Tak menepisÂ
kau merasa puas dan bangga dengan jiwa kepahlawanan
mereka akan anggap bahwa inilah hal yang terhebat
ada rasa dengki dan irikah hati ini
menyisip  sesaat
Tuhan aku sudah berusaha menepisÂ
kembalikan senyumku dengan ketulusanÂ
dulu ada
kata yang masih aku rindukan
namun waktu yang datangÂ
saat iniÂ
kita tak mampu mengelaknya juga
hanya berharap ada rintisan damaiÂ
bukan persaingan yang menguasai asa
kegelisan dan sendiri lagi
segala gundah yang meresap dihati ini
menjadi penyakit
diriku sadar ini salah
namun bila aku yang salahÂ
ada yang lain terluka juga dengan aroganmu
apakah aku rasa ini menjadi musuh dalam selimut pikiranku
saat ini aku hanya bersahabat dengan waktu
semua akan berlalu
kendalikan pikiran dengan barisan kata-kata
aku goreskan ada kecewa, dengkipun tergores
entah waktu akan menyalahkan lagikah
inilah kelemahan disela waktu
insyani yang dibisikin syaithon
maafkan kalbu yang tak mampu menepis
sahdu pada taman kegelisanÂ
antara dusta yang mengajarkan sedikit tentang ke ikhlasan
aku disini memandang kauÂ
yang tersenyum puas dan lepas
mungkin apa yang terjadi menjadi mimpi indah kelak
ketika masih ada nurani dan tengadah tangan dalam bimbingan sang ulama
kesimpulannya ini menjadi baik
nyanyian mimpi lagi
bisikkan kedamian kalbu ya Rabb
untuk menepis kalbu yang tersakiti
kau ajarkan lindungi kekhilafan ini
sisipkan selalu ingatkan ajaran-Mu
pilu ini akan mengajarkan liku-liku menepisÂ
dan mengemas luka kalbu
ingatan dari surat An-Nas
"sembahan manusia "
"dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,Â
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia "
ya Allah fahamkan aku selalu dalam firman-Mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H