Pertemuan Ke 13
Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Ke-30
Senin, 13 November  2023
Baju  bersulam berbahan  katun,
Sandingkan dengan kain kebaya
Senin malam kita berpantun,
Lestarikan budaya Indonesia
Kita patutlah  berbangga mengikuti forum kegiatan di KBMN banyak memberikan satu pemahaman dan pengatahuan untuk kita. Subsidi pengetahuan dari materi ini, pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional sejak pada tahun 2014. Menyusul pada tanggal 17 Desember 2020 pantun ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada sesi ke 15 intergovernmental comitte for the safeguarding of the intangible cultural heritage. Awal yang memberikan pemahaman
Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019). Uraian tersebut menjelaskan tentang pantun itu termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)
Bagaimana kita harus memahami bahwa pantun itu sebagai alat pemelihara Bahasa. Â Pantun juga berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
Pada pertemuan ke-13 bersama narasumber Miftahul Hadi, S.Pd dan moderator Halwiyah mengupas sekilas tentang " Kaidah Pantun. " Malam ini kita akan bertemu dengan pakar pantun dari Kota Demak. Sedangkan Ibu Elwi alumni gel.20 Â KBMN akan membersamai.
Contoh dari pemateri:
Molo mandurung ho dipabu,
Tampul si mardulang-dulang,
Molo malungun ho diahu,
Tatap siru mondang bulan.
Artinya:
Jika tuan mencari paku,
Petiklah daun sidulang-dulang,
Jika tuan rindukan daku,
Pandanglah sang bulan purnama.
Materi yang pertama yang disampaikan narasumber pada peserta KBMN untuk mendalami tentang pantun silakan buka link berikut https://s.id/kaidahpantunmiftahul dan untuk lengkapnya ringkasan yang apik dikemas di link berikut https://online.anyflip.com/wiirj/whob/mobile/index.html
Pada lingk tersebut kita akan memperoleh pemahaman tentang pantun, mulai dari penjelasan detail makna harfiah tentang pantun, lengkap juga disampaikan ringkasan sejarah tentang pantun. Detail juga dibahas jenis puisi lama. Perbedaan pantun dengan syair dan gurindam dapat kita ketahui dengan detail dengan contoh-contoh yang dapat kita ketahu secara fisik dan batin dari sebuah puisi lama tersebut. Beberapa contoh yang patut kita baca di materi narasuber.
Di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan. Pantun memiliki bait yang sangat indah menyampaikan pesan yang tersirat dan tersurat disampaikan dengan unik. Pantun sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia tak berbenda patut kita akui ini upaya menghargai sejarah. pantun salah satu kekayaan  Indonesia yang bisa dipelajari siapa saja. Kita harus bisa menjaga dan melestarikannya. Dengan apa dan bagaimana? Tentunya dengan mempelajarinya kaidah-kaidah yang patut kita ketahui. Setelah kita membaca dari pemateri yang memberikan penjelasan detail. Bagaimana cara membuat pantun yang benar dan indah? Apa itu isi dan sampiran?
Contoh:
Sing getol nginam jajamu,
Ambeh jadi kuat urat,
Sing getol naengan elmu,
Gunana dunya akhirat.
Artinya:
Rajinlah minum jamu,
Agar kuatlah urat,
Rajinlah menuntut ilmu,
Berguna bagi dunia akhirat.
Dari pemaparan nasumber, bahwa untuk melatih kita bisa menulis pantun. Tahap yang kita lakukan dengan cara melengkapi semuah pantun. apakah dengan melengkapi bagian sampiran satu baris atau melengkapi pada isi pantun sesuai dengan jenis pantun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H