akhlaqul Kariemah dan Amal yang ilmiyah serta ilmu yang amaliyah:)

1387617611501803690
1387617611501803690

1387617640933658799
1387617640933658799

13876176591446176164
13876176591446176164

*Tulisan ini berdasarkan wawancara bersama pengurus Yayasan Masjid Jami’Al Baitul Amien Jember

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun