Mohon tunggu...
Wiwin Imanuha
Wiwin Imanuha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perfect is Being Myself!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mentalku Sehat lho!

19 Maret 2014   06:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila diperhatikan, tubuh yang sehat dapat didiagnosasecara fisik melalui alat kesehatan, namun bagaimana dengan mental yang sehat? Ternyata mental pun juga dapat didiagnosa keaadaannya yakni melalaui perilaku yang tampak. Sebelumnya kita bahas pengertian sehat mental.

World Federation for Mental Health mengemukakan bahwa sehat mental adalah suatu kondisi yang optimal pada aspek intelektual, yaitu siap untuk digunakan, dan aspek emosional yang cukup mantap atau stabil, sehingga perilakunya tidak mudah tergoncang oleh situasi yang berubah di lingkungannya, tidak sekedar bebas atau tidak adanya gangguan kejiwaan, sepanjang tidak mengganggu lingkungannya. Karl Menninger mendefinisikan sehat mental sebagai penyesuaian manusia terhadap lingkungannya dan orang-orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang optimal.

Killander mengidentikan orang yang mentalnya sehat dengan ciri-ciri: (a) kematangan emosional; (b) kemampuan menerima realitas; (c) hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lain; (d) memiliki filsafat atau pandangan hidup.

Dari beberapa pengertian para ahli di atas, dapat diketahui bahwa sehat mental dilihat berdasarkan perilaku yang muncul, yakni perilaku normal. Apabila perilaku yang muncul tidak sesuai dengan ciri yang telah ditetapkan, maka dapat didiagnosa sebagai perilaku abnormal.

Menurut Coleman (1984), ada 4 penyebab abnormalitas (a) Primer: kondisi yang harus dipenuhi agar suatu gangguan muncul (meski dalam kenyataan belum); (b) Predisposisi/diatesis: keadaan sebelum munculnya gangguan yang merintis terjadinya gangguan di masa mendatang; (c) Pencetus: keadaan yang seolah2 menjadi penyebab utama, tapi sebenarnya hanya pintu masuk; (d) Penguat (reinforcing): peristiwa/info yang menguatkan penyebab lain.

Lalu bagaimana kita mengklasifikasikam tingkah laku abnormal? Klasifikasi merupakan pemberian suatu nama (label) atau diagnosis nosologis (penentuan penyebab penyakit) bagi suatu pola tingkah laku yang disepakati bersama secara professional.


  1. Klasifikasi psikologis; didasarkan secara apriori atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis
  2. Klasifikasi Fisiologis; berasumsi bahwa setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali
  3. Klasifikasi Etiologis; berdasarkan penyebab gangguan jiwa. Diklasifikasi berdasarkan nama gangguan/penyakit dan juga penyebab gangguan
  4. Klasifikasi Simtomalogis; penyimpulan jenis gangguan berdasarkan gejala-gejalanya
  5. Klasifikasi WHO; DSM (Diagnostic Statistical Manual) for Mental Diorder disusun pertama kali tahun 1934

Dari penjelasan singkat di atas, dapatkah seseorang didiagnosa berdasarkan definisi, cirri, dan klasifikasi tersebut? Ya, dengan ketiga aspek tersebut kita dapat melihat apakah mental kita sehat? *Kalo mental saya, sepetinya sehat. hehehe

Semoga article ini bermanfaat. :)


Reference:
Wiramihardja, Sutardjo A. (2012). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT Refika Aditama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun