Hari ini ada lentera yang menyala di bilik bambu
Celah cahayanya menerobosÂ
MemantulÂ
menerangi  malam yang merapat di dusun asingÂ
Sembunyi dari asa yang ternistaÂ
kau membangun dirimu untuk bisa mengendalikan diri saat ini
saat gairah jiwa ini telah keliruÂ
aku lafalkan dengan tulus kata "maafkan aku"
dingin dan sepiÂ
kerap menyapa
butiran air mata yang jatuh
merapuhkan ketegaranÂ
tersisa  lemah dan merana
maafkan akuÂ
kesalahan yang mendera iniÂ
dalam himpitan malu  malah membuat aku murkaÂ
jatuh ke jurang emosi dan menjeratkan dalam kenistaanÂ
resah dan ketakutanÂ
menggelayut dalam perahu perang emosi diri
aku berontak di akal sehatkuÂ
aku menanggung semua iniÂ
suratan ini mengantaran aku pada penyesalan
yang terindah hilang kepercayaan
ketika dongeng di kidung malam yang menemeni
kelelawar mengerat manisnya buahÂ
bulan purnama menjadi bertanda
keikhlasan pada cipta  kemampuan dari insanÂ
hanya di batas masaÂ
dan ingat waktu akan menunggumu dipergantian
dan ingatÂ
Belum Tentu Esok akan Datang
yang terjadi di detik iniÂ
masa pencarianÂ
dengan penuh harapan yang dalam mimpiÂ
walau saat ini hanya bisa merayu
pada masa yang tak tentu
terus berlayarlah walau di air dangkal
dan ukir di hatimu  berprasangka baikÂ
pada Izroil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H