Orang bijak mengatakan "Segala yang tidak bisa kamu kendalikan akan mengendalikanmu" demikian pula halnya dengan anak. Jika orang tua tidak bisa mengendalikan anak maka ia yang akan mengendalikan orang tua, tubuh orang tua semakin lama semakin melemah sementara tubuh anak semakin tumbuh besar dan kuat. Sama halnya dengan gadget terhadap anak, jika anak tidak dapat mengendalikan gadget maka gadget yang akan mengendalikannya. Betul?
Berdasarkan laman Suara Jabar sepanjang tahun 2020 ada 98 orang dan tahun 2021 bulan Januari dan Februari sudah ada 14 orang yang menjalani rawat jalan. Mereka kecanduan atau adiksi terhadap internet, termasuk game di ponsel. Sub Spesialis Psikiater Anak dan Remaja RSJ Cisarua, Lina Budiyanti mengatakan bahwa mereka menunjukkan ketika dilarang langsung ekspresi emosinya sangat tinggi, bisa melempar barang, bahkan bisa mengancam dengan senjata tajam kalau tidak dituruti permintaannya, seperti ponsel dan kuota. Berdasarkan pasien yang konsultasi kepada saya yang mengalami gangguan gadget menunjukkan perilaku mudah bosan, mengalami gangguan konsentrasi, prestasi belajar menurun, mengamuk, agresif, berbohong, terpapar pornografi dan mengalami gangguan perkembangan seperti speech delay, gangguan motorik, obesitas, adhd (gangguan konsentrasi disertai hiperaktif) karena anak menggunakan gadget terlalu dini yakni dibawah usia 2 tahun dan penggunaan gadget yang terlalu lama.
Gadget bisa menjadi sahabat jika digunakan dengan cara yang tepat, waktu dan durasi yang tepat. Jadilah orang tua yang cerdas salam menerapkan dan mengontrol screen time anak. 6 Rahasia Menangani Anak Kecanduan Gadget:
1. Pinjamkan, bukan hak milik. Ketika anak diberikan hak milik atas ponsel, dia akan mengganggap bahwa orang tua tidak punya hak untuk mengatur ponselnya tapi jika hanya dipinjamkan oleh orang tua itu berarti orang tua masih memiliki kendali atas ponsel tersebut.
2. Pahami kapan dan berapa lama durasinya. Bill Gate (seorang pakar teknologi sekaligus pemilik perusahaan Microsoft) tidak memberikan anaknya ponsel sebelum berusia 14 tahun, melarang anak menggunakan ponsel disaat makan, memberlakukan screen time (waktu berlayar) agar anak bisa tidur lebih awal dan punya waktu untuk berinteraksi dengan keluarga. Ketua Ikatan Psikologi Klinisi (IPK) Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Psi, Psikolog dalam workshop Deteksi Dini dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus mengatakan bahwa, anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan sama sekali menggunakan gadget karena usia bawah 2 tahun otak anak sedang berkembang sangat pesat, itu berarti anak membutuhkan stimulasi dari orang terdekat. Untuk anak usia 3 sampai 6 tahun hanya diperbolehkan untuk menggunakan gadget selama 1 jam per hari, sedangkan anak di atas 6 tahun hanya boleh menggunakan gadget selama 2 jam per hari. Jika Bill Gate seorang pakar teknologi memberlakukan waktu dan peraturan pada anaknya dalam penggunaan ponsel, bagaimana dengan kita?
3. Dampingi. Sebuah kasus yang pernah terjadi dimana ada seorang ibu konsisten tidak memberikan gadget kepada anaknya, tapi karena anaknya sedang libur sekolah orang tua ingin memberikan anaknya kegiatan berupa belajar membuat aplikasi yang sering disebut dengan CODING dengan menggunakan laptop, ibu menganggap anak hanya membuka pelajaran coding dan beliau meninggalkan anaknya sekitar lebih kurang 1 jam. Ketika pulang ke rumah, ibu melihat history di ponselnya yang akun Youtubenya sama dengan akun di laptop. Ketika pulang ke rumah ia sangat terkejut dan syok, karena mendapati ada situs porno yang dibuka di history youtubenya dan ternyata anaknya melihat situs porno ketika ia tinggalkan. Ketika ditanyakan kepada anak, ternyata ia diminta oleh temannya untuk melihat situs tersebut, karena penasaran dibilang situs lucu oleh temannya alias anak tersebut dijebak. Dari pengalaman tersebut mengajarkan kita pentingnya pendampingan anak selama menggunakan gadget, kita dapat memberikan dan memasukkan nilai-nilai moral dalam tontonan anak.
4. Pilih konten yang sesuai. Melansir dari laman okezone.com terdapat beberapa game yang tidak sesuai untuk anak dimainkan oleh anak diantaranya Grand Theft Auto, Attack on Me, Sexy Girl Kissing, Sexy Card, Blow Skirt Blow, karena menampilkan kekerasan, wanita seksi berbikini, dan konten seksual. Dari Komisi Perlindungan Anak (KPAI) menilai terdapat delapan permainan dunia maya atau game online yang berbahaya bagi anak karena berisi materi kekerasan. Delapan game online tersebut yaitu Counter Strike, Lost Saga, Point Blank, Word of Warcraft, Call of Duty, RF Online, AION dan Gunbound. Selain kekerasan, game online ini juga dinilai mengandung unsur pornografi dan perjudian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. Ada sebuah kasus juga yang terjadi pada seorang anak yang meminta ayahnya untuk memasukkan game ke ponselnya, ayahnya memasukkan sebuah game balap mobil tapi ternyata dalam game itu reward yang diberikan adalah wanita sexy. Akhirnya ayahnya merasa bersalah karena anak mengenal pornografi dari ayahnya sendiri. Oleh karena itu orang tua harus bisa mengupgrade diri, harus mengerti game yang dimainkan anak apakah aman atau tidak terlebih dahulu sebelum memutuskan boleh tidaknya anak memainkan game tersebut.
5. Konsisten. Sal Severe, penulis buku 'How to Behave So Your Child Will Too' mengatakan bahwa sikap tidak konsisten dapat membuat buah hati merasa ragu-ragu, tidak aman, dan bingung. Termasuk konsistensi antara ayah dan ibu, konsisten ketika telah membuat peraturan tidak boleh diubah hanya karena merasa kasihan atau tidak tahan dengan rengekan anak. Ketika ibu melarang anak menggunakan gadget lebih dari 2 jam per hari tapi ayah memperbolehkan, anak akan berlindung pada orang tua yang dapat memenuhi keinginannya. Ketika orang tua sudah menetapkan sebuah aturan misalnya membolehkan main gadget jika PR telah selesai dikerjakan, namun karena anak terus mengganggu ibunya dengan rengekan dan ibu sedang berbincang dengan seorang tamu misalnya, dan akhirnya ibu memperbolehkan, maka tidak akan terbentuk perilaku yang diharapkan.
6. Teladan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi membuktikan bahwa 75% pembelajaran diterapkan melalui penglihatan dan pendengaran dan 13% melalui melalui pendengaran. Hal ini berarti bahwa teladan atau memberi contoh lebih efektif dibandingkan memberikan banyak omelan. Jangan melarang anak bermain gadget sampai lupa waktu jika orang tua juga menggunakan gadget sampai lupa waktu, sama halnya tidak mungkin rasanya kita mengharapkan memiliki anak yang lemah lembut jika sehari-hari yang dia dengar adalah kata-kata kasar dan bernada tinggi. Anak lebih banyak meniru apa yang orang tua lakukan dibandingkan dengan apa yang orang tua ucapkan. Demikian 6 rahasia menangani anak kecanduan gadget.
Jalan-jalan pakai jaket
Jangan lupa oleh-olehnya
Wahai orang tua pahami rahasia menangani anak kecanduan gadget
Agar anak sehat jiwanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H