Mohon tunggu...
Wiwin Imanuha
Wiwin Imanuha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perfect is Being Myself!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asesmen Psikologi Klinis I

26 Maret 2014   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:28 6701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yaaaa, , , siapa nih teman-teman yang pernah jadi pelacur???
“Saya saya”, *angat tangan.

Eits eitsss, jangan salah paham dulu, pelacur yang saya maksud adalah pelarian curhat. Nah bagi teman2 yang pernah dicurhatin teman/kerabat, mungkin selain menjadi pendengar yang baik, teman2 mencoba untuk ikut memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi. Sebelum memberikan solusi, secara tidak langsung kita harus mengetahui pokok permasalahan dan menganalisanya. Ini bisa kita jadikan contoh asesmen yang akan kita bahas lebih detail disini.



A.Gambaran Umum Asesmen

Pengertian asesmen menurut Sundberg adalah suatu proses memahamidan mengevaluasi tindakan, perasaan, dan proses berpikir klien.

Sejarahnya, pada zaman Yunani Kuno dan Eropa, asesmen pada dasarnya digunakan untuk melihat penyebab atau latar belakang tarjadinya gangguan pada seseorang (Mc. Rynold dalamWiramihardja, 2012:93).

Pada abad ke-19, asesmen masa modern yang dipelopori oleh Sir Galton di Inggris dan Sir Cattel di Amerika dilakukan dengan langkah-langkah yang lebih obyektif, baku, dan sistematik dengan tujuan memahami perbedaan-perbedaan individu secara lebih tepat

B.Alasan Asesmen

Menurut Korchin (1976), asesmen klinis dibutuhkan untuk membuat keputusan yang didasari informasi yang dapat diandalkan. Sedang menurut Kendall, asesmen dilakukan untuk menunjang keputusan-keputusan seperti penyaringan dan diagnosis, evaluasi dan intervensi, serta riset .

C.Sasaran Asesmen

Psikolog klinis dapat memusatkan atensinya terhadap (1) disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran, emosi atau tindakannya. (2) kekuatan klien dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi. (3) kepribadian subjek (Sutardjo, 2012). Dalam hal ini biasanya dengan menggunakan observasi, tes, dan interview.

Selain itu, psikologi klinis mampu mengases kekuatan dan kelemahan lingkungan sociadan efek lingkungan social terhadap pikiran, perasaan dan tingkah laku l individu klien atau biasa dikenal dengan asesmen fungsional.

D.Metode Asesmen

1.Wawancara

Menurut Goldenberg (1983) wawancara adalah pertemuan yang bersifat percakapan yang diinisiasikan dengan penuh pertimbangan antara dua orang atau lebih, melibatkan komunikasi verbal ataupun non verbal di mana seseorang berusaha mendapatkan informasi tentang orang lain. Adapun tujuan dari metode ini adalah, memperoleh informasi, menilai secara jujur, dan mengases atau mendiagnosis seseorang, mempengaruhi, mengubah atau memodofikasi perilaku klien.

2.Pengamatan (Observasi)

Dalam pengamatan, klinikus memusatkan atensinya kepada perilaku subjek, meliputi apa yang dilakukan dan bagaimana ia melakukannya. (Surodjo, 2012) Pada dasarnya perilaku dapat dibedakan menjadi tiga jenis, di antaranya:

3.Tes Terstruktur

Tes ini meminta subjek menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespon pertanyaan dengan sangat terbatas (Surodjo, 2012). Tes ini membutuhkan standarisasi yang hati-hati dan norma yang represenatif. Dalam hal ini, standarisasi adalah prosedur pengetasan dan keadaan klien serta tempat dan suasana saat tes berlangsung. Sedangkan norma adalah seperangkat nilai yang didapat dari sekelompok orang yang telah melakukan tes (Surodjo, 2012).

4.Tes Tak Terstruktur

Tes inimemberi keluasan pada klien dalam menjawab tes, seperti tes Thematic Apperception Test (TAT) atau Rorschach Inkblottes. Dinamakan tak terstruktur sebab stimulus testnya tidak membutuhkan jawaban yang ditentukan secara tegas dan jelas. Factor pribadi testee sangat menentukan. Dalam tes ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap rangsang, misalnya kartu, memiliki daya tarik, ajakan, nilai psikologis tertenetu atau disebut (Auferderungscharacter).

5.Asesmen Keperilakuan

Observasi ini merupakan observasi sistematik yang dilakukan dalam laboratorium, klinik, kelas ataupun dalam perilaku sehari-hari. Observasi ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi yang belum didapat melalui wawancara, mengevaluasi ketepatan komunikasi verbal klien dan konsistensinya dengan komunikasi non-verbal, dan membuat kesimpulan mengenai keadaan dalam, perasaan dan motivasi yang perlu mendapat perhatian khusus (Sutardjo, 2012).

6.Kunjungan Rumah

Tujuan daripada melakukan kunjungan rumah ini adalah memahami kehidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien.

7.Catatan Kehidupan

Catatan kehidupan atau riwayat hidup klien dapat menggambarkan pengalaman atau peristiwa peristiwa yang pernah dialaminya. Selain itu dengan adanya catatan ini dapat menunjukkan jenis kepribadian seorang klien yang akan memudahkan psikolog dalam mengasesmen.

Sebenarnya terdapat teori yang hampir klasik mengenai masalah itu, ialah yang disebut dengan analisa kehidupan atau “Biografische Analyse” yang bukunya ditulis oleh Clauser.

8.Dokumen Pribadi

Menurut Allport catatan atau dokumen pribadi lainnya penting untuk mengetahui motif utama klien, maupun hal-hal yang disembunyikan, penyangkalan, hambatan, dan kesulitan klien dalam membicarakan permasalahannya (Surodjo, 2012).

9.Pemfungsian Psikofisiologis

Hubungan antara psikis dan faal sangat erat. Tidak ada kondisi psikis yang tidak berkaitan dengan anatomi tubuh kita. Misalnya, orang yang sedang marah, mukanya memerah. Hal ini disebabkan oleh besarnya pompa darah dari jantung untuk menembus kapiler-kapiler pada permukaaan kulit. Orang yang memiliki kegagalan dalam pemfungsian psikofisiologis biasanya mengalami penyakit psikosomatis, atau kondisi fisik yang terganggu akibat kondisi psikis yang tidak stabil.

E.Laporan Asesmen

a)Data Identitas

Nama, umur, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, tempat pemeriksaan, tanggal asesmen, dan nama pemeriksa

b)Permintaan referal

Hal yang diinginkan pengirim, alasan klien dikirim untuk asesmen, dll.

c)Sejarah sosial dan konteks

Informasi latar belakang menyangkut keluarga, kesehatan, pekerjaan, dll.

d)Observasi Perilaku, fisik, dan psikis

Observasi verbal & nonverbal, status physicus, & status psychicus.

e)Pengadministrasian tes

Pemeriksa menyiapkandaftar semua tes.

f)Hasil Tes

Karakteristik perilaku, defenses, relasi interpersonal, gaya hidup, konsep diri, dll.

g)Simpulan

Menampilkan formulasi diagnostik, rekomendasi treatment, keterangan konflik klien, gaya menangani masalah, dll.

h)Prognosis

Dugaan mengenai seberapa jauh kemungkinan seorang pasien dapat sembuh dengan melihat hasil pemeriksaan.

i)Rangkuman

Menampilkan kunci/pokok-pokok laporan.

j)Gaya Penulisan

Disesuaikan dengan pemahaman klien (komunikan)

F.Nilai Ilmiah Asesmen

1)Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf yaneg menentukan tes yang digunakan bersifat stabil dan konsisten.

a)Stabilitas Temporal

i.Mengacu pada perhitungan reliabilitas tes-retes.

ii.Korelasi retes yang rendah menunjukkan stabilitas yang rendah

b)Reliabilitas Antarskor

i.Melibatkan evaluasi kemampuan dari dua/tiga skor independen dalam hal skor atau rating

ii.Semakin subjektif peringkat dan observasi, maka semakin rendah realibilitas interskornya.

c)Konsistensi Internal

Menggunakan korelasi split-half

2)Validitas

Validitas adalah taraf dimana suatu pengukuran psikologi memberikan gambaran tentang apa yang sebenarnya mau diukur.

a)Content Validity

Dilihat dari isinya, mengukur atribut psikologis yang dimaksudkan untuk diukur.

b)Criterion-Related Validity

Ditunjukkan dengan korelasi antarskor pada tes yang hendak dicari validitasnya dengan skor pada tes yang dijadikan kriteria.

c)Construct Validity

Dalam atribut psikologis, seorang ahli membuat konstruksi teoritis guna mendeskripsikan atribut yang dipersoalkan, kontruksi teoritis ini akan tergantung pada ilmuwan yang mengembangkannya.

Demikianlah uraian singkat, padat, dan (semoga) jelas dari asesmen psikologi klinis I. Yaaah, memang berisi teori sih, tapi jika dibaca dengan teliti dan dipraktikkan, semoga kita dapat mulai mengasesmen dengan baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku.

Reference:

Wiramihardja, Sutardjo A. (2012). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung; Refika Aditama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun