Mohon tunggu...
Wiwin
Wiwin Mohon Tunggu... Lainnya - simple

saya seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenikmatan Duri dalam Sepertiga Malam

13 Mei 2020   09:06 Diperbarui: 13 Mei 2020   09:05 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah aku saat ini terlambat menyadari

Ketika waktu berlalu

Dilelang dalam kebohongan, semu kasih jauh diraih hasta

Harusnya aku harus menyadari dari awal

Duri yang menusuk dari tangkai mawar pun itu akan terasa perih di kulit Ari

Dalam diam aku hanya terpaku, tangis ini yang  tak mampu uraikan

Bibir terbata-bata kepada diadukan pada siapa

Tak ada pun yang bertanya, Mengapa ini sebenarnya?

aku letih, lelah aku juga ingin arti sejati terbesit direnungan waktu

Ilahi robbi, dalam bentang sajaddah keheningan malam aku keluhkan

Aku rintihkan setiap jeda kata berurai air mata

Hanya padamu ya robb

Bahwa luka yang menganga seolah kalbu tertusuk duri

Membekas menjadi  luka tak berdarah

Terbesit, dalam hikmah ramadahan tak kau beri kompromi ini ujian atau sanksi

Sesaat aku ingin seperti hero untuk petik pahala berkompromi dengan kata sabar, setulus hati resah yang menusuk sampai ke tulang mengharap reda, dengan usapan dan dekapan bisikan.

Ya Habibi kurindu

Desir angin beradu dalam hening ini

Durasi  waktu menjamu kalbu mengingat kata janji suci takdir ilahi

Hanya dalam hening malam Ya rabb aku mengadu.

apakah ini cara menyapa hambamu untuk tetap ingat

Memberikan alasanku untuk lebih dekat dalam pelukan kasih ilahi

Nikmat surgawi yang terasa tertatih dilalui dengan merangkak meraih di lutut

Namun kenimatan surgawi janji ilahi tertulis di Lauhul Mahfud  ini tentang garisku

Buyar lamunan aku Usaha untuk mendamaikan agar tetap tegar

Sapa kesunyian, " Setialah dalam renungan seperempat malam dalam tusukan duri di kalbumu tak akan kau rasakan"

Ingat detik di fana ini semu tak Nikmati dengan bersyukur

Rasa manis di lidah tak bisa di raih mudah seperti memetik buah apel dari pohonnya

Kau perlu berjalan mendaki mencari dimana pohon itu tertatih merawat agar tak dimakan hama

Adukan pada kesunyian seperempat malam Senyuman manis  belaha hati itu miliki butiran mutiara, aku diam dan tepiskan karena jangan lukai hati kecil merdu panggil ma, pa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun